SELASA, 7Januari 2014 _CINTA TUHAN MEMBUAT SEGALANYA MUNGKIN.
Hari biasa. 1Yoh
4:7-10; Mzm 72:2,3-4ab,7-8; Mrk 6:34-44; Raimundus dr Penyafort, Lindalva
Mark
6:37a; 1yoh 4:8 “He answered and
said unto them, Give ye then to eat; He that loveth not knoweth not God; for
God is love.”
Injil hari ini bercerita tentang mujizat 5 roti
dan 2 ikan. Dengan 5 roti dan 2 ikan itu, Yesus memberi 5000 laki-laki belum
termasuk wanita dan anak-anak, dan sisa 12 bakul penuh. Ini mujizat yang luar
biasa! 5 roti dan 2 ikan melambangkan iman dan harapan kita yang seadanya dan
ketika kita menyerahkannya kepada Tuhan, semuanya jadi melimpah Dan saya
percaya hal itu masih sering Yesus lakukan dalam hidup kita, tetapi kita kurang
menyadarinya.
Soal iman dan harapan kita pada Tuhan, apakah Tuhan memaksakannya?
Saya pikir tidak! Tuhan memang memberi perintah agar kita melakukan apa yang IA
mau, tetapi kita bisa berdebat dengan
mengatakan kondisi kita apa adanya. Dan
Tuhan akan meminta kepada kita untuk menunjukkan kepada-Nya, apa yang kita
punya.
Mari kita lihat percakapan Tuhan Yesus dengan
murid-muridnya dalam bacaan hari ini, Injil
Markus, khusus ayat 37-38, “Jawab Yesus kepada mereka, ‘Berilah mereka makan! Murid-muridNya
bertanya lagi kepadaNya, dengan dua ratus dinnar ini kami harus berbelanja dan
memberi mereka makan?” Bisa dibayangkan bagaimana terbelalaknya murid-murid
Yesus ketika Yesus menyuruh mereka memberi makan lima ribu lebih orang hanya
dengan uang kas yang mungkin sebesar dua ratus ribu saat itu. Yesus tahu kekuatiran
mereka dan bertanya, ‘pergi dan lihatlah, apa yang ada saat ini.’ lalu mereka pergi dan menemukan orang yang
membawa 5 roti dan 2 ekor ikan.
Percakapan di atas memberi makna tersendiri
kepada setiap orang yang membacanya. Sesuai dengan rencana, panggilan hidup dan
kebutuhan masing-masing.
Marilah kita mengawali rencana hidup kita di
tahun 2014 ini, dengan merenungkan percakapan Yesus dengan murid-muridNya di
atas, untuk meneguhkan kita bahwa dengan apa yang kita miliki, yang kita
persembahkan kepada Yesus dalam doa-doa, harapan dan kerja keras kita, Tuhan
Yesus akan selalu membuatnya jadi besar dan berguna bagi orang lain.
Untuk menjaga hati kita, seringlah kita bertanya
pada diri sendiri seperti yang ditanyakan Tuhan Yesus kepada Santa Faustina dari
Kerahiman Ilahi, ‘Apakah cintamu kepada sesama sudah kaulandasi pada cinta
kepada Tuhan?’
Satu hal lagi, kita boleh bertanya kepada Tuhan
tentang segala permasalahan yang kita alami, mengapa IA seolah menuntut kita
untuk melayani sesame dalam hidup ini, tetapi hendaklah kita tetap memupuk iman
kita akan cinta Tuhan, sebab keinginan untuk melayani, timbul dari cinta kepada
Tuhan. (1Yoh 4:8).-narita-
SELASA, 11 Februari 2014 _TRADISI_HENDAKLAH
BERPADANAN DENGAN PERINTAH ALLAH..
Hari biasa.
1Raj 8:22-23,27-30; Mzm 84:3,4,5,10,11; Mrk 7:1-13; Santa Maria di Lourdes,
Benediktus Aniane_hari orang Sakit sedunia
Mark 7:9 “And he said unto them, Full
well ye reject the commandment of God, that ye may keep your own tradition.
Tuhan itu tidak statis. Roh Kudus mengadakan
perubahan dari jaman ke jaman. Kalau sebuah tradisi terlalu dipertahankan
sampai menimbulkan korban ketidakadilan, berarti orang-orang yang melaksanakan
tradisi tersebut sudah harus membuka diri untuk sebuah perubahan.
Orang lapar harus makan, janganlah demi tradisi,
makanan disembunyikan, sedangkan orang mati kelaparan. Santo Yohanes Paulus II,
ketika menjadi seorang Paus, secara diam-diam, suka menyumbangkan
jubah-jubahnya kepada suster-suster yang sedang mengumpulkan baju bekas untuk
penggalian dana. Ia juga pernah menghadiahkan cincin emas yang sedang
dipakainya kepada Uskup Salvador untuk dijual, ketika melihat begitu banyak
umat Katolik yang hidup miskin di Keuskupan itu. Tentunya kalau Santo YP II
harus meminta ijin dulu kepada Pengurus Kepausan, itu tidak akan mungkin. Maka
beliau melakukannya secara diam-diam. Ia melawan tradisi Kepausan demi belas
kasihan.
Hari ini juga kita merayakan Hari Orang Sakit
sedunia. Menurut tradisi dunia, soal kesehatan, ada istilah, ‘Pada Tubuh yang
sehat terdapat jiwa sehat.” Istilah ini membuat orang-orang mengabaikan orang
sakit dan tentu saja orang cacat. Tetapi Bunda Maria, pada Penampakkannya di
Lourdes, memilih santa Bernadette yang sakit TBC untuk menyampaikan kabar
sukacita, bahwa Ia adalah Bunda Allah. Melalui proses yang panjang dan
bukti-bukti dengan banyaknya mujizat penyembuhan, termasuk penyembuhan Santa
Bernadette saat itu, akhirnya Gereja percaya. Sekarang Gereja menetapkan Hari
Penampakkan di Lourdes untuk memperhatikan orang sakit. Bunda Maria telah merobah
tradisi pandangan itu.
Dalam sebuah penampakkan kepada Santa Faustine,
Yesus berkata, “Biara yang tidak memiliki orang sakit adalah biara yang miskin.
Karena orang-orang sakit, dalam penderitaannya mendatangkan banyak rahmat
kepada sebuah komunitas.”
Ketika mengalami sakit atau hidup dalam masalah
berat, berdoalah minta penyembuhan dan pembebasan, tetapi tetaplah setia,
setiap hari persembahkanlah penderitaan badan dan hatimu kepada Tuhan untuk
disatukan dengan penderitaan Yesus di salib, maka engkau akan menjadi saluran
rahmat bagi banyak orang di sekitarmu. –narita-
SELASA, 11 Maret 2014_BERSERULAH KEPADA TUHAN DAN TEMUKAN
KASIHNYA.
Hari Biasa
Pekan I Prapaskah_ Yes. 55:10-11; Mzm. 34:4-5,6-7,16-17,18-19; Mat. 6:7-15
Psalm 34:4, “I sought the Lord, and he heard me,
and delivered me from all my fears.”
Masa
Prapaskah adalah masa tobat. Orang diajak untuk bertobat dari semua kesalahan
dan dosa. Orang diajak untuk melihat penderitaan yang diakibatkannya terhadap
orang lain. Tetapi juga masa di mana kita diajak untuk menyadari betapa besar
belas kasihan Tuhan terhadap ciptaanNya. Tuhan itu baik banget, itu tepatnya.
Yesus juga mengajarkan kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa. Yesus ingin
kita semua sadar, bahwa Allah itu baik dan sayang banget kayak orang tua kita
menyayangi kita---terlepas dari adanya orang tua yang tidak menyayangi anaknya---
Banyak
orang melarikan diri dari hadapan Tuhan, dengan tidak mau berdoa, tidak mau
membaca Kitab Suci, tidak mau ke gereja, apalagi melayani Tuhan dalam komunitas,
karena menganggap dirinya berdosa dan tidak pantas dekat dengan Allah. kalau
orang punya pikiran seperti ini pandangannya terhadap Allah makin lama akan semakin
negatif, seolah-olah, kalau dekat dengan Tuhan, semua kesenangannya akan
diambil; maka orang itu akan berlari makin jauh dari Tuhan dan hidup dalam
kesenangan yang semu. Bayangkan, bagaimana perasaan seorang papa atau seorang mama
yang dijauhi anaknya karena anaknya merasa enggak dekat dengan orang tuanya.
Bagaimana sedihnya orang tua yang ingin memeluk anaknya, tetapi anaknya berlari
menjauh. Dan sebaliknya, betapa bahagianya hati orang tua yang anaknya selalu
dekat dengan mereka. Begitulah kasih Tuhan kepada kita sebagai ciptaanNya.
Tuhan selalu ingin dekat dengan kita, ciptaanNya, sehina apa pun hukum dan
peraturan memandang kita. Tuhan hanya menginginkan satu hal, kita percaya dan
mencintai Dia, sekali pun kita lemah dan berdosa. Karena hanya Dia yang mampu
membantu kita keluar dari kelemahan dan dosa kita. Jangan sampai karena merasa
diri orang berdosa, kita menjauhi Tuhan, sehingga Ia harus mengeluh, ‘Ia datang
kepada milikNya, tetapi milikNya tidak menerima Dia.’(Yohanes 1:11).
Maka
marilah kita memasuki masa Prapaskah bukan hanya sebagai masa seorang pendosa
hina yang harus bertobat, tetapi lebih focus pada kebaikan Tuhan yang sangat
hebat, sehingga kita berani mempercayakan hidup kita pada kasih dan rencanaNya.
–narita-
SELASA, 15 APRIL 2013
DALAM NAUNGAN KASIH ALLAH
Yes. 49:1-6; ==Tuhan memggailnya sejak dlm kandungan ibu.
Menyebut namaku . Naungan tangannya menyembunyikanku,
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15,17;
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Yoh. 13:21-33,36-38 : ayat 25-26a: He then lying on Jesus’s
breast saith unto him, Lord, who is it? Jesus answered, He it is, to whom I
shall give a sop, when I have dipped it.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
warna liturgi Ungu
Hari ini dalam bacaan Injil, Yohanes mengisahkan saa-saatt
menjelang perjamuan malam terakhir, dan pesan-pesan Yesus agar sebagai
pengikut Yesus, hukum terutama dan satu-satunya hukum yang berasal dari Yesus
adalah Hukum Cinta Kasih. Dengan mengamalkan hidup cinta kasih, orang akan
mengenalnya sebagi pengikut Kristus. Dan itu terjadi hingga saat ini. dalam
kelemahan seorang pengikut Kristus, orang akan tertarik pada tindakan cinta kasih kaum kristiani.
Ada sebuah tindakan cinta kasih Yesus yang sangat kecil, yakni
menjawab pertanyaan murid-muridNya dengan tepat di saat yang penuh
kegelisahan itu.
Menjawab pertanyaan orang, adalah salah satu bentuk perhatian
dan tindakan cinta kasih, yang keluar dari hati yang penuh perhatian pada
kebutuhan orang, walau hanya untuk sebuah pertanyaan. Sebagai pengikut Kristus, saya percaya,
bahwa perhatian Yesus dalam menjawab pertanyaan, keinginan kita untuk
mengetahui sesuatu, yang kita tanyakan langsung kepada Yesus, baik dalam doa
atau hanya bertanya sepintas dalam hati, sering dijawab-Nya dengan tidak
disangka-sangka. Dan saya percaya,
teman-teman dan saudara-saudari pembaca renungan ini juga sering mengalami
bagaimana senang dan tenangnya hati ketika sebuah pertanyaan kita dijawab
oleh Tuhan. Maka sering-seringlah bertanya pada Tuhan Yesus untuk
permasalahanmu, IA pasti akan menjawabnya.
Memasuki Pekan Suci ini, marilah kita mengingat tindakan cinta
kasih dalam bentuk perhatian yang paling kecil apa saja yang telah kita
lakukan kepada orang-orang terdekat? Kalau belum, ambillah kesempatan untuk
itu.
Mungkin selama ini kita
terlalu sibuk dengan gadget kita, atau terlalu sibuk dengan hal-hal yang besar, sehingga lupa memberikan
perhatian kepada orang-orang terdekat kita pada hal-hal kecil seperti memberikan anggukan
rasa hormat, memberikan sebuah senyuman dan sapaan, menjawab pertanyaan yang
kita anggap sepele. Masih ada waktu,
lakukanlah. (narita)
Tanggal 13 Mei … ada sebuah kejadian yang
menggemparkan di Eropa, khusus di sebuah desa
di Protugal. Yakni desa Fatima.
