Monday, January 30, 2017

RENUNGAN_Renungan yang saya kirim ke daily Fresh juice



SELASA, 7Januari  2014 _CINTA TUHAN MEMBUAT SEGALANYA MUNGKIN.
Hari biasa. 1Yoh 4:7-10; Mzm 72:2,3-4ab,7-8; Mrk 6:34-44; Raimundus dr Penyafort, Lindalva
Mark 6:37a; 1yoh 4:8 “He answered and said unto them, Give ye then to eat; He that loveth not knoweth not God; for God is love.”

Injil hari ini bercerita tentang mujizat 5 roti dan 2 ikan. Dengan 5 roti dan 2 ikan itu, Yesus memberi 5000 laki-laki belum termasuk wanita dan anak-anak, dan sisa 12 bakul penuh. Ini mujizat yang luar biasa! 5 roti dan 2 ikan melambangkan iman dan harapan kita yang seadanya dan ketika kita menyerahkannya kepada Tuhan, semuanya jadi melimpah Dan saya percaya hal itu masih sering Yesus lakukan dalam hidup kita, tetapi kita kurang menyadarinya.
Soal iman dan harapan  kita pada Tuhan, apakah Tuhan memaksakannya? Saya pikir tidak! Tuhan memang memberi perintah agar kita melakukan apa yang IA mau,  tetapi kita bisa berdebat dengan mengatakan kondisi kita apa adanya.  Dan Tuhan akan meminta kepada kita untuk menunjukkan kepada-Nya, apa yang kita punya. 
Mari kita lihat percakapan Tuhan Yesus dengan murid-muridnya dalam bacaan hari  ini, Injil Markus, khusus ayat 37-38, “Jawab Yesus kepada mereka, ‘Berilah mereka makan! Murid-muridNya bertanya lagi kepadaNya, dengan dua ratus dinnar ini kami harus berbelanja dan memberi mereka makan?” Bisa dibayangkan bagaimana terbelalaknya murid-murid Yesus ketika Yesus menyuruh mereka memberi makan lima ribu lebih orang hanya dengan uang kas yang mungkin sebesar dua ratus ribu saat itu. Yesus tahu kekuatiran mereka dan bertanya, ‘pergi dan lihatlah, apa yang ada saat ini.’  lalu mereka pergi dan menemukan orang yang membawa 5 roti dan 2 ekor ikan.
Percakapan di atas memberi makna tersendiri kepada setiap orang yang membacanya. Sesuai dengan rencana, panggilan hidup dan kebutuhan masing-masing.
Marilah kita mengawali rencana hidup kita di tahun 2014 ini, dengan merenungkan percakapan Yesus dengan murid-muridNya di atas, untuk meneguhkan kita bahwa dengan apa yang kita miliki, yang kita persembahkan kepada Yesus dalam doa-doa, harapan dan kerja keras kita, Tuhan Yesus akan selalu membuatnya jadi besar dan berguna bagi orang lain.
Untuk menjaga hati kita, seringlah kita bertanya pada diri sendiri seperti yang ditanyakan Tuhan Yesus kepada Santa Faustina dari Kerahiman Ilahi, ‘Apakah cintamu kepada sesama sudah kaulandasi pada cinta kepada Tuhan?’
Satu hal lagi, kita boleh bertanya kepada Tuhan tentang segala permasalahan yang kita alami, mengapa IA seolah menuntut kita untuk melayani sesame dalam hidup ini, tetapi hendaklah kita tetap memupuk iman kita akan cinta Tuhan, sebab keinginan untuk melayani, timbul dari cinta kepada Tuhan. (1Yoh 4:8).-narita-








SELASA, 11 Februari 2014 _TRADISI_HENDAKLAH BERPADANAN DENGAN PERINTAH ALLAH..
Hari biasa. 1Raj 8:22-23,27-30; Mzm 84:3,4,5,10,11; Mrk 7:1-13; Santa Maria di Lourdes, Benediktus Aniane_hari orang Sakit sedunia
Mark 7:9 “And he said unto them, Full well ye reject the commandment of God, that ye may keep your own tradition.

