‘Thats a happy land. Somewhere. And It’s just a prayer a way.’
--Ada tanah bahagia, entah di mana. Yang jauhnya hanya sejengkal doa.--





Pikiran ini membawa saya pada pengalaman hari minggu sebelumnya ketika dalam gathering DOJCC Bluemountain-Sydney, pemimpin kami Costandy Bastolli, menyajikan sebuah kisah dan mengajak kami semua membacanya dengan cermat, di kalimat yang mana Tuhan berbicara kepada kami masing-masing. Dari begitu banyak kata-kata, terlintas di pandangan saya, satu kalimat, “Travelling with Jesus.” Saya membaca dengan suara yang agak ragu dan sedikit tanda tanya, tapi pak Costandi cepat bertanya, ‘Apa yang Tuhan maksudkan?” dan saya spontan menjawabnya, “kemana saja pergi, entah itu dengan bus atau train, jikalau kita mengundang Tuhan Yesus, maka IA akan berjalan bersama kita.” Jawaban saya terhenti di situ, tapi dalam pikiran saya ada kata-kata lagi, ‘bukan cuman train tapi juga pesawat. Mungkinkah saya akan mengadakan perjalanan dengan pesawat lagi?” ---pikiran itu membuat saya agak kuatir, karena saya sering merasa takut saat pesawat akan take off, landing dan saat sedang terbang terus ada goncangan, walau sedikit, saya pasti langsung berdoa dengan takut--- Saya teringat lagi, pada hari Minggu yang sama, Keluarga Edyta-Marcin, memberi saya sebuah kartu bergambar kucing lucu dengan tulisan ‘God has plan for you.”
Dengan merenungkan hal itu, saya tidak lagi takut atau merasa sendirian, saya teringat cerita teman saya ibu Christine Sunardi, tentang para bagpaker yang sering menghabiskan waktu di Bandara menunggu penerbangan berikutnya. Lalu saya ke toilet, kemudian berkeliling mencari tempat yang nyaman untuk tidur karena saya melihat cukup banyak orang yang tidur di sofa dengan
koper, tas dan ransel di samping mereka. Saya tertidur di salah satu sofa ketika sedang memposting di Facebook, bangun di pagi hari seolah sedang tidur di hotel hehehe.
Di Bali sebelum tidur, dalam renungan malam, saya menyadari bahwa sejak pagi waktu Australia hingga sore tiba di Bandara Ngurah Rai, selama berada di pesawat Virgin Air, Brisbane-Bali, saya tidak merasa kuatir seperti penerbangan sebelum-sebelumnya. Terima kasih Tuhan.
Bertemu dengan sahabat-sahabat Lisa-Prast, Heidy-Judha; menginap semalam di rumah Lisa -Prast, lalu pindah ke rumah Heidy-Judha, saya merasa seolah-olah sedang bertemu dua komunitas di mana saya pernah melayani di Bali. Lisa-Prast mewakili DOJCC Bali dan Heidy-Judha mewakili PDKK, khususnya PDK Muda-Mudi St. Don Bosco Kuta.
Saat itu, sedang ada Retret para Imam. Entah apa sebabnya, hanya beberapa gelintir imam yang hadir, sehingga Uskup Malang, Mgr. Pidyarto, menjadi sedih. Namun demikian, acara berlangsung baik, dan ketika Heidy-Judha mengajak saya ikut, saya tergerak untuk menjadi backing prayer. Berdoa untuk acara itu dari ruang Adorasi Abadi. Acara berpindah-pindah dari Paroki MBSB-Nusa Dua, ke Katedral Denpasar dan penutupan di Paroki St Silvester Pecatu. Dan saya ikut menjadi backing prayer, berdoa di ruang Adorasi ketiga Paroki tersebut. Bonusnya, pada hari ke-4 saya berdoa di Adorasi St FX Kuta.
Yang membuat saya takjub, ketika saya berangkat dari Sydney, saya juga berangkat dari ruang Adorasi Abadi St Joachim-Lidcombe Sydney, sebuah Paroki yang saya temukan dan membuat saya yakin, bahwa itulah tempat yang Tuhan sediakan bagi saya untuk melayani Tuhan di Australia, setelah saya mencarinya sesuai kata hati sejak 2018.





Pada hari berikutnya, saya sedang melihat-lihat gambar kudus, sekali lagi, ada tulisan yang menggelitik pada gambar St. Bernadette Soubirous, ‘I shall do everything for heaven, my true home.”Setelah merenungkan akhirnya saya menyadari bahwa saya lebih merasa aman kalau duduk di dalam ruangan. Baca, nonton, dan berusaha menjaga jam doa. Sedangkan kalau berada di jalan, laut atau udara, saya selalu tegang. Dan Tuhan begitu menghargai perasaan saya, sehingga tiap saat sebelum akhirnya saya mengadakan perjalanan, pasti Tuhan bicara dalam mimpi, atau lewat bacaan. Contoh terdekat, seperti yang saya tulis di atas. Tapi kalau diingat, sudah banyak kali terjadi, yang akan saya tuliskan kemudian.
No comments:
Post a Comment