Tiga anak gembala mendapat penampakkan Bunda Maria, di mana Bunda Maria
meminta supaya semua orang berdoa Rosario untuk perdamaian dan bertobatnya
orang-orang berdosa. Saya membayangkan
perjuangan tiga anak kecil itu untuk membuat orang percaya bahwa itu adalah Bunda Maria dan supaya semua mau
menjalankan permintaan Bunda Maria, berdoa Rosario setiap hari untuk perdamaian
dunia dan bertobatnya orang berdosa dan
hancurnya komunis. Anak-anak kecil itu dibawa ke sana kemari, ditanya di bawah
ancaman orang –orang dewasa yang berkuasa.
Seperti bacaan hari ini, betapa sulitnya Yesus
membuat orang-orang Yahudi percaya akan akata-katanya. Mereka berkerumun dengan marah, minta bukti,
apakah betul, Yesus itu datang dari Allah, atau apakah benar Yesus itu Mesis
yang mereka tunggu-tunggu? Sedangkan Yesus keliahatan biasa-biasa saja… bukan
orang berkuasa atau tidak termasuk dalam kumpulan mereka yang mungkin adalah
orang-orang terpandai.
Pertanyaan orang-orang Yahudi itu juga kadang
mungkin menjadi pertanyaan kita, ketika kita sedang dalam masalah atau apa yang
sedang kita kerjakan serasa tidak ada hasilnya, padahal kita sudah berdoa,
sudah mempersembahkan ini dan itu kepada Tuhan, kadang mungkin kita minta
bukti, apakah Tuhan telah melakukan sesuatu untuk kita? Atau mungkin seperti tiga anak Fatima yang mendapat
penampakkan, ketika memberikan waktu untuk melayani Tuhan, orang-orang bertanya
kepada kita, ‘mana bukti Tuhan bersama kamu, sedang kamu masih seperti ini dan itu,?’ dan sebagainya yang kadang
membuat kita lelah menjawab.
Tetapi Yesus member contoh jawaban yang
bijaksana. ‘Aku sudah mengatakannya dan
kamu tidak percaya pada kata-kataku. Sekarang lihatlah apa yang telah aku
perbuat.”
Biarkanlah waktu menjawab setiap permasalahan kita.
Biarkan orang melihat hasil dari apa yang
kita lakukan, barulah mereka percaya, dengan demikian kita tidak perlu
menghabiskan energi dan waktu untuk berdebat lalu kehilangan waktu untuk
bekerja. Waktu untuk bertindak lebih penting dan membawa hasil.
Kita lihat berjalan dengan waktu, seorang Imam muda
Polandia yang diam-diam berdoa Rosario setiap hari dengan intense seperti pesan Bunda Maria di Fatima,
suatu hari dipilih menjadi paus. Dengan imannya dia bisa membebaskan Polandia,
negara asalnya, dari penindasan Komunis. Dan bukan hanya itu saja, ia membuat
pemimpin negara komunis terbesar, Rusia, menyerah dan membubarkan komunisme
di negaranya. Negara Jerman Timur pun
dibebaskan. Patung Kremlin ditumbangkan. Eropa Timur bebas dari kungkungan komunisme.
Dan sekarang ini, banyak orang mulai berziarah ke Eropa Timur.
Segala sesuatu yang Ilahi, akan menjadi sulit
dibahas bila hanya dipikirkan untuk mencari jawaban. Carilah jawaban dengan
melihat hasil dari tindakan di dalam Tuhan.
SELASA, 17 JUNI 2013
TELADAN AYAH
Bacaan-Bacaan hari ini mengajak kita untuk melihat
kemurahan hati Allah Bapa dalam mengampuni , di mana Allah mengampuni Raja Ahab
yang bertobat, walau sebetulnya Ahab telah melakukan hal yang sangat jahat di
mata Allah saat itu. Dan pada bacaan Injil, Yesus meminta kita meminta kita
untuk mengikuti Nya dalam sikap tidak membenci
musuh atau orang yang telah berbuat jahat kepada kita.
Bicara soal memaafkan dan tidak membenci orang yang
telah enyusahkan kita, memang gampang, tetapi saat kita sendiri mengalaminya,
barulah kita sadar betapa sulitnya, kecuali kalau diberikan rahmat pengampunan
oleh Allah. Namun beberapa orang diberikan karunia untuk begitu mudah
mengampuni dan bermurah hati kepada orang yang telah menyakiti mereka. Dan
orang-orang seperti itulah yang bisa mencapai kesempurnaan seperti yang Yesus
katakan dalam Injil, ‘Hendaklah kamu sempurna seperti Bapaku yang di surga,
sempurna adanya.”
Membaca ayat ini tiba-tiba saya teringat ayah saya.
Dan saya bersyukur karena Tuhan telah memberikan ayah yang selama hidupnya
memberikan teladan kepada istri dan kami anak-anaknya tentang mengampuni dan
mengasihi musuh, memberkati orang yang …., berdoa bagi mereka yang mem.. (Mat
5:43).
Saya teringat, sering sekali saya mendengar mama
dan kakak saya mengeluh, ‘Bapak ini, terlalu baik sama orang. Lihat orang itu,
datang lagi. Dulu susah datang ke sini, ditolong, dah makmur, ketemu bapakmu,
harus bapakmu yang nyapa duluan, eh, sekarang susah, datang lagi, tapi coba
liat, mau aja bapakmu dengarin, tolong dia lagi.. huh!”
Dan heran itu terjadi beberapa kali. Tapi ketika
ibu saya mengeluh, bibir bapak saya terkatup rapat-rapat. Diam seribu bahasa.
Dan satu hal lagi, bapak saya akan sangat marah kepada anak-anaknya, apabila
dia melihat langsung anaknya membalas ejekan temannya atau bermaksud membalas
dendam. Dia selalu mengajarkan kami untuk memafkan dan berdamai. Ketika saya
mulai SMP dan SMA, yah, saya juga ikut memprotes sikap ayah kami.
Lalu ketika saya mulai bekerja dan beliau
meninggal, baru saya sadar akan banyak teladan baik yang telah ia berikan
kepada anak-anaknya. Dan satu hal yang paling penting, ketika misa peringatan
satu tahun ayah saya, malamnya saya bermimpi, melihat bapak saya berdiri di
dalam gereja St. Theresia, gereja di Paroki asal kami dibaptis, memegang dua daun Palma utuh. Lalu beliau keluar sebentar
untuk memberikan yang satunya kepada ibu saya yang sedang berdiri di halaman
Gereja.
2 tahun setelah mimpi itu, ibu saya meninggal pada
hari Raya Paskah ke-2.
Saya merenungkan mimpi itu, dan ada dua hal yang
saya maknai, Pertama, tentang hari Raya Minggu daun Palma yang ditetapkan
Gereja; bahwa Hari Raya itu bukan hanya dirayakan umat di Bumi, tetapi juga
umat yang telah berada di surge. Bahkan kalau kita hanya merayakan setahun
sekali, di sana sepanjang masa mereka bersorak-sorak bagi Raja Kekal; kalau
kita di bumi menggunakan ujung daun Palma, mereka menggunakan daun Palma utuh.
Makna kedua, bapak saya yang telah bahagia, diberikan kesempatan untuk
mempersiapkan istrinya supayaistrinya juga merasakan kebahagiaan surgawi, bersorak dan
mengelu-elukan Yesus dengan daun palma di
surga. “Mintalah rahmat ketulusan dan kebaikan hati , agar sempurna seperti
Bapa kita di surga.” (narita)
25 Juni 2013 : MENGALAH
Kej 13:2,5-18; Mzm
15:2-3ab, 3cd-4ab,5; Mat &:6,12-14.
Mat 7:13 “Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada
kehidupan, dan sedikit orang yang
mendapatinya.”
Sebuah survey membuktikan bahwa
sejak dini, seseorang sudah mulai dilatih dan dididik untuk selalu menjadi
pemenang. Memenangkan pertarungan; menjadi juara di kelas; menjadi juara di
kontes nyanyi; kontes kecantikan; di semua bidang, mulai dari seni, olah raga, bahkan sudah masuk ke urusan
masak-memasak.
Semua cara mengajak orang untuk
berlomba menjadi pemenang, banyaklah positifnya. Orang menjadi semangat,
kreatif untuk belajar, menciptakan sesuatu cara yang baru, unik, membuat
sesuatu yang biasa saja menjadi keliahatan menarik dan sebagainya. Orang pun dilatih
untuk memiliki sikap sportif, menerima kekalahan bila tidak menang.
Dan itu merupakan tontonan yang
menarik bagi banyak orang. Dengan adanya TV maka yang menonton jadi jutaan
orang.
Dan kita tahu juga mungkin sampai
saat ini belum ada kontes bagaimana memilih untuk mengalah.
Tetapi dalam bacaan hari ini,
Tuhan mengingatkan kita untuk memilih yang tersulit, bila perlu mengalah
terhadap keinginan orang lain-dalam hal ini seperti kisah Abraham dan Lot. Dan
dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus sendiri mengingatkan agar memilih jalan yang
jarang atau tidak menarik di mata umum. Tidak memilih jalan yang diikuti banyak
orang, sebaliknya yang sukar dan sedikit diikuti orang.
Di dalam dunia yang sekarang ini
menjanjikan kemudahan dalam memperoleh segala sesuatu khususnya segala
informasi, kita perlu berhati-hati .
Semoga bacaan-bacaan Kitab Suci
yang kita dengarkan atau kita baca, menuntun kita memilih yang tepat dan benar
sehingga menyenangkan hati Tuhan dan membawa kebaikan bagi hidup sekarang dan
kelak.
narita
10 Desember 2013 – BERSAMA YESUS
MENCARI DOMBA YANG HILANG
Mateus 17:14, “…..
Pada bacaan Injil hari ini
digambarkan bagaimana seorang gembala berani meninggalkan sekumpulan besar
dombanya hanya untuk mencari yang terhilang. Dan betapa bahagia hatinya ketika
menemukannya, sampai-sampai membuat pesta syukur dengan orang-orang
undangannya. Dan ditutup dengan pesan, begitu pun Bapamu yang di surga akan
bersukacita karena seorang yang bertobat
kembali.
Setiap kali saya membaca ayat
ini, saya merasa Yesus menggambarkan diriNya sebagai Sang Gembala yang begitu
mencintai dan menghargai setiap pribadi dari domba-dombaNya, sehingga IA tidak
mau kehilangan salah satupun diantaranya.
UmatNya, Yesus lambangkan sebagai
domba. Kenapa bukan kambing, kuda, itik atau hewan-hewan lainnya?
Menurut hasil penelitian, domba
adalah hewan yang sangat penurut dan jarang sekali memberontak. Itulah gambaran
Yesus pada seluruh umat manusia. Bagi Yesus, ciptaanNya adalah makhluk yang
penurut, tidak memberontak terhadap Pencipta-Nya karena tidak memiliki
rancangan jahat dalam hatinya. Kalau kita membaca penciptaan Adam dan Hawa,
demikianlah manusia. Ketika Allah menciptakan manusia, dia hanya mengisi manusia
itu dengan segala kebaikanNya. Jadi ketika IA terpaksa menolak Adam dan Hawa
karena berdosa, Allah tahu, mereka berdoa karena Godaan dari luar. Keinginan untuk berdosa timbul karena tergoda
sesuatu dari luar dirinya.
Sekarang kita sadar, Yesus
memandang kita semua sebagaimana kita saat diciptakan. Murni. Ia tidak melihat
kita sebagai manusia berdosa. Dia hanya melihat kemurnian kita. Karena itulah
ketika kita menjauh dari-Nya, IA tetap mencari sampai menemukan kita.
Saya mengenal beberapa orang yang
secara sadar tergoda dengan proses pencarian diri secara spiritual untuk
mencapai tingkat tertentu, yang kemudian membuatnya meninggalkan Yesus. Awalnya
saya takut dan berusaha menghindari
orang-orang tersebut, tetapi
bimbingan seorang Romo membuat saya berani menjaga persahabatan dengan mereka. Tuhan
Yesus akan berkarya secara khusus lewat persahabatan kami untuk menariknya kembali kepada Yesus.