Tuhan itu tidak statis. Roh Kudus mengadakan perubahan dari jaman ke jaman. Kalau sebuah tradisi terlalu dipertahankan sampai menimbulkan korban ketidakadilan, berarti orang-orang yang melaksanakan tradisi tersebut sudah harus membuka diri untuk sebuah perubahan.
Orang lapar harus makan, janganlah demi tradisi, makanan disembunyikan, sedangkan orang mati kelaparan. Santo Yohanes Paulus II, ketika menjadi seorang Paus, secara diam-diam, suka menyumbangkan jubah-jubahnya kepada suster-suster yang sedang mengumpulkan baju bekas untuk penggalian dana. Ia juga pernah menghadiahkan cincin emas yang sedang dipakainya kepada Uskup Salvador untuk dijual, ketika melihat begitu banyak umat Katolik yang hidup miskin di Keuskupan itu. Tentunya kalau Santo YP II harus meminta ijin dulu kepada Pengurus Kepausan, itu tidak akan mungkin. Maka beliau melakukannya secara diam-diam. Ia melawan tradisi Kepausan demi belas kasihan.
Hari ini juga kita merayakan Hari Orang Sakit sedunia. Menurut tradisi dunia, soal kesehatan, ada istilah, ‘Pada Tubuh yang sehat terdapat jiwa sehat.” Istilah ini membuat orang-orang mengabaikan orang sakit dan tentu saja orang cacat. Tetapi Bunda Maria, pada Penampakkannya di Lourdes, memilih santa Bernadette yang sakit TBC untuk menyampaikan kabar sukacita, bahwa Ia adalah Bunda Allah. Melalui proses yang panjang dan bukti-bukti dengan banyaknya mujizat penyembuhan, termasuk penyembuhan Santa Bernadette saat itu, akhirnya Gereja percaya. Sekarang Gereja menetapkan Hari Penampakkan di Lourdes untuk memperhatikan orang sakit. Bunda Maria telah merobah tradisi pandangan itu.
Dalam sebuah penampakkan kepada Santa Faustine, Yesus berkata, “Biara yang tidak memiliki orang sakit adalah biara yang miskin. Karena orang-orang sakit, dalam penderitaannya mendatangkan banyak rahmat kepada sebuah komunitas.”
Ketika mengalami sakit atau hidup dalam masalah berat, berdoalah minta penyembuhan dan pembebasan, tetapi tetaplah setia, setiap hari persembahkanlah penderitaan badan dan hatimu kepada Tuhan untuk disatukan dengan penderitaan Yesus di salib, maka engkau akan menjadi saluran rahmat bagi banyak orang di sekitarmu. –narita-      






SELASA, 11 Maret  2014_BERSERULAH KEPADA TUHAN DAN TEMUKAN KASIHNYA.
Hari Biasa Pekan I Prapaskah_ Yes. 55:10-11; Mzm. 34:4-5,6-7,16-17,18-19; Mat. 6:7-15
Psalm 34:4, “I sought the Lord, and he heard me, and delivered me from all my fears.”
Masa Prapaskah adalah masa tobat. Orang diajak untuk bertobat dari semua kesalahan dan dosa. Orang diajak untuk melihat penderitaan yang diakibatkannya terhadap orang lain. Tetapi juga masa di mana kita diajak untuk menyadari betapa besar belas kasihan Tuhan terhadap ciptaanNya. Tuhan itu baik banget, itu tepatnya. Yesus juga mengajarkan kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa. Yesus ingin kita semua sadar, bahwa Allah itu baik dan sayang banget kayak orang tua kita menyayangi kita---terlepas dari adanya orang tua yang tidak menyayangi anaknya---
Banyak orang melarikan diri dari hadapan Tuhan, dengan tidak mau berdoa, tidak mau membaca Kitab Suci, tidak mau ke gereja, apalagi melayani Tuhan dalam komunitas, karena menganggap dirinya berdosa dan tidak pantas dekat dengan Allah. kalau orang punya pikiran seperti ini pandangannya terhadap Allah makin lama akan semakin negatif, seolah-olah, kalau dekat dengan Tuhan, semua kesenangannya akan diambil; maka orang itu akan berlari makin jauh dari Tuhan dan hidup dalam kesenangan yang semu. Bayangkan, bagaimana perasaan seorang papa atau seorang mama yang dijauhi anaknya karena anaknya merasa enggak dekat dengan orang tuanya. Bagaimana sedihnya orang tua yang ingin memeluk anaknya, tetapi anaknya berlari menjauh. Dan sebaliknya, betapa bahagianya hati orang tua yang anaknya selalu dekat dengan mereka. Begitulah kasih Tuhan kepada kita sebagai ciptaanNya. Tuhan selalu ingin dekat dengan kita, ciptaanNya, sehina apa pun hukum dan peraturan memandang kita. Tuhan hanya menginginkan satu hal, kita percaya dan mencintai Dia, sekali pun kita lemah dan berdosa. Karena hanya Dia yang mampu membantu kita keluar dari kelemahan dan dosa kita. Jangan sampai karena merasa diri orang berdosa, kita menjauhi Tuhan, sehingga Ia harus mengeluh, ‘Ia datang kepada milikNya, tetapi milikNya tidak menerima Dia.’(Yohanes 1:11).  

Maka marilah kita memasuki masa Prapaskah bukan hanya sebagai masa seorang pendosa hina yang harus bertobat, tetapi lebih focus pada kebaikan Tuhan yang sangat hebat, sehingga kita berani mempercayakan hidup kita pada kasih dan rencanaNya. –narita- 


SELASA, 15 APRIL 2013

DALAM NAUNGAN KASIH ALLAH

Yes. 49:1-6; ==Tuhan memggailnya sejak dlm kandungan ibu. Menyebut namaku . Naungan tangannya menyembunyikanku,  
Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15,17;
Yoh. 13:21-33,36-38 : ayat 25-26a: He then lying on Jesus’s breast saith unto him, Lord, who is it? Jesus answered, He it is, to whom I shall give a sop, when I have dipped it.
warna liturgi Ungu

Hari ini dalam bacaan Injil, Yohanes mengisahkan saa-saatt menjelang perjamuan malam terakhir, dan pesan-pesan Yesus agar sebagai pengikut Yesus, hukum terutama dan satu-satunya hukum yang berasal dari Yesus adalah Hukum Cinta Kasih. Dengan mengamalkan hidup cinta kasih, orang akan mengenalnya sebagi pengikut Kristus. Dan itu terjadi hingga saat ini. dalam kelemahan seorang pengikut Kristus, orang akan tertarik pada  tindakan cinta kasih kaum kristiani.
Ada sebuah tindakan cinta kasih Yesus yang sangat kecil, yakni menjawab pertanyaan murid-muridNya dengan tepat di saat yang penuh kegelisahan itu.
Menjawab pertanyaan orang, adalah salah satu bentuk perhatian dan tindakan cinta kasih, yang keluar dari hati yang penuh perhatian pada kebutuhan orang, walau hanya untuk sebuah pertanyaan.  Sebagai pengikut Kristus, saya percaya, bahwa perhatian Yesus dalam menjawab pertanyaan, keinginan kita untuk mengetahui sesuatu, yang kita tanyakan langsung kepada Yesus, baik dalam doa atau hanya bertanya sepintas dalam hati, sering dijawab-Nya dengan tidak disangka-sangka.  Dan saya percaya, teman-teman dan saudara-saudari pembaca renungan ini juga sering mengalami bagaimana senang dan tenangnya hati ketika sebuah pertanyaan kita dijawab oleh Tuhan. Maka sering-seringlah bertanya pada Tuhan Yesus untuk permasalahanmu, IA pasti akan menjawabnya.
Memasuki Pekan Suci ini, marilah kita mengingat tindakan cinta kasih dalam bentuk perhatian yang paling kecil apa saja yang telah kita lakukan kepada orang-orang terdekat? Kalau belum, ambillah kesempatan untuk itu.
 Mungkin selama ini kita terlalu sibuk dengan gadget kita, atau terlalu sibuk dengan hal-hal  yang besar, sehingga lupa memberikan perhatian kepada orang-orang terdekat kita pada  hal-hal kecil seperti memberikan anggukan rasa hormat, memberikan sebuah senyuman dan sapaan, menjawab pertanyaan yang kita anggap sepele.  Masih ada waktu, lakukanlah. (narita)



SELASA, 13 MEI 2013
FATIMA
Maria dr Fatima, Maria Dominica Mazzarello
Kis. 11:19-26; Murid2 dan orang2 pertama yang mewartakan Injil adalah orang2 baik, yang penuh dengan Roh Kudus dengan iman yang  kuat, contohnya Barnabas, yang di utus ke Antiokia, lalu datang bertemu paulus yang baru bertobat, mengajaknya ke Antiokia… mewartakan bersama di sana dan umat di sanalah umat yang pertama kali disebut Kristen.
Mzm. 87:1-3,4-5,6-7; Berserulah kepada Tuhan setap hari untuk masalahmu dan Ia akan menolongmu.
Yoh. 10:22-30---waktu itu musim dingin, Yesus sedang berjalan-jalan di Serambi Salomo dan orang2 Yahudi datang berkerumun dan bertanya, Sampai  kapan mereka akan bingung… Yesus menjawab… aku berkata2 dan kamu tidak percaya..pekerjaanKu atas nama Bapaku, menjadi kesaksian, siapakah aku?
Mat. 10:24 ‘Then came the jews round about him, and said unto him, How long dost thou make us to doubt?’
warna liturgi Putih