Demikian, marilah sambil tetap
menjaga diri kita sendiri, kita membantu Yesus menemukan kembali domba yang terhilang
dari-Nya. Dengan begitu kita menyenangkan hati Bapa di surga. (narita)
Selasa, 22 Juli 2014 “Bertemu Santa Maria
Magdalena”
Peringatan Wajib St. Maria Magdalena
Kid. 3:1-4a atau 2Kor. 5:14-17; Mzm.
63:2,3-4,5-6,8-9; Yoh. 20:1,11-18
warna liturgi Putih
Yoh. 20:18, “Maria Magdalena berkata kepada murid-murid: “Aku
telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu
kepadanya.”
Hari ini Gereja mengkhususkan untuk menghormati
Santa Maria Magdalena. Santa Maria Magdalena ini adalah yang dikisahkan dalam Kitab
Suci. Ketika saya dan teman-teman baru saja memulai pelayanan di PD Algonz,
dianjurkan kepada kami sie Doa untuk mencari pelindung orang Kudus. Salah satu
teman kami langsung menemukan dalam bacaan Injil hari ini, bagaimana sebagai
sahabat para rasul, Maria Magdalena justru yang pertama kali bertemu Yesus setelah
Yesus bangkit, walau pun awalnya, seperti yang dikisahkan dalam Kitab Suci,
Maria Magdalena adalah pendosa berat yang baru bertobat. Sebagai pendosa yang
bertobat karena merasa dicintai Tuhan, Maria Magdalena, kemudian sangat
mengasihi Yesus. Bahkan di bagian Injil lain, dikisahkan Maria Magdalena, yang
terus duduk di kaki Yesus untuk mendengarkan Yesus, sampai lupa membantu
saudarinya Martha untuk melayani tamu. Berdasarkan kecintaan Maria Magdalena
kepada Yesus yang terus setia duduk di kaki Yesus untuk mendengarkan setiap
perkataan Yesus, kami sebagai sie Doa yang harus dengan setia berdoa bagi
kegiatan PD, memilih Santa Maria Magdalena sebagai pelindung. Ketika ada yang tidak setuju dan menjadi
perdebatan, kami diberi kesempatan seminggu untuk memikirkan lagi.
Tanpa kami sadari, setiap dari kami, anggota sie
doa, mengalami pengalaman, seolah Tuhan berbicara kepada kami untuk tetap
memilih St. Maria Magdalena. Ada yang bisa membuat lagu dengan syair yang bagus
tentang Maria Magdalena, yang satunya yang sedang bepergian, melewati sebuah
gereja cantik di tengah padang Sabana, yang bertuliskan Gereja Katolik Sta.
Maria Magdalena. Sayalah orang terakhir yang akhirnya mengalaminya juga. Minggu
siang sedang menunggu teman-teman untuk Pertemuan Tim, tiba-tiba, seorang gadis
bertubuh kecil, berambut halus dan kuning keemasan, memarkir sepedanya di dekat
saya, kami lalu berkenalan, dia menyebut namanya Maria Magdalena. Dan dia
mengatakan beberapa hal yang kemudian menjadi kenyataan bagi PD Algonz hingga
hari ini. Sebelum kami berpisah, waktu itu, dia berjanji akan datang setiap
hari Sabtu waktu PD Algonz, tetapi saya tidak pernah melihatnya. Lalu dengan
iman saya percaya, dia hadir dalam roh sebagai pelindung bersama Santo Aloysius
Gonzaga.
Orang-orang Kudus, dipilih Tuhan untuk membantu
kita melakukan karya Tuhan yang melebihi kemampuan manusiawi kita. Alangkah
bagusnya bila kita memilih pelindung dari Orang Kudus, ketika harus
melaksanakan proyek besar dari Tuhan yang kita ingini itu berjalan terus turun
temurun. (narita)
Selasa, 19 Agustus 2014 “Pada pukul berapakah engkau dipanggil
Tuhan melayani Dia? Lakukanlah!”
Pekan Biasa- warna liturgi hijau
Yeh. 28:1-10; Mzm. 23:1-6; Mat. 20:1-16; Baca
juga Pengkotbah 3:1-22
Mat. 20:7d, “Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.”
Setiap hari Tuhan berkeliling terus dan setiap waktu
memanggil orang masuk dalam rencana-Nya yang besar untuk penyelamatan dunia ini.
Naah, namanya juga ‘rencana besar’ tentunya itu
‘the big project!’ pekerjaan banyak dan Pekerja juga banyak! Masing-masing sesuai
dengan keahliannya dan dipanggil pada waktu yang berbeda. Kalau sudah banyak
orang yang terlibat di dalam pekerjaan itu, tentunya ada intrik-intrik. ‘Rasa
iri’ bisa timbul dalam hati dan dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya,
karena dipilih jadi koordinator, suka bekerja sendiri dan tidak mau berbagi
dengan yang dianggap masih baru atau memilih orang-orang tertentu hanya dari
tampang atau kehebatan semata. Yang tidak menarik hatinya, dibiarkan atau
diberikan tugas-tugas kecil di belakang supaya jangan dilihat orang; Ada yang
suka menolong sedikit, tetapi kemudian bergosip ke mana-mana supaya orang
melihatnya sebagai orang hebat; Ada yang
bergosip karena iri hati, lalu ditegor, tetapi menyebarkan tegoran itu ke
mana-mana supaya orang bersimpati kepadanya dan membenci orang yang menegur
dia; Orang-orang yang berlaku seperti ini, sebaiknya membaca baik-baik Bacaan I
dan Injil hari ini, supaya jangan sampai setelah bekerja keras dalam pelayanan,
tetapi kemudian menjadi yang terakhir. Sayang kan? Rasul Paulus menasehati, ‘Memang
karena kasih karunia Allah menyelamatkan kita, tetapi Ia mendidik kita untuk
meninggalkan kefasikan dan keinginan duniawi, tidak curang, tetapi selalu tulus
dan setia.’ (Titus 2:9-12). Ada yang bekerja rajin dan berusaha menanggung
semuanya, walau sering merasa disepelekan.
Tetapi lama kelamaan merasa sia-sia lalu mundur tanpa berita.
Orang-orang yang merasa terbeban, sebaiknya hari ini membaca Mazmur 23 supaya
tetap maju karena Tuhan. Rasul Paulus menasehati, ‘Jangan sampai apapun di
dunia ini memisahkan kita dari kasih Kristus’ (Roma 8:37-39).
Sekarang tentang upah. Entah itu melayani sejak
kecil atau baru saja bertobat dan dipanggil pada usia tua, upah yang Tuhan
kasih, tentu sama yakni ‘sedinar sehari’ atau dalam bacaan lain, Tuhan
menjanjikan orang yang melayani Dia yakni 100x lipat, memelihara hidupnya dan
semua yang dia cintai dan jaminan untuk kehidupan kekal. Untuk janji Tuhan ini
saya sungguh percaya, karena sudah saya lihat alami dan saksikan sendiri, dari
orang-orang di sekitar saya, baik berkat untuk hidup mereka sekarang, mau pun
kehidupan kekal bagi orang-orang tercinta yang telah mendahului mereka. ‘Tuhan
tak pernah ingkar janji.” (narita)
Selasa,
23 September 2014 : MENJADI ORANG
TERDEKAT-NYA.
Peringatan
Wajib St. Padre Pio dari Pietrelcina
Ams.
21:1-6,10-13; Mzm. 119:1,27,30,34,35,44; Luk. 8:19-21. Warna Liturgi Putih.
Lukas
8:21b, ‘Ibu-Ku dan saudara-saudaraKu adalah mereka yang mendengarkan Sabda
Tuhan dan melakukannya.’
Hari
ini kita memperingati hidup Santo Padre Pio dari Pietrelcina, Italia. Sebelum
ia akhirnya memilih menjadi imam, ia hidup seperti kita. Semakin lama, Santo
Padre Pio ditarik pada kehidupan yang dekat dengan Yesus dan bahkan sampai
menyatu dengan Yesus, sehingga mengalami stigmata yakni kelima luka Yesus. Dan
justru ketika mengalami Stigmata itulah ia mulai banyak membuat mujizat. Saya
pernah membaca kisah-kisah mujizat yang dibuat oleh Padre Pio semasa hidupnya,
mulai dari mujizat-mujizat yang sederhana, kecil dan tak terlihat sampai
membangkitakn orang mati. Dan itu
terjadi di abad 19, karena Padre Pio lahir tahun 1887 dan meninggal 1968.
Untuk
menjadi orang terdekatNya Yesus, mungkin kita tidak dipanggil seperti Padre
Pio, tetapi sedekat apapun seseorang dengan Yesus, orang itu pastilah diijinkan
mengalami stigmata, walau kecil dan hanya dia sendiri dan Tuhan yang mengerti.
Semua itu demi kekudusan diri kita sendiri.
Ayat
di atas bisa menjawab pertanyaan orang, mengapa Gereja Katolik mengijinkan
umatnya untuk berdoa kepada orang Kudus? Karena orang Kudus sudah pasti adalah
orang terdekat dengan Yesus. Kalau kita meminta doa kepada sesama yang masih
hidup, kan bisa saja saat ini dia sedang dekat dengan Yesus, esok mungkin
menjauh karena dosa? Karena itu, janganlah ragu untuk meminta bantuan doa dari
orang-orang Kudus.
Semasa
hidupnya, Padre Pio selalu menganjurkan orang untuk mencintai Ekaristi Kudus
dengan mengikuti Misa dan Pengakuan dosa. Ia juga mengajarkan umatnya untuk
membentuk komunitas Doa. Ia menulis, ‘Gereja terlibat dalam perang antara yang
baik dan yang jahat, dan Gereja membutuhkan bantuan yang terus menerus, lebih
dari sekedar bantuan mereka yang hanya menerima komuni setahun sekali. Yang
paling dibutuhkan Gereja adalah orang beriman yang membentuk kelompok-kelompok
Doa dan berkumpul di sekeliling Altar Ekaristi sesering mungkin, kemudian
membawanya kepada teman dan kenalan.’
Padre
Pio juga mengajarkan orang untuk menyadari keberadaan malaikat pelindungnya.
Bahwa malaikat pelindung selalu ada bersama kita. Doanya, ‘Salam ya malaikat
pelindungku yang kudus, aku menghormatimu. Doakanlah aku, dan berdoalah bagiku
di saat aku mengalami kesulitan untuk berdoa bagi diriku sendiri. Kiranya dalam
terang ilahi, engkau sudi menemui para malaikat pelindung orang-orang yang amat
kukasihi dan mereka yang bersatu denganku secara rohani untuk menerangi mereka,
melindungi mereka dan membimbing mereka.”
Padre
Pio sangat menghormati dan mencintai bunda Maria. Ia selalu berdoa Rosario dan
meminta Bunda Maria membantunya agar lebih dekat dengan Yesus dan memahami
kehendak Allah.
Kepada
umat beriman, Padre Pio mengajarkan orang agar taat kepada pimpinan, taat
kepada Gereja dan setia. Ia menganjurkan orang berpuasa dan berpantang, tetapi
jangan berlebihan. Santo Padre Pio, doakanlah kami. (narita)
Selasa,
21 Oktober 2014 : BERJAGA-JAGA DI ADORASI ABADI, YUUK!
Hari
Biasa; Ef. 2:12-22; Mzm. 85:9ab-10,11-12, 13-14; Luk. 12:35-38. BcO Sir.
29:1-13; 31:1-4
Warna
liturgy Hijau.
Lukas 12:38 “Dan
apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka
berlaku demikian, maka berbahagialah mereka.’
Hari ini Tuhan mengajak
kita berjaga-jaga senantiasa dalam menjalani hidup. Dengan kata lain,
Waspadalah! Jangan lengah! Jangan terlena! Jangan sampai mabuk kepayang! Tuhan
ingin, ketika Ia datang, Ia menemukan kita sedang melakukan apa yang Ia
kehendaki. Supaya kita bahagia seperti
yang tertulis dalam Bacaan Pertama Efesus 2:19-21 ‘Demikianlah kamu bukan lagi
orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang Kudus dan
anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para
nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.’
Ada banyak cara orang
menyiapkan hati untuk selalu menyadari kehadiran Tuhan. Mulai dari berpikir dan
bertindak baik, menghindari dosa, menjaga kehidupan doa, melakukan tindakan
kasih, bertanggung jawab, melayani Tuhan, dan masih banyak lagi.
Dan salah satu cara
adalah berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus dalam ruang Adorasi Abadi.