Tanggal 13 Mei … ada sebuah kejadian yang menggemparkan di Eropa, khusus di sebuah desa  di Protugal. Yakni desa Fatima.  Tiga anak gembala mendapat penampakkan Bunda Maria, di mana Bunda Maria meminta supaya semua orang berdoa Rosario untuk perdamaian dan bertobatnya orang-orang berdosa. Saya  membayangkan perjuangan tiga anak kecil itu untuk membuat orang percaya bahwa  itu adalah Bunda Maria dan supaya semua mau menjalankan permintaan Bunda Maria, berdoa Rosario setiap hari untuk perdamaian dunia dan bertobatnya orang berdosa  dan hancurnya komunis. Anak-anak kecil itu dibawa ke sana kemari, ditanya di bawah ancaman orang –orang dewasa yang berkuasa.
Seperti bacaan hari ini, betapa sulitnya Yesus membuat orang-orang Yahudi percaya akan akata-katanya.  Mereka berkerumun dengan marah, minta bukti, apakah betul, Yesus itu datang dari Allah, atau apakah benar Yesus itu Mesis yang mereka tunggu-tunggu? Sedangkan Yesus keliahatan biasa-biasa saja… bukan orang berkuasa atau tidak termasuk dalam kumpulan mereka yang mungkin adalah orang-orang terpandai.
Pertanyaan orang-orang Yahudi itu juga kadang mungkin menjadi pertanyaan kita, ketika kita sedang dalam masalah atau apa yang sedang kita kerjakan serasa tidak ada hasilnya, padahal kita sudah berdoa, sudah mempersembahkan ini dan itu kepada Tuhan, kadang mungkin kita minta bukti, apakah Tuhan telah melakukan sesuatu untuk kita? Atau mungkin  seperti tiga anak Fatima yang mendapat penampakkan, ketika memberikan waktu untuk melayani Tuhan, orang-orang bertanya kepada kita, ‘mana bukti Tuhan bersama kamu, sedang kamu masih seperti  ini dan itu,?’ dan sebagainya yang kadang membuat kita lelah menjawab.
Tetapi Yesus member contoh jawaban yang bijaksana.  ‘Aku sudah mengatakannya dan kamu tidak percaya pada kata-kataku. Sekarang lihatlah apa yang telah aku perbuat.”
Biarkanlah waktu menjawab setiap permasalahan kita. Biarkan orang melihat hasil dari  apa yang kita lakukan, barulah mereka percaya, dengan demikian kita tidak perlu menghabiskan energi dan waktu untuk berdebat lalu kehilangan waktu untuk bekerja. Waktu untuk bertindak lebih penting dan membawa hasil.
Kita lihat berjalan dengan waktu, seorang Imam muda Polandia yang diam-diam berdoa Rosario setiap hari dengan  intense seperti pesan Bunda Maria di Fatima, suatu hari dipilih menjadi paus. Dengan imannya dia bisa membebaskan Polandia, negara asalnya, dari penindasan Komunis. Dan bukan hanya itu saja, ia membuat pemimpin negara komunis terbesar, Rusia, menyerah dan membubarkan komunisme di  negaranya. Negara Jerman Timur pun dibebaskan. Patung Kremlin ditumbangkan.  Eropa Timur bebas dari kungkungan komunisme. Dan sekarang ini, banyak orang mulai berziarah ke Eropa Timur.
Segala sesuatu yang Ilahi, akan menjadi sulit dibahas bila hanya dipikirkan untuk mencari jawaban. Carilah jawaban dengan melihat hasil dari tindakan di dalam Tuhan.