Setidaknya, masing-masing kita yang sudah mengetahui kehadiran Tuhan dalam
Sakramen ini, melakukan adorasi pribadi 1 jam seminggu. Pasti banyak berkat
kita peroleh bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Seorang ibu, janda
muda, yang telah melalang buana dalam iman dan pekerjaannya, suatu hari datang
dengan rasa lelah yang amat sangat dan meminta ikut mengambil jam Adorasi dini
hari seminggu sekali. Walau pun siangnya dia telah bekerja keras, sehingga
terkadang tertidur saat Adorasi. Sekitar enam bulan kemudian, dia mendapat
panggilan kerja dan enam bulan kemudian ia datang lagi dan berkisah, “Sewaktu
saya bekerja keras siang malam dengan kekuatan sendiri, membayar sewa rumah
saja sulit. Tetapi begitu saya mengandalkan Tuhan dan berjaga-jaga dalam doa,
sekarang Tuhan memampukan saya dan partner saya membeli tanah sebukit untuk
membangun hotel. Betapa luar biasa cara Tuhan membahagiakan kita, kalau kita
mau berserah dan menyenangkan hati Tuhan!” (Narita)
Selasa,
25 November 2014 : JELI MENGETAHUI TIPUAN PENYESAT
Katarina
dr Aleksandria, Elisabet dr Reute
Why.
14:14-20; Mzm. 96:10,11-12,13; Luk. 21:5-11 BcO dan. 6:5-28; Warna Liturgi
hijau.
Lukas 21:28 “Waspadalah,
supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai
nama-Ku dan berkata: Akulah dia, dan : Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu
mengikuti mereka.’
Di negara kita sedang
demam orang muncul di berita TV karena mengubah kepercayaannya. Tentunya orang
itu sadar bahwa ia akan disanjung banyak orang, secara ekonomi, tentunya akan
makin terjamin, ketika dia mulai menjelekkan kekristenan, khususnya nama Yesus.
Jauh sebelum hal ini
terjadi, Tuhan telah menasihati kita lewat Injil hari ini. Bahwa penyesat-penyesat
sering muncul dan menarik perhatian duniawi. Tetapi kita harus waspada dan tidak mengikuti
mereka.
Karena itu, kuatkanlah dan
teguhkanlah hatimu agar tidak tertarik dengan ketenaran dan mungkin kekayaan
yang diperoleh sesorang yang berani menghina Yesus. Sebaliknya, jagalah hati dengan terus mendalami bacaan-bacaan
Injil. Maka hati kita akan makin dikuatkan untuk meneguhkan sesama kita yang
mulai goyah, karena kita akhirnya tahu
bahwa jauuuuuh sebelum apa yang sedang
kita saksikan, Tuhan sudah menyampaikan dalam Firmannya.
Saya pernah bertemu
dengan beberapa anak SD dan SMP tetapi bukan di Bali. Mereka bercerita kalau
sering diintimidasi bahwa mereka akan masuk neraka karena imannya. Saya
bertanya, 'Apakah kamu yakin seperti itu?' "Enggaklah" Jawab mereka.
"Kan kita beriman pada Allah yang Esa, Bapa Putra dan Roh Kudus. Kita
pasti nanti masuk surga." "Amiiin" jawabku. (Narita)
SELASA,
23 DESEMBER 2014
Hari
Biasa Khusus Adven : “TANGAN TUHAN MENYERTAIMU”
Mal.
3:1-4; 4:5-6; Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14; Luk. 1:57-66. warna liturgi Ungu
Lukas
1: 66, “Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: ’Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan
Tuhan menyertai dia.
Kelahiran
seorang anak selalu dinanti-nantikan oleh keluarga yang mencintainya. Disertai
dengan doa-doa dan harapan. Sekali pun mungkin tidak ada orang yang
mencintainya saat lahir, setiap bayi yang lahir ada dalam rencana Tuhan.
Percayakah Anda?
Mari
kita melihat beberapa ayat Kitab Suci yang menuliskan tentang penciptaan
manusia dalam kandungan dan apa yang Tuhan lakukan dalam kandungan seorang ibu,
serta rencana Tuhan bagi hidupnya.
Yeremia 1:4-5, ‘Firman Tuhan
datang kepadaku, bunyinya: Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku
telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi
bangsa-bangsa.”
Mazmur 139:14-16, “Aku bersyukur kepada-Mu oleh
karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku
benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindungi bagiMu, ketika aku
dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi
yang paling bawah; mataMu melihat selagi aku bakal anak dan dalam kitabMu
semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun
daripadanya.”
Sewaktu
lulus SMA, saya punya keinginan untuk kuliah, tapi masih belum pasti mau ke
mana. Suatu hari kakek kami, paman dari mama datang ke rumah. Kakek Salem
berkata, ‘Saya datang khusus mau
ceritakan mimpi saya semalam. Saya bermimpi melihat Tina berjalan bersama
teman-temannya menyeberangi sebuah jembatan panjang, yang di bawahnya terdapat
jurang dalam. Tina berjalan di depan, memegang lilin dengan tujuh sumbu yang
bernyala. Ketika tina dan ada cukup banyak teman-teman di belakangnya sampai di
seberang, jembatan itu tiba-tiba terputus. Jadi sebagian lagi yang belum
menyeberang, hanya berdiri terpaku di sana, sedangkan tina dan yang lainnya
yang sudah menyeberang, tetap berjalan dengan penuh sukacita. Anak ini akan
dipakai Tuhan! Karena lilin dengan tujuh sumbu adalah lambang kurnia Roh
Kudus.”
Saat
mendengar cerita kakek itu, kami tidak ada yang berkomentar. Tetapi saat ini,
ketika saya sudah melayani Tuhan, cerita mimpi kakek itu menguatkan langkah
saya untuk tetap maju melayani Tuhan, di saat pelayanan terasa berat karena iri
dan dengki. Puji Tuhan, hingga saat ini saya masih mau berdoa, “Kemanapun
Engkau perintahkan aku pergi, ini aku, utuslah ya, Tuhan!”
Sama
seperti Yohanes Pembaptis, saya percaya bahwa hidup kita masing-masing juga ada
dalam rancangan Tuhan. Sekali pun terkadang ada hal buruk menimpa kita,
tetaplah yakin dan jangan ragu. Saat ini, bila ada rencana dan keinginan,
nyatakanlah itu dalam doa dan harapan, siapa tahu rencana dan impianmu adalah
kehendakNya yang Tuhan letakkan dalam pikiranmu? Yesaya ketika mendapat
panggilan Allah berkata, ‘Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah
yang mau pergi untuk Aku?” maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8). Tanggapilah ajakan Tuhan, walau merasa
tidak pantas atau dalam situasi hidup yang tidak menentu; maka Ia akan menyertai
langkahmu dan menjadikan berhasil apa yang kaulakukan. (narita)
Selasa Pekan Biasa II, 20 Januari 2015: SABAR dan
SETIA SAMPAI TERBUKTI JANJI TUHAN.
PF S. Fabianus, Paus dan Martir, S. Sebastianus
Martir
Ibr 6:10-20; Mrk 2:23-28
Ibrani 6: 14-15, “Kata-Nya, ‘Sesungguhnya Aku
akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan
akan membuat engkau sangat banyak.’ Abraham menanti dengan sabar dan dengan
demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.
Dalam Misa Tahun Baru saya merenungkan betapa
besarnya kasih dan perlindungan Tuhan selama hidup saya, terutama saat-saat
saya mulai memutuskan untuk melayani Tuhan. Banyak perlindungan yang
Tuhan berikan tanpa saya sadari. Setelah 10 tahun kami hanya berdoa di
hadapan Sakramen Mahakudus pada setiap retret tahunan, Tuhan menyiapkan satu
ruang Adorasi Abadi. Bukan hanya setahun sekali, tetapi 24 jam setiap hari.
Bukan hanya kami saja yang berdoa di sana, tetapi setiap orang dari mana saja berdoa dan mendapat ketenangan di sana.
Kalau kita setia dan sabar mengikuti Tuhan, kita
akan tahu bahwa Ia, Tuhan, ada di setiap
kejadian hidup kita dan Ia menjadikan apa yang kita lakukan berguna bagi
banyak jiwa untuk dekat dengan-Nya.
Dan seperti Injil hari ini di mana Yesus membela
murid-muridNya yang memetik gandum pada hari Sabat. Kita pun akan selalu dibela
Tuhan, jika pelayanan kita diganggu. Misalnya jika ada seseorang yang mencela
dan mencibir kita dalam kelompok kecil di belakang kita; Tuhan akan mengirim
orang pilihan-Nya untuk memuji kita di hadapan ratusan orang; Jika ada yang
menghasut-hasut orang disekitar kita
untuk tidak menyukai kita, Tuhan akan mengirim orang-orang dari level
yang lebih tinggi untuk menjadi teman kita, dan tentu itu akan membuat apa yang
sedang kita lakukan untuk Tuhan berkembang.
Percayalah! Supaya sabar dan setia, dan lihatlah
apa yang Tuhan lakukan untuk hidupmu.
(narita)
Selasa, 17 Februari 2015: “ JADILAH PELANGI DI ATAS AWAN”
Kej
6:5-8;7:1-5.10; Mrk 8:14-21; PF Ketujuh Saudara Suci, Pendiri Ordo Hamba-Hamba
Maria
Kejadian
6:8, “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Allah.”
Pada
Bacaan pertama, dosa-dosa manusia telah menyakiti Allah. hanya Nuh yang
berkenan di hati-Nya. Sedangkan Injil memuat pesan Yesus kepada para Rasul agar
berhati-hati terhadap ragi dunia ini.
Kalau
melihat kehidupan kita zaman sekarang, pastilah dosa dan kejahatannya lebih
besar dan lebih banyak dari jaman-Nya nabi Nuh atau jamannya para Rasul. Tetapi karena Allah telah berjanji kepada nabi
Nuh lewat pelangi yang muncul di atas awan, maka dunia ini masih ada sampai
sekarang.
Siapakah
Pelangi di atas awan di mata Allah Bapa?
Dalam
sebuah catatan pesan Kerahiman Ilahi, Santa Faustina menulis, bahwa ketika
lambung Yesus ditikam, Allah Bapa memandang dunia dari luka di lambung Yesus
dan belas kasihan-Nya pun tercurah ke bumi lewat darah dan air. Ketika Allah Bapa memandang Yesus yang
tersalib, Ia seperti melihat pelangi di atas awan dan teringatlah janji-Nya
kepada Nuh untuk tidak lagi memusnahkan bumi. Salah satu janji Yesus kepada
Santa Faustina adalah bahwa orang yang berdoa koronka atau mendoakan doa mohon
belas kasih Allah lewat penderitaan Yesus tepat pada jam 3 petang atau jam 3
dini hari, mendatangkan belas kasih dan pengampunan Allah akan dosa-dosa berat
manusia.
Santa
Brigita juga menulis bahwa Bunda Maria adalah Pelangi di atas awan, karena ia
dipilih dari antara manusia untuk ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan.
Ketika dosa dunia menyakiti hati Allah, doa-doa Rosario yang dilambungkan
dipersembahkan Bunda Maria kepada Allah sebagai mawar-mawar segar yang harum
semerbak dan mendatangkan belas kasih Allah kepada dunia.
Siapa
pun yang tetap mencintai Allah dengan
sepenuh hati di tengah-tengah tawaran kenikmatan dunia ini, ia menjadi
‘Nuh-Nuh’ dan menjadi ‘Pelangi di atas awan’ yang mendatangkan belas kasih
Allah bagi orang di sekitarnya.
Jadilah
pelangi di atas awan yang menyenangkan hati Allah dan mendatangkan kasih
karunia-Nya.
(narita).
Selasa, 17 Maret 2015: “JADILAH SAKSI KRISTUS”
Yeh.
47:1-9.12; Yoh. 5:1-16; PF S. Patrick, Uskup
Yohanes
5:15, “Orang itu keluar, lalu menceritakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa
Yesuslah yang telah menyembuhkan dia.”
Seorang
penulis Kristiani terkenal pernah membuat pernyataan, ‘Kalau orang Katolik
tidak membuat Misa, maka Tuhan akan menyuruh Gereja lain atau agama lain
melakukan Misa. Dan kalau orang Kristiani tidak berani memberikan kesaksian
tentang Yesus Kristus, maka Tuhan akan menyuruh orang dari agama lain
memberikan kesaksian tentang Kristus.”
Sewaktu
masih di bangku kuliah, saya bersahabat akrab dengan teman-teman dari latar
belakang agama yang berbeda. Marisi Panjaitan-Kristen HKBP, Maya-Budha, Chandra
Risma-Muslim dan Sastrawati-Hindu. Kami saling membantu terutama selama
penelitian-Skripsi sampai ujian akhir Skripsi, sehingga kami bisa menyelesaikan
kuliah bersamaan. Ketika mulai bekerja, masing-masing harus berjuang sendiri,
walau kadang kami masih saling berbagi informasi.
Suatu
malam Sastrawati datang ke kamar kost saya untuk curhat soal pekerjaan sambil
menemani adiknya mengetik. Malam itu entah mengapa saya ngantuk sekali dan
tertidur saat kami sedang ngobrol. Saya hanya terbangun saat hampir pagi dan
mengantar Sastra dan adiknya pulang.
Seminggu
kemudian, Sastra datang lagi dan kali ini dengan hati bahagia menceritakan
kejadian yang dia alami dengan Yesus di kamar saat saya tertidur itu. Dengan
bersemangat Sastra bercerita, “Aku yakin, Yesusnya kamu itu emang benar-benar
penuh kasih. Dia memberikan aku pekerjaan pas tanggal 14 Februari. Enggak
sia-sia selama ini aku menyukai lagu-lagu Natal. Memang benar Yesus itu
ada!” Lalu tanpa ditanya, Sastra
bercerita, “Seminggu lalu, waktu kamu tertidur, aku iseng membaca buku kamu
yang bercerita tentang Padre Pio, yang mengalami luka-luka seperti Yesus
Kristus. Aku heran, tetapi dalam hati kupikir di dalam agama Hindu juga sering
ada hal-hal di luar nalar. Sementara itu aku mulai mengeluh, kenapa sudah dua
tahun aku belum bekerja. Mataku tertuju pada gambar Yesus yang tergantung di
dinding kamar kamu. Dan dengan hati yang penuh amarah karena sedih, aku
bertanya pada gambar Yesus itu, ‘Yesus, kenapa hidupku seperti ini? kenapa Tina
dan Chandra sudah bekerja dan aku belum? Emangnya yang disebut orang beragama
hanya Kristen dan Islam? Lalu untuk apa setiap hari aku ngebanten, bikin
canang? Kalau begini terus, lebih baik aku mati saja!’ Lalu aku pun tertidur
dan dalam tidur aku bermimpi diangkat dari sebuah kegelapan ke tempat yang
terang. Sekembalinya ke rumah, esoknya ada yang datang menawarkan pekerjaan.
Kukirimkan surat lamaran dan CVku, dan luar biasa tepat tanggal 14 Februari
mendapat jawaban diterima bekerja. Jadi aku sungguh-sungguh percaya, walau aku
bukan Kristen, tetapi Yesus telah menolongku!”
Kesaksian
teman saya ini meneguhkan iman saya akan Yesus, yang datang untuk menyelamatkan
dan mencintai seluruh umat manusia. Terima kasih Tuhan Yesus, kami boleh
beriman kepada-Mu.
(narita).
Selasa, 21 APRIL 2015 : “MERINDUKAN
ROTI HIDUP”
St. Anselmus
Kis. 7:51 - 8:1a; Mzm.
31:3cd-4,6ab,7b,8a,17,21ab; Yoh. 6:30-35. BcO Why. 8:1-13; warna liturgi Putih
Yoh.
6:35, ‘Kata Yesus kepada mereka: Akulah roti hidup; barangsiapa datang
kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
tidak akan haus lagi.’
Sewaktu SMP saya suka
ke Perpustakaan Umum dan suatu hari menemukan buku tua berseri berjudul Winnetou, sebuah buku petualangan di benua
Amrik yang saat itu baru ditemukan oleh orang Eropa dan masih penuh hutan
belantara. Buku itu dikarang oleh DR. Karl May-seorang penulis Jerman
(1842-1912).
Walau bukunya gak ada
gambar dan tulisannya panjang, tapi petualangan seorang tokoh bernama Old Shatterhand dari Jerman dengan
suku-suku asli Amerika-orang Indian, sangat menantang dan menyentuh hati.
Perjalanannya mengelilingi Amerika, digambarkan dengan jelas sehingga yang
membaca seolah sedang menonton film. Dari semua yang menarik itu, ada satu
percakapan Old
Shatterhand yang membuat saya kagum tentang bagaimana caranya
ia menyatakan imannya. Old Shatterhand berkata kepada Winnetou, sahabat mudanya
yang orang Indian itu, ‘Old Shatterhand ingin kembali ke Eropa.’ Winnetou
menjadi sedih dan terus bertanya sampai Old Shattherhan
kewalahan menjawabnya, tetapi jawaban terakhir Old Shatterhand membuat Winnetou
ingin menjadi Kristen dan tidak bisa menahan kepergiannya. Old Shatterhand
berkata sambil matanya menerawang ke angkasa, “Aku merindukan roti hidup. Yakni
makanan untuk jiwaku. Selama tiga tahun berkeliaran di hutan-hutan Amerika ini,
tangan Tuhan telah menyertaiku, sehingga selalu lolos dari maut bahkan bisa
mendamaikan banyak suku-suku Indian yang saling perang. Tetapi sekarang aku
telah menjadi lemah. Aku harus makan roti hidup itu supaya bisa kuat lagi.”
Winnetou bertanya, ‘Bolehkah Winnetou juga memakan roti itu supaya kuat seperti
Old Shatterhand?” Old Shatterhand menjawab, “Winnetou bisa memakannya kalau
Winnetou adalah seorang Kristen.” Winnetou bertanya lagi, “Bagaimana caranya
agar Winnetou menjadi Kristen?” Old Shatterhand menjawab, Winnetou perlu
mempelajari dulu beberapa hal sebelum menjadi Kristen.” Dalam buku itu akhirnya Winnetou pun diajak
Old Shatterhand ke Jerman, belajar budaya Eropa, bahasa dan tentu saja
pelajaran Iman.
Winnetou, ketua suku
Apache akhirnya menjadi Kristen Katolik, karena ingin makan Roti Hidup.
Saya jadi teringat
ketika tahun 1994, saya sebagai
mahasiswi Warmadewa jurusan Teknologi Pangan, harus mengambil Praktik kerja
Lapangan (PKL). Saat itu karena di Bali belum ada pabrik besar, maka kami harus
keluar Bali untuk PKL. Jawa, Sumatera. Kebanyakan kami mengambil di Jawa. Setelah bersurat sana-sini ke Perusahaan dan
pabrik, akhirnya saya dan dua teman, Wahyu dan Marisi memilih ke Jakarta. Di Jakarta,
saya dan Wahyu, menginap di rumah pamannya, seorang Hindu yang menikah dengan
istrinya seorang Musli dari Padang. Seminggu di sana, setiap hari kami
berkeliling mencari pabrik yang mau menerima mahasiswa PKL. Dan selama seminggu
itu, setiap hari saya hanya bisa berdoa harian, terutama Doa Koronka yang baru
kupelajari. Hati saya sudah rindu sekali untuk Misa, tapi rumah itu sangat jauh
dari gereja. Kadang saya berdoa sambil berurai air mata. Saya rindu ke gereja
dan Misa. Akhirnya kami berpisah tanpa menemukan pabrik. Saya pindah ke rumah
Marisi di daerah Condet, Jakarta Timur. Dan saya mendapat panggilan untuk PKL
di daerah Cibinong, di pabrik Mie ATOM. Marisi sekeluarga mengajak saya ikut
persekutuan Doa. Hati saya agak terobati. Lalu pada hari Minggu kami ikut
kebaktian di Universitas Kristen (UKI) dipimpin Yusuf Rony, seorang Muslim yang
baru dibaptis Kristen dan memilih menjadi pendeta. Kebaktian itu sangat menyentuh
hati saya, sehingga saya menangis mendengarkan lagu-lagu worship itu. Namun demikian,
kerinduan hati saya untuk Misa dan menerima Komuni, belum terobati. Ketika kami
dalam perjalanan pulang, saya memberanikan diri bertanya ke maminya Marisi, ‘Tante,
di sini ada gereja Katolik?” tantenya heran dan menjawab, “Ada. Tapi kan kita
baru saja kebaktian? Kenapa kamu mesti ke gereja lagi?” Spontan saya jawab, “Gak
sama, Tante. Saya rindu Misa dan terima Komuni.” Tante mengernyitkan dahi dan
berkata, “Kalau gitu, Minggu depan kamu bisa ke gereja Katolik di Cijantung. Tapi
sendiri ya. Berani?!’ Dengan girang saya jawab, “Berani, Tante!” Akhirnya hari
Minggu depannya saya ke gereja Katolik Cijantung dan Marisi sekeluarga ke UKI. Walau
harus naik bemo berganti dua kali sendirian, tapi hati saya sangat gembira
karena akan Misa dan Komuni. Ketika saya menerima Komuni, saya baru menyadari
makna dari Mazmur ….. yang menulis, “Seperti rusa merindukan air, demikian
jiwaku merindukan Engkau, yaTuhan.”
Pernahkah Anda
merindukan Roti Hidup setelah lama berkelana? Sudahkah Anda menyarankan kepada
sesamamu untuk makan Roti Hidup? Semoga!
(narita)
Kamis,
19 Februari 2015-Kamis sesudah Rabu Abu: PILIHLAH KEHIDUPAN DENGAN MENGASIHI
TUHAN, ALLAHMU.
Ulangan
30: 15-20; Mzm 1:1-6; Luk 9:22-25
Lukas 9:23b.25, ‘Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku. Apa gunanya
seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?”
Hari ini, hari Kamis
setelah Rabu Abu. Hari ke-2 umat Kristen memasuki masa retret Agung, masa
Prapaskah yang diisi dengan puasa pantang.
Dalam Tradisi Puasa Pantang
Kristen, khususnya Gereja Katolik, umat tidak diharuskan puasa sepanjang hari
dengan tidak makan apa-apa atau berhenti minum, tetapi lebih diutamakan pada
sikap tobat.
Karena itu sepanjang
masa puasa ini, semua bacaan Injil baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru, mengingatkan umat agar meninggalkan dosa-dosa dan kembali kepada Tuhan.
Mengasihi Tuhan dengan mengikutiperintah Tuhan dan kehendak-Nya.
Memikul Salib seperti
yang diminta Yesus, tujuannya adalah agar manusia tidak takabur. Tidak lupa
diri, dalam memiliki dan menikmati
kebutuhan hidup di dunia ini. Karena kehidupan yang sesungguhnya adalah bersama
Tuhan. Segala sesuatu di dunia ini, seharusnya hanya sebagai sarana orang
semakin mencintai Tuhan, bukan malah melupakan-Nya.
Ayat di bawah ini, termasuk
ayat favorit saya, yang kebetulan ada dalam bacaan hari ini. Betapa Tuhan
peduli dan mengajar kita untuk memilih hal-hal yang baik. Ulangan 30:15-20
30:19, “Pada hari ini, Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu”, 30:20 “dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu i dan lanjut umurmuj untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka."
(Kupersembahkan untuk adik-adik rohaniku, Arman
dan Maia yang menikah tgl. 12 Februari 2015/narita)
SELASA, 26 Mei 2015 : St. FILIPUS NERI- Ha...ha...ha...
Santo yang Penuh Humor!
Peringatan Wajib, St. Filipus Neri, Im
Sir. 35:1-12; Mzm.
50:5-6,7-8,14,23; Mrk. 10:28-31; BcO 1Kor. 15:20-34; warna liturgi Putih
St. Filipus Neri tidak tahan melihat seseorang berwajah murung.
Jika sampai ia melihat seseorang dengan muka masam, maka ia akan dengan senang
hati menamparnya - dan jika orang itu protes, ia akan menjelaskan bahwa bukan
dia yang melakukannya, tetapi setan!
Filipus Neri dilahirkan
pada tanggal 22 Juli 1515 di Florence, Italia. Ayahnya, Fransiskus Neri,
bekerja sebagai seorang notaris.
Filipus kecil suka
sekali berkelakar! Bagi teman-temannya, sentuhan tangan Filipus atau bahkan
kehadirannya saja sudah cukup untuk menyembuhkan hati siapa saja yang sedang
berduka. Filipus kecil juga suka bertindak seturut kata hatinya. .
Bagi umatnya, Rm Neri
adalah seorang imam yang spontan, tak dapat ditebak, menyenangkan serta penuh
humor. Semua orang kudus selalu penuh pengharapan dan sukacita, tetapi pada Neri
pengharapan dan sukacita itu tampak lebih nyata. Ia selalu melihat sisi baik
dari semua peristiwa, baik peristiwa gembira maupun sedih yang dialaminya.