SELASA, 17 JUNI 2013
TELADAN AYAH
Hari Biasa: 1Raj. 21:17-29; --Tuhan marah kepada Raja Ahab-----ketika raja Ahab mendengar bahwa Tuhan marah, ia mengenakan kain kabung, bahkan mengenakan abu di mukanya---merendahkan diri di hadapanAllah—Allah menerima pertobatannya da n menjauhkan dia dari  malapetaka tetapi akan dibuat pada masa pemerintahan putranya.
Mzm. 51:3-4,5-6a,11,16; Mazmur pertobatan---
Mat. 5:43-48---Mat 5:44—But I say unto you, Love your enemies, bless them that curse you, do good to them that hate, and pray for them which despitefully use you, and persecute you;
warna liturgi Hijau

Bacaan-Bacaan hari ini mengajak kita untuk melihat kemurahan hati Allah Bapa dalam mengampuni , di mana Allah mengampuni Raja Ahab yang bertobat, walau sebetulnya Ahab telah melakukan hal yang sangat jahat di mata Allah saat itu. Dan pada bacaan Injil, Yesus meminta kita meminta kita untuk mengikuti Nya dalam sikap tidak membenci  musuh atau orang yang telah berbuat jahat kepada kita.
Bicara soal memaafkan dan tidak membenci orang yang telah enyusahkan kita, memang gampang, tetapi saat kita sendiri mengalaminya, barulah kita sadar betapa sulitnya, kecuali kalau diberikan rahmat pengampunan oleh Allah. Namun beberapa orang diberikan karunia untuk begitu mudah mengampuni dan bermurah hati kepada orang yang telah menyakiti mereka. Dan orang-orang seperti itulah yang bisa mencapai kesempurnaan seperti yang Yesus katakan dalam Injil, ‘Hendaklah kamu sempurna seperti Bapaku yang di surga, sempurna adanya.”
Membaca ayat ini tiba-tiba saya teringat ayah saya. Dan saya bersyukur karena Tuhan telah memberikan ayah yang selama hidupnya memberikan teladan kepada istri dan kami anak-anaknya tentang mengampuni dan mengasihi musuh, memberkati orang yang …., berdoa bagi mereka yang mem.. (Mat 5:43).
Saya teringat, sering sekali saya mendengar mama dan kakak saya mengeluh, ‘Bapak ini, terlalu baik sama orang. Lihat orang itu, datang lagi. Dulu susah datang ke sini, ditolong, dah makmur, ketemu bapakmu, harus bapakmu yang nyapa duluan, eh, sekarang susah, datang lagi, tapi coba liat, mau aja bapakmu dengarin, tolong dia lagi.. huh!”
Dan heran itu terjadi beberapa kali. Tapi ketika ibu saya mengeluh, bibir bapak saya terkatup rapat-rapat. Diam seribu bahasa. Dan satu hal lagi, bapak saya akan sangat marah kepada anak-anaknya, apabila dia melihat langsung anaknya membalas ejekan temannya atau bermaksud membalas dendam. Dia selalu mengajarkan kami untuk memafkan dan berdamai. Ketika saya mulai SMP dan SMA, yah, saya juga ikut memprotes sikap ayah kami.
Lalu ketika saya mulai bekerja dan beliau meninggal, baru saya sadar akan banyak teladan baik yang telah ia berikan kepada anak-anaknya. Dan satu hal yang paling penting, ketika misa peringatan satu tahun ayah saya, malamnya saya bermimpi, melihat bapak saya berdiri di dalam gereja St. Theresia, gereja di Paroki asal kami dibaptis, memegang dua  daun Palma utuh. Lalu beliau keluar sebentar untuk memberikan yang satunya kepada ibu saya yang sedang berdiri di halaman Gereja.
2 tahun setelah mimpi itu, ibu saya meninggal pada hari Raya Paskah ke-2.
Saya merenungkan mimpi itu, dan ada dua hal yang saya maknai, Pertama, tentang hari Raya Minggu daun Palma yang ditetapkan Gereja; bahwa Hari Raya itu bukan hanya dirayakan umat di Bumi, tetapi juga umat yang telah berada di surge. Bahkan kalau kita hanya merayakan setahun sekali, di sana sepanjang masa mereka bersorak-sorak bagi Raja Kekal; kalau kita di bumi menggunakan ujung daun Palma, mereka menggunakan daun Palma utuh. Makna kedua, bapak saya yang telah bahagia, diberikan kesempatan untuk mempersiapkan istrinya supayaistrinya juga  merasakan kebahagiaan surgawi, bersorak dan mengelu-elukan Yesus dengan daun palma  di surga. “Mintalah rahmat ketulusan dan kebaikan hati , agar sempurna seperti Bapa kita di surga.” (narita)


25 Juni 2013 : MENGALAH
Kej 13:2,5-18; Mzm 15:2-3ab, 3cd-4ab,5; Mat &:6,12-14.
Mat 7:13 “Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang  yang mendapatinya.”