Lelucon-leluconnya, biasanya idenya sendiri, selalu dikenang.
Demi pertumbuhan rohani
umatnya, Rm Neri senantiasa menyediakan waktu bagi siapa saja dan kapan saja.
Ia memperhatikan mereka dan memberikan dukungan serta nasehat menurut
kepentingan mereka masing-masing. Ia membantu umatnya mengatasi
kelemahan-kelemahan mereka dengan membuat mereka tertawa!
Sukacita Rm. Neri segera
memikat hati umatnya, terutama kaum muda.
Rm Neri memahami betapa
pentingnya berbicara dengan bijaksana. Ia berkata “Kata-kata yang jahat sama
seperti bulu-bulu angsa yang diterbangkan angin. Begitu dibuang ke angkasa
mereka menyebar ke segala penjuru kota dan tidak pernah bisa ditarik kembali!”
Kepada para
pengikutnya Rm Neri sering berkata, “Bersukacitalah senantiasa, karena sukacita
adalah jalan untuk berkembang dalam kebajikan.” Meskipun Rm Neri seorang yang
penuh humor, tetapi ia sangat serius dalam kehidupan doanya. Pada tahun 1544,
menjelang Hari Raya Pentakosta, Filipus sedang berlutut dan berdoa memohon
Karunia-karunia Roh Kudus di Katakomba St Sebastianus. Tiba-tiba sebuah bola
api muncul dan secepat kilat masuk ke dalam mulutnya, lalu meluncur ke dalam
hatinya. Filipus merasakan hatinya membesar, tetapi ia sendiri tidak merasa
sakit. Sejak itu, setiap kali Filipus mengalami suatu peristiwa mistik
(persatuan dengan Tuhan secara mendalam), maka hatinya akan berdebar kencang
menyebabkan seluruh tubuhnya bergetar. Berjam-jam dalam sehari dihabiskannya
untuk berdoa. Jika seseorang bertanya bagaimana caranya berdoa, Rm Neri akan
menjawab, “Rendah hati serta taat, maka Roh Kudus akan membimbingmu.”
Diperkenankan mengutip /
menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh
YESAYA: www.indocell.n
Selasa, 23 Juni 2015: “PETUNJUK UNTUK MEMILIH”
Kej.
13:2.5-18; Mzm. 15:2-3ab.3cd-4ab.5; Mat. 7:6.12-14. BcO1Sam 1:1-19.
Matius
7:13-14, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan
luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk
melaluinya; Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada
kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”
Manusia
diciptakan dengan kebebasan untuk memilih. Walau pun begitu, Tuhan tetap
mengawasi setiap ciptaan-Nya agar tidak salah memilih. Dan Ia selalu memberikan
penjelasan tentang hal yang baik dan hal yang buruk dari setiap pilihan, lalu
menganjurkan umat-Nya untuk memilih yang baik. Semua itu ada dalam Kitab Suci.
Yang
hampir mirip dengan ayat yang saya pilih di atas ada dalam Kitab Ulangan 30,
khususnya ayat 19-20. Di sana Tuhan, melalui hamba-Nya Musa, memberikan pilihan
kepada bangsa Israel, sebelum Ia memilih Jhosua menggantikan Musa mengantar
bangsa Israel memasuki Tanah Terjanji. Ia memberikan pilihan antara kehidupan
karena mengikuti Firman-Nya dan kematian akibat hidup dalam dosa dan kejahatan.
Setelah perintah yang bikin hati ciut pada ayat 19abc, kita sampai pada
kata-kata yang menyejukkan dan saya amat menyukainya; ayat 19de-20,’Pilihlah
kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan
mengasihi Tuhan, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya….”
Marilah
kita minta bimbingan Tuhan lewat Roh Kudus-Nya setiap hari, karena setiap hari
tentunya kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. (narita).
SELASA, 28 JULI 2015 :
“JADILAH BENIH YANG BAIK”
Kel. 33:7-11;
34:5b-9,28; Mzm. 103:6-7,8-9,10-11,12-13; Mat. 13:36-43. BcO 1Raj: 11:1-4,
26-43.
Matius 13:43, “Pada
waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan
Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”
Bacaan
hari ini seluruhnya, mulai dari bacaan Pertama, Mazmur dan bacaan Injil,
menyadarkan saya, tentang beberapa hal:
Pertama,
mengapa perlu ada rumah ibadat, perlu hidup dalam sebuah komunitas rohani? Untuk bertemu Tuhan secara khusus. Dalam perjalanan
umat Israel ke Tanah Terjanji, ketika berkemah di Padang Gurun, Musa membangun
satu Kemah khusus, yang agak jauh letaknya dari perkemahan umum dan di sanalah
Musa bertemu dan berbicara dengan Tuhan. Dan mereka yang lain akan mengikuti
jejak Musa. (Kel.
33:7d.11, ‘Setiap orang yang mencari Tuhan, keluarlah ia pergi ke Kemah
Pertemuan yang di luar perkemahan. “Dan Tuhan berbicara kepada Musa dengan
berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah
ia ke perkemahan”)
Kedua,
lebih dalam lagi, berbicara dengan Tuhan, selama yang kita mau. Kita punya
ruang Adorasi Abadi, di dalam gereja ada Tabernakel, di dua tempat itu, Tuhan
Yesus berdiam, menunggu, siapa saja yang mau berbicara dengan-Nya dari hati ke
hati. Kita juga punya Gua Maria, tempat yang hening untuk berbicara dengan
Tuhan dan Bunda dari hati ke hati. Yosua mengikuti jejak Musa. Kita tahu bahwa
Yosualah yang akhirnya dipilih Tuhan meneruskan tugas Musa memimpin bangsa Israel
memasuki Tanah Terjanji. (Kel.
33:11c, “Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah
meninggalkan kemah itu.”)
Ketiga,
mengapa kita perlu berpuasa dan berpantang. Setiap orang yang mau melayani
Tuhan, tidak bisa hidup bebas menikmati segala sesuatu yang berbau duniawi. Ada
saatnya, bila ia akan melaksanakan tugas pelayanan, ia perlu mempersiapkan diri
dengan menahan diri untuk tidak ke tempat hiburan, atau makan-minum dengan
sepuas-puasnya; sebaliknya, ia perlu mempersiapkan diri dengan berpuasa dan
berpantang, bukan hanya pantang puasa makan dan minum, tetapi juga menyangkut
semua keinginan dan hasrat. Dengan demikian, ia bisa mendengarkan suara Tuhan
atau memahami kehendak-Nya. Seperti yang Musa alami dalam bacaan hari ini. (Kel. 34:28,”Dan Musa ada di sana
bersama-sama dengan Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak
makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh batu itu segala
perkataan perjanjian, yakni kesepuluh Firman.”)
Dengan
hidup yang seimbang seperti inilah, Yesus menjanjikan bahwa orang itu akan
bersinar di dalam kerajaan Bapa.
Bandingkan
saja dengan seorang pemain piano yang ingin membuat konser, tentu tak ada hal
lain, kecuali berlatih dan berlatih, barulah saat pentas, ia bersinar sebagai
bintang. Begitu pun dalam hal rohani. (narita)
SELASA, 1 SEPTEMBER 2015:
ADA KUASA DARI SETIAP AYAT KITAB SUCI-Pembukaan Bulan Kitab Suci Nasional.
1Tes.5:1-6,9-11; Mzm.27:1,4,13-14; Luk.4:31-37; hari biasa; PW St.
Maria Margareta Redi, Prw (p)
Lukas 4:32, 36, “Mereka
takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Dan semua
orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah
hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah
kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar."
Mazmur hari ini mengingatkan saya pada sebuah
peristiwa, 5 Desember 1999. Hari itu, hari Minggu, sekitar pkl. 12.00 siang,
tiba-tiba saya menyanyikan lagu pujian, yang isinya diambil dari Mazmur 27,
ayat 4, ‘Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di
rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.”
Syair lagunya seperti ini, ‘Satu hal yang
kurindu, berdiam di dalam rumah-Mu; satu hal yang kupinta, menikmati bait-Mu,
Tuhan; lebih baik, satu hari di pelataran-Mu, daripada s’ribu hari di tempat
lain; memuji-Mu, menyembah-Mu, kau Allah yang hidup, dan menikmati s’mua
kemurahan-Mu.’
Pada saat yang bersamaan, ayah saya di rumah
sedang menghadapi sakratul mautnya. Di kemudian hari, saya menyadari kuasa dari
Doa lewat lagu itu, di mana Roh Kudus mendorong saya nyanyikan berkali-kali,
seolah menyatakan kerinduan jiwa ayah saya untuk kembali ke rumah Bapa.
Karena itu, ketika saudara-saudara saya
bertanya, ayat Kitab Suci apa yang mau dituliskan di makam ayah kami, saya
berikan ayat dari Mazmur ini.
Perkataan Yesus yang ditulis dalam Kitab Suci,
memang penuh kuasa! Sesuai dengan kebutuhan umat-Nya masing-masing yang
membacanya; ayat-ayat itu bisa menyembuhkan, memberi jawaban, memberi
ketenangan, menegur, meneguhkan, menubuatkan, mengusir roh-roh jahat, dan
lain-lain.
Selamat memasuki bulan Kitab Suci Nasional.
Semoga semua orang mencintai Kitab Suci.
(narita)
SABTU, 1
AGUSTUS 2015 : St. ALFONSUS MARIE DE LIGOURI, USKUP
DAN PUJANGGA GEREJA
Im.25:1,8-17;
Mzm. 67:2-3,5,7-8; Mat. 14:1-12; BcO 1Raj.18:16b-40.
Mazmur 67:2,8 “Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita,
kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya. Allah memberkati kita; kiranya
segala ujung Bumi takut akan Dia!”
Santo Alfonsus lahir di sebuah
kota dekat Napoli, Italia, pada tanggal 27 September 1696. Keluarga Alfonsus
adalah keluarga bangsawan Katolik yang bijaksana, saleh dan terhormat. Ayahnya,
Don Joseph de Ligouri, seorang laksamana militer kerajaan Napoli dan ibunya,
Donna Anna Cavalieri, mendidik Alfonsus dengan disiplin yang tinggi terutama
dalam hal iman dan cara hidup Katolik. Orang tuanya juga mendidiknya ala
militer.
Dengan disiplin yang tinggi, seminggu sekali ia diwajibkan tidur di lantai tanpa alas. Hal ini membuatnya tidak manja dan terbiasa dengan pola hidup yang keras. ia dibaptis dengan nama Alfonsus Mary Antony John Francis Cosmas Damian Michael Caspar, tetapi ia lebih suka dipanggil Alfonsus Maria. Don Joseph menyekolahkan anaknya pada usia yang sangat dini dan muda. Alfonsus mulai belajar hukum pada usia tiga belas tahun dan pada usia enam belas tahun ia memperoleh gelar Doktor Hukum dengan predikat “Magna cum Laude”.
Berkarir selama dua puluh tahun
sebagai pengacara hebat yang selalu menjaga hidupnya agar tidak melakukan dosa
berat, akhirnya Santo Alfonsus pun menyerah kalah dalam suatu kasus. Ia
memutuskan lebih dekat dengan Tuhan, lalu menjadi seorang Biarawan OP (Pengkotbah)
setelah mendengar suara ajaib yang berkata,
“Tinggalkanlah dunia dan serahkanlah dirimu kepadaKu.” Sebagai Seorang
Imam Pengkotbah, ia muncul dengan ciri khas baru saat itu, yakni berkotbah
dengan kata-kata sederhana dan otomatis memanggil umat kembali ke Gereja,
karena ia juga berkeliling ke seluruh Napoli untuk berkotbah dan mendengarkan
pengakuan dosa umat, memberikan absolusi yang penuh kasih.
Lalu ia bersahabat dekat dengan
Mgr. Falcoia, yang memotivasi
beliau untuk mendirikan Ordo Baru yakni Redemtoris (CSsR), yang mempunyai ciri
khas mewartakan Injil dan melayani di desa-desa.
Ketika menjadi Uskup, sebagai
seorang yang memahami hukum dan mantan pengacara hebat, ia banyak memperbaharui
kelakuan Imam-Imam dan umat yang malas dan jahat, lewat Tulisannya tentang Teologi Moral; buku Teologi Moral ditulis
sampai tujuh Edisi dan dicetak ulang hingga saat ini.
Itulah sebabnya, Gereja
menghormatinya sebagai Uskup dan Pujangga Gereja.
Akhirnya Alfonsus meninggal dunia dengan tenang di Pagani, dekat
Napoli, Italia pada tahun 1787 dalam usia sembilan puluh satu tahun. Alfonsus
dibeatifikasi pada tahun 1816, dan dikanonisasi pada tahun 1839, serta
dinyatakan sebagai Pujangga Gereja pada tahun 1871.
Semoga teladan hidupnya dapat membawa kita kepada pengenalan akan Kristus yang merupakan puncak dari teologi dan menjadikan kita hambanya yang rendah hati.
(Sumber: Buttler, The Lives of The Saints, Volume III dan
sumber-sumber lainnya)
SENIN, 30 NOVEMBER 2015: PESTA SANTO ANDREAS RASUL-MENJADI
DIRI SENDIRI.
Rm. 10:9-18;
Mzm. 19:2-3, 4-5; Mat. 4:18-22; BcO: 1 Kor
1:17-2:5: Warna Liturgi: Merah.
(Yoh. 1:41a), "Kami telah menemukan Mesias!"
Rasul Andreas adalah seorang dari kedua belas murid Yesus. Nama
“Andreas” berasal dari bahasa Yunani yang berarti: berani, perkasa, kuat. Dia
dijuluki “protocletus”, karena
merupakan murid pertama yang dipilih dan dipanggil Yesus. Dia adalah nelayan di
Galilea, asal Betsaida, dan merupakan saudara Simon Petrus, putra Yohanes (bdk.
Yoh. 1:40.42.44). Mereka juga mempunyai rumah di Kapernaum (bdk. Mrk. 1:21.29),
di mana Yesus sempat singgah dan menyembuhkan ibu mertua Petrus. Dalam berbagai
teks Perjanjian Baru nama Andreas termasuk dalam urutan empat nama pertama
dalam daftar para murid Yesus.
Pada awalnya, Andreas adalah murid Yohanes Pembaptis (bdk. Yoh.
1:35-40). Hingga suatu saat Yohanes menunjuk Yesus yang sedang lewat, “Dialah
sang Anak Domba Allah!”. Walau mungkin belum mengerti benar apa makna seruan
Yohanes itu dan belum mengenal siapa Yesus, namun Andreas bersama seorang murid
lainnya segera mengikuti Yesus. “Apakah yang kamu cari?”, tanya Yesus kepada
mereka. “Guru, di manakah Engkau tinggal?”, tanya mereka. Jawab Yesus, "Marilah
dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia
tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu
kira-kira pukul empat. Perjumpaan dengan Yesus dan pengalaman bersama-Nya
membuat Andreas segera menyadari dan mengenal bahwa Yesuslah Sang Mesias.
"Kami telah menemukan Mesias!", serunya dengan gembira kepada Petrus,
saudaranya (Yoh. 1:41).
Dia tidak menyimpan kegembiraan ini untuk dirinya sendiri, namun
segera membagikannya kepada Petrus. Petrus diantarnya menemui Kristus. Kedua bersaudara
ini diterima Yesus menjadi murid-Nya. Pada awalnya mereka masih melanjutkan
pekerjaan mereka sebagai nelayan. Hingga suatu hari saat mereka sedang
menebarkan jala, Yesus memanggil mereka, “Mari ikutlah Aku dan kamu kujadikan
penjala manusia.”. Saat itu mereka meninggalkan jala dan segalanya untuk
mengikuti Yesus. Di kemudian hari, Petruslah yang kemudian lebih menonjol dan
dipilih menjadi pemimpin. Paling banyak tampil dan dikenal, sedangkan Andreas
menjadi murid biasa. Tetapi ia tetap mencintai dan setia.
Marilah belajar dari Santo Andreas
Rasul, yang rendah hati, periang, lembut dan menjadi dirinya sendiri dalam
melayani Tuhan. Dengan apa adanya dirinya, ia ternyata hadir dalam
peristiwa-peristiwa penting yang dialami Yesus.
Bahwa dalam pelayanan, tidak harus
menjadi pemimpin, tidak harus menjadi yang terkenal, tetapi yang terpenting
adalah menjadi diri sendiri, mencintai tugas pelayananmu dan jaga kesatuan hati
dengan teman-teman sepelayanan, membangun bersama, sampai kapan pun, sampai Tuhan mengijinkan kita berpindah.
(Sumber: www.karmelit/narita)
SELASA, 1 DESEMBER 2015
: WOW! Yesus saja bersyukur…
Lukas 10:21, “Pada
waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku
bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,…”
Menjelang akhir tahun
seperti ini, terkadang orang mulai merenungi berkat dan ‘kegagalan’ yang
dialami. Kita diajarkan untuk mensyukuri segalanya. ‘Syukuri apa adanya…’ syair
sebuah lagu. Bukan hanya dalam bacaan hari ini Yesus memberi teladan kepada
kita agar selalu mengucap syukur kepada Bapa di Surga. Ada lagi banyak ayat, di
mana Yesus selalu mengangkat tangan, berdoa dan bersyukur kepada Bapa-Nya. Saya
berpikir, kalau Yesus saja, yang adalah Kristus, yang satu dengan Allah,
mengucap syukur, apalagi saya? Mestinya, setiap waktu saya harus selalu
bersyukur, walau hidup ini tidaklah mudah; banyak tantangan, tetapi betul,
bahwa Tuhan selalu ada dan menolong, melindungi dan memberkati.
Akhir-akhir ini saya
dibuat untuk bersyukur terutama untuk pelayanan dalam Komunitas; khususnya apa
yang saya lihat dalam perkembangan tiga tahun belakangan ini. Suatu hari ketika
melihat ulang foto-foto yang diupload di group DOJCC, termasuk foto ketika
pemimpin Missionaries of God Love Fr.
Ken, MGL, bertemu dan dirangkul Paus Fransiskus I dan satu foto dari email Ketua
DOJCC Pusat, Tim Kirk, berjabatan erat dengan Paus Fransiskus I, lalu melihat
foto-foto cerianya MGL Maumere; Rm. Vincent, Rm. Wenz, Romo Izak dan Bruder
Martin MGL; Daily Fresh Juice yang makin mendunia, muncul satu pengalaman ketika saya berada di
Canberra, tahun 2013, ketika mengikuti retret APSE (Asia Pacific School of Evangelization),
yang diselenggarakan oleh DOJCC Australia setiap tahun.
Teringat dalam sebuah
penyembahan, saya merasakan sebuah perasaan kecil dan tak berarti, di
tengah-tengah benua Australia dan dunia; lalu Tuhan perlihatkan kepada saya,
seperti itulah Komunitas DOJCC; kecil di tengah dunia. Timbul sebuah pengertian
dari penglihatan ini, yang mengatakan bahwa “Tuhan mau menyatakan kemuliaan-Nya
lewat komunitas yang masih belum dianggap ini; ke sekitar Australia, dan sampai
ke seluruh dunia. Asalkan anggotanya tetap setia di dalam Tuhan”. Saya
menuliskan kata-kata itu dalam bahasa Inggris dan menyampaikan kepada suster Judie
Bowe MGL; barulah saya membacakan Sabda pengetahuan itu di hadapan peserta dan
pembimbing APSE saat itu.
Sekarang ini, seolah
Tuhan mengatakan kepada saya bahwa apa yang Tuhan katakan lewat Sabda
Pengetahuan yang saya tuliskan dan bacakan dengan bahasa Inggris apa adanya,
sudah terlaksana. Terima kasih Tuhan. Salam Adventus!
(narita)
SELASA, 2 Januari 2016 : SIAPAKAH YESUS
BAGIKU?
Peringatan Wajib St. Basilius Agung
& Gregorius dari Nazianze .
1Yoh. 2:22-28; Mzm. 98:1,2-3ab, 3cd-4;
Yoh. 1:19-28;
BcO Kid 4:1-5:1-Warna liturgy: Putih
Yoh 1:27c, “… Membuka tali kasut-Nya pun
aku tidak layak.”
Salah satu tradisi Gereja Katolik
adalah membaca kisah orang Kudus, para Santo dan Santa, dimana dari kisah hidup
mereka bisa menjadi semangat bagi kita untuk tetap beriman. Pada Bacaan I,
Rasul Yohanes mengingatkan kita agar tidak terpengaruh oleh ajaran sesat, dan
berpegang teguh pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bukan hanya
untuk kita yang percaya kepada-Nya, tetapi Juruselamat untuk seluruh dunia. Dan
dalam Injil, Yohanes Pembaptis memberi kesaksian dengan berkata, ‘… Dia yang
datang kemudian daripadaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”
Setelah Yohanes Pembaptis, banyak
orang-orang Kudus yang mempertahan Gereja dan ajaran Kristus, dan patut
diteladani. Seperti kisah orang Kudus
hari ini, Santo Blasius dan temannya, Gregorius dari Nazianze. Ini kisah
hidupnya:
Basilius lahir tahun 329 di
Kaisarea, ibukota Propinsi Kapadokia di Asia kecil. Ia berasal dari keluarga
Kristen yang saleh. Pendidikan yang diterimanya dalam keluarga oleh Ayah,Ibu
dan neneknya membuat iman Basilius tumbuh kokoh dan semakin murni. Ia menjalin
persahabatan dengan Gregorius dari Nazianze, teman sekelasnya saat pendidikan
di Athena. Ia kemudian menjadi pengajar Retorika di Kaesarea, kemudian karena
pengaruh kakak dan adiknya, ia berhenti mengajar karena tertarik pada hidup
membiara. Ia pergi ke Mesir, Palestina,Syria dan Mesopotamia untuk belajar
hidup membiara. Kehidupan membiara yang dibangunnya merupakan bentuk kehidupan
membiara pertama di Asia kecil. Karena itu ia digelari Bapa perintis hidup
membiara di Gereja Timur.
Pada tahun 370, Basilius diangkat
menjadi Uskup di Kaesarea, ia dikenal sebagai Uskup yang tegas dan bersemangat.
Ia menjadi panutan bagi umatnya dan Uskup yang lain karena kepandaian,kesucian
dan kerendahan hatinya.
Basilius juga sangat memperhatikan
kepentingan umatnya, terutama yang miskin dan melarat. Ia membangun rumah sakit
untuk orang-orang miskin.
Basilius banyak menerbitkan tulisan
teologis, juga buku-buku liturgi. Walaupun sakit,ia tidak berhenti untuk tetap
melayani umatnya, hingga ia meninggal tahun 379. Ia digelari ‘Kudus’ dan
dihormati sebagai Pujangga Gereja.
(sumber:
Iman Katolik/narita)
SABTU, 20
Februari 2016 : IMANMU MEMBUAT ENGKAU BERBEDA.
Hari Biasa;
Pekan I Prapaskah.
Ul. 26:16-19;
Mzm. 119:1-2, 4-5, 7-8; Mat. 5:43-48;
BcO Kel.
12:37-49; 13:11-16; Warna Liturgi: Ungu
Mat.
5:47, “Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja,
apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak
mengenal Allah pun berbuat demikian?
Suatu hari saya
menonton kisah orang-orang yang semula begitu menghina iman Kristiani, menolak Yesus
dan ajaran-Nya, akhirnya berubah dan mencintai Yesus dan ajaran-Nya, bahkan
kemudian berani mengajak teman dan keluarga lainnya untuk mengenal dan mencintai
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Dalam sebuah kisah,
seorang wanita bercerita bahwa ketika suaminya sedang berdebat untuk
mempertahankan agama mereka, seseorang meminta ia menuliskan pertanyaannya.
Lalu ia masuk ke WC mengambil tissue toilet, ditarik sepanjang mungkin lalu
menuliskan pertanyaannya. Dan dia terpukul, ketika orang itu menerimanya dengan
tersenyum dan berkata, ‘Yang penting saya tahu pertanyaan ibu.” Dia sadar bahwa
dengan menuliskan pertanyaan di atas tissue toilet, ia ingin menyamakan mereka
dan ajaran agamanya seperti tissue toilet itu. Tetapi sikap orang itu yang
tetap ramah dan menyapanya sebelum mereka berpisah, terkesan di hatinya. Di
kemudian hari, ia memilih Kristus. Dan salah satu yang kuat mempengaruhinya
adalah sikap orang kristiani yang dia hina itu.
Mari belajar untuk
tetap saling memberi salam dan senyum manis, sekali pun kita telah dihina. Bukan
hanya kepada orang luar yang berbeda, tetapi terlebih lagi dengan orang-orang
yang dekat. Entah itu keluarga, atau anggota komunitas atau sahabat dan teman.
Karena kesulitan terbesar untuk melepaskan ego dan meminta maaf atau memaafkan,
justru terjadi saat ada konlik atau perbedaan dengan orang-orang yang dekat.
Namun, Tuhan selalu
sabar terhadap kita. Ia tetap menunggu waktu, kapan kita memaafkan dan bisa
lagi secara tulus tersenyum serta menyapa ramah mereka yang dekat yang pernah
mengecewakan kita.
(Narita)
SABTU, 5 MARET 2016
: I want to know You more.
Hari Biasa;
Pekan III Prapaskah.
Hos. 6:1-6; Mzm.
51:3-4, 18-19, 20-21ab; Luk. 18:9-14;
BcO Kel. 40:16-38;
Warna Liturgi: Ungu
Hosea
6:3, “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia
pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti
hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.”
Selain sifat Allah yang mahabesar, Maha Pelindung, Mahakudus, Maha kasih,
Mahasempurna dan segala pujian manusia kepada ke-Allah-an-Nya, tentu ada
sebutan khusus yang diakui seseorang setelah akrab dan mengalami Kasih Tuhan
secara spesifik. Misalnya Rasul Yohanes menulis, “Allah adalah kasih.” Rasul
Petrus, “Engkau adalah Mesias.” Santo Agustinus: “Jiwa kami belumlah tenang, ya
Tuhan, sebelum beristirahat pada-Mu.” Bagaimana dengan Anda dan saya? Paus Fransiskus
menulis, “If we are to know the Lord, we must go to Him. Listen to Him in
silence before the Tabernacle and Approach him in the Sacraments.” Mungkin
terjemahan bebasnya seperti ini: “Jika kita ingin lebih mengenal Tuhan, kita
harus datang kepada-Nya, mendengarkan Ia dalam keheningan di depan Tabernakel
(dalam ruang Adorasi-red) dan menyambut-Nya dalam Sakramen-sakramen.”
Mengenal Tuhan, terutama mengenal kehendak Tuhan, membutuhkan waktu
seumur hidup kita, namun ketika seseorang mendekati Tuhan dan menjalin
persahabatan dengan-Nya, Tuhan akan menerima orang itu apa adanya dan mendengarkan
keluhannya, mengabulkan apa yang
dimintanya, memberkati apa yang direncanakan dan dilakukannya, terutama apabila
hal itu demi kebaikan banyak orang dan demi kemuliaan Tuhan.
Santo Padre Pio menulis, ‘Tinggallah bersama kami ya Tuhan, sebab kami
membutuhkan Engkau. Engkau tahu, betapa mudahnya kami melupakan Engkau.” (Narita)
SABTU, 9 APRIL 2016
: JANGAN TAKUT!
Pekan ke-2
Paskah; Kis. 6:1-7; Mzm. 33:1-2, 4-5, 18-19; Yoh. 6:16-21;
BcO Kis. 7:44-8:3;
Warna Liturgi: Putih
Yohanes
6:20, “Tetapi Ia berkata kepada mereka:
"Aku ini, jangan takut.”
Banyak orang bisa
meraih prestasi, hanya karena support orang-orang di sekitarnya yang mengatakan
kalimat di atas, ‘Jangan takut!”
Polandia membebaskan
diri dari belenggu komunis Rusia, hanya karena kata ini dari St. Paus Yohanes
Paulus II, yang ketika baru terpilih jadi Paus, berkunjung ke negaranya dan
memberi semangat kepada rakyat Polandia yang saat itu ditindas Komunis Rusia,
agar membebaskan diri . Setelah pidato Paus Yohanes Paulus yang beberapa kali
mengulang kata, ‘Jangan takut!’ Bukan hanya membebaskan Polandia dari Komunis
Rusia, tetapi juga membuat Gorbachef
pemimpin Rusia saat itu memberi
kebebasan bukan hanya kepada Polandia saja, tetapi juga kepada negara-negara Eropa Timur lainnya yang
selama ini mengikuti paham Komunis. Kemudian Tembok Berlin runtuh, Patung
Stalin dirobohkan dan saat ini, semua orang
bisa bebas masuk ke negara-negara Eropa Timur baik untuk berwisata mau
pun berziarah.
Kata ‘Jangan takut! Aku
menyertai engkau’ Ada dalam banyak ayat Kitab Suci, mulai dari Perjanjian Lama
sampai Perjanjian baru.
Allah selalu menyertai umat-Nya, khususnya utusan-Nya yang harus
melaksanakan tugas pelayanan yang diberikan oleh Allah sendiri, dengan
kata-kata ini. ‘Ini Aku, Jangan takut.’
(narita)
SABTU, 9 MEI 2016 : KUASA NAMA YESUS!
Pekan ke-6 Paskah; Kis.
18:23-28; Mzm.
47:2-3,8-9,10; Yoh. 16:23b-28;
BcO Kis. 23:12-35; Warna Liturgi: Putih
Yoh.
6:24, “Sampai sekarang kamu belum
meminta sesuatu pun dalam nama-Ku.
Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”
Meminta dalam nama Yesus.
Itulah yang sekarang dilakukan mereka yang beriman Kristiani. Tetapi bahkan
dilakukan pula mereka yang non Kristen dan mendapatkan sukacita ketika
permintaan mereka terkabul karena nama Yesus.
Mengapa meminta dalam nama
Yesus? Karena nama itu penuh kuasa.
Saya teringat sebuah kejadian
bertahun lalu (1999). Ketika saya ikut dalam sebuah mobil pick up, mobil proyek
kantor. Dalam perjalanan dari Ubud ke Denpasar. Sopir, orang Bandung namanya
Met. Di tengah teman saya Ketut dan saya dekat pintu. Di tengah perjalanan saya
melihat seorang bapak tua memikul bamboo panjang yang baru dipotong, berjalan
di sisi kiri. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba ujung bamboo itu bisa masuk ke
mobil menembus celah kecil spion, sempat menggores lengan kiri saya. Dan karena
mobilnya berjalan terus, ujung bamboo masuk makin dalam dan ujungnya menuju
pelipis kiri Met. Seketika saya berteriak, ‘Yesuuuuus.,. tolong Med!!” Mobil stop mendadak dan ujung bamboo yang
tajam itupun berhenti seketika sebelum kena pelipis Med. Kejadian itu hanya
dalam hitungan detik. Tiap kalau kalau mengingat persitiwa itu, Saya sungguh kagum dan percaya akan
besarnya kuasa nama Yesus.”
Lagu Sekolah Minggu ini masih
suka saya nyanyikan dan merasakan kuasa kasih Yesus, “Dalam nama Yesus, dalam
nama Yesus iblis dikalahkan, dalam nama Yesus, dalam nama Yesus ada kemengan.
Dalam nama Tuhan Yesus siapa dapat melawan, dalam nama Tuhan Yesus ada
kemenangan.”
Mintalah apa pun hal yang baik
bagi dirimu dan keluargamu serta lingkunganmu dengan kuasa nama Yesus.
(narita)
SABTU, 11 JUNI 2016 : ADA KUASA DALAM SAPAAN DAN SALAM.
Peringatan Wajib St. Barnabas, Rasul.
Kis.11:21b-26; 13:1-3; Mzm 98: 98:2-3ab,3c-4,5-6;
Mat. 10:7-13.
BCO Yos. 5:13—6:21; Warna Liturgi; Merah.
Matius 10:7.12-13, “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan
Sorga sudah dekat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka;
Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak,
salammu itu kembali kepadamu.”
Ketika Yesus mengutus
seseorang untuk mewartakan Injil, Ia selalu melengkapi orang tersebut dengan kuasa dan karunia Roh Kudus yang akan masuk
meresap ke dalam hati orang lain, kalau orang tersebut memulai dengan sapaan ramah
dan salam damai. Apalagi jika bisa memberi salam dengan bahasa yang dikenal mereka.
(Itu yang terjadi ketika Pentakosta, sebelum ribuan orang dengan gembira memberi
dirinya dibaptis). Malaikat Gabriel pun ketika akan memberikan tugas dari Allah
kepada Bunda Maria terlebih dahulu menyapanya secara pribadi dengan kata, “Salam,
hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria percaya dan
menerima tugas itu. Para Misionaris
Gereja pun, terlebih dahulu mempelajari bahasa dan budaya negara atau tempat tujuan
sebelum mewartakan Injil.
Bagaimana dengan kita?
Apakah sebagai anggota komunitas atau Gereja, kita cuek dan pura-pura sibuk
ketika ada orang baru datang atau orang yang tidak kita sukai mendekati kita?
Apakah kita menyapa ramah tanpa pandangan selidik kepada orang baru yang memasuki gereja atau komunitas kita? Sebagai
orang yang biasa memimpin acara atau doa, sudahkah kita memberi salam secara
pribadi kepada orang yang kita temui sebelum kita memimpin doa atau pujian? Ataukah
kita bersikap sok artis dan hanya menyapa orang-orang yang kita sukai? Seseorang
pernah berkata, “Aku melihat dia memimpin doa sambil mengangkat tangannya,
doanya bagus, pujiannya bagus, tapi dari tempat dudukku aku berkata dalam hati,
‘Percuma kamu berdoa dan bernyanyi, tadi waktu bertemu engkau membuang muka dan
menghindariku seolah tidak mengenaliku, aku percaya Tuhan lebih mendengarkan
aku daripada kamu, sekali pun kamu yang berdiri di depan!”
Jangan memberikan
kesempatan kepada orang untuk menolak kita dalam hatinya hanya karena kita
tidak ramah. Berikanlah salam secara pribadi kepada sesama yang kita temui
sebelum kita mewartakan kasih Tuhan lewat Doa, Pujian atau Pewartaan. Supaya hatinya gembira mendengar
pesan Tuhan yang keluar dari bibir kita.
(narita)
Sabtu, 9 Juli 2016: INI
AKU, UTUSLAH, TUHAN.
Yesaya 6:1-8, Mzm. 93:1ab,1c-2,5;
Mat. 10:24-33
BcO
Ams. 31:10-31 warna liturgi Hijau
Yesaya, 6:8, “Lalu aku
mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? "
Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku! Dan Suara Yesus
berkata, (Mat 10:31), “Janganlah kamu takut, karena kamu lebih
berharga dari pada banyak burung pipit.”
Kalau mendengar kata ‘Ini aku, utuslah, aku!” Saya
selalu teringat sebuah lagu dengan judul yang hamper mirip, ‘Ini aku, Utuslah,
Tuhan!” Reffrainnya seperti ini: “Ini aku utuslah, Tuhan; Ini aku, utuslah,
Tuhan.. Kemana pun Kau pimpin, ke neg’ri yang Kau pilih; Ini aku, utuslah, Tuhan, dan kukan pergi.”
Sebelum
mengalami jatuh bangun, perjuangan berurai air mata dalam melayani Tuhan,
mungkin ketika saya masih SMA atau jaman kuliah, saya tidak ragu-ragu akan
menjawab, ‘Ini aku, utuslah, Tuhan! Kemana pun Kau pimpin, ke negeri yang kau
pilih, aku akan pergi.”
Tapi sekarang, tunggu dulu… bikin perjanjian
dulu sama Tuhan. Kira-kira jawaban saya akan seperti ini, ‘Begini Tuhan,
ternyata hidup di dunia itu, gak gampang. Perlu ini dan itu untuk ini dan itu…
harus ada tanda bahwa Engkau ada bersama-Ku. Dan seterusnya dan seterusnya…”
Dan apakah Tuhan marah? Sepengalaman saya, sih,
tidak. Asalkan saya tidak menuntut lebih. Kita memberi alasan-alasan yang kita
rasa perlu, maka Tuhan akan ikut bekerja bersama kita (Yosua 1:9, Roma 8:28). Dia akan menyiapkan
segala sesuatu yang tidak bisa kita siapkan. Dia akan melindungi kita, tetapi
IA juga meminta kita untuk berjaga-jaga, punya feeling yang bagus, dengan cara,
kadang membiarkan kita mengalami hal yang menakutkan. Tetapi setelah menolong
kita, Ia akan mengajarkan kita untuk mengerti tanda-tanda, supaya kita tidak
santai, tetapi berjaga-jaga juga dalam Doa dan sikap kita. (narita)
Yuuk, jamannya teknologi... belajar, belanja murah di Niagahoster: https://panel.niagahoster.co.id/ref/393438?r=hosting-murah |