Sebuah survey membuktikan bahwa sejak dini, seseorang sudah mulai dilatih dan dididik untuk selalu menjadi pemenang. Memenangkan pertarungan; menjadi juara di kelas; menjadi juara di kontes nyanyi; kontes kecantikan; di semua bidang, mulai dari seni,  olah raga, bahkan sudah masuk ke urusan masak-memasak.
Semua cara mengajak orang untuk berlomba menjadi pemenang, banyaklah positifnya. Orang menjadi semangat, kreatif untuk belajar, menciptakan sesuatu cara yang baru, unik, membuat sesuatu yang biasa saja menjadi keliahatan menarik dan sebagainya. Orang pun dilatih untuk memiliki sikap sportif, menerima kekalahan bila tidak menang.
Dan itu merupakan tontonan yang menarik bagi banyak orang. Dengan adanya TV maka yang menonton jadi jutaan orang.
Dan kita tahu juga mungkin sampai saat ini belum ada kontes bagaimana memilih untuk mengalah.
Tetapi dalam bacaan hari ini, Tuhan mengingatkan kita untuk memilih yang tersulit, bila perlu mengalah terhadap keinginan orang lain-dalam hal ini seperti kisah Abraham dan Lot. Dan dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus sendiri mengingatkan agar memilih jalan yang jarang atau tidak menarik di mata umum. Tidak memilih jalan yang diikuti banyak orang, sebaliknya yang sukar dan sedikit diikuti orang.
Di dalam dunia yang sekarang ini menjanjikan kemudahan dalam memperoleh segala sesuatu khususnya segala informasi, kita perlu berhati-hati .
Semoga bacaan-bacaan Kitab Suci yang kita dengarkan atau kita baca, menuntun kita memilih yang tepat dan benar sehingga menyenangkan hati Tuhan dan membawa kebaikan bagi hidup sekarang dan kelak.
narita


10 Desember 2013 – BERSAMA YESUS MENCARI DOMBA YANG HILANG
Mateus 17:14, “…..
Pada bacaan Injil hari ini digambarkan bagaimana seorang gembala berani meninggalkan sekumpulan besar dombanya hanya untuk mencari yang terhilang. Dan betapa bahagia hatinya ketika menemukannya, sampai-sampai membuat pesta syukur dengan orang-orang undangannya. Dan ditutup dengan pesan, begitu pun Bapamu yang di surga akan bersukacita karena  seorang yang bertobat kembali.
Setiap kali saya membaca ayat ini, saya merasa Yesus menggambarkan diriNya sebagai Sang Gembala yang begitu mencintai dan menghargai setiap pribadi dari domba-dombaNya, sehingga IA tidak mau kehilangan salah satupun diantaranya.
UmatNya, Yesus lambangkan sebagai domba. Kenapa bukan kambing, kuda, itik atau hewan-hewan lainnya?
Menurut hasil penelitian, domba adalah hewan yang sangat penurut dan jarang sekali memberontak. Itulah gambaran Yesus pada seluruh umat manusia. Bagi Yesus, ciptaanNya adalah makhluk yang penurut, tidak memberontak terhadap Pencipta-Nya karena tidak memiliki rancangan jahat dalam hatinya. Kalau kita membaca penciptaan Adam dan Hawa, demikianlah manusia. Ketika Allah menciptakan manusia, dia hanya mengisi manusia itu dengan segala kebaikanNya. Jadi ketika IA terpaksa menolak Adam dan Hawa karena berdosa, Allah tahu, mereka berdoa karena Godaan dari luar.  Keinginan untuk berdosa timbul karena tergoda sesuatu dari luar dirinya.
Sekarang kita sadar, Yesus memandang kita semua sebagaimana kita saat diciptakan. Murni. Ia tidak melihat kita sebagai manusia berdosa. Dia hanya melihat kemurnian kita. Karena itulah ketika kita menjauh dari-Nya, IA tetap mencari sampai menemukan kita.
Saya mengenal beberapa orang yang secara sadar tergoda dengan proses pencarian diri secara spiritual untuk mencapai tingkat tertentu, yang kemudian membuatnya meninggalkan Yesus. Awalnya saya takut dan berusaha menghindari  orang-orang tersebut, tetapi  bimbingan seorang Romo membuat saya berani  menjaga persahabatan dengan mereka. Tuhan Yesus akan berkarya secara khusus lewat persahabatan kami  untuk menariknya kembali kepada Yesus.
Demikian, marilah sambil tetap menjaga diri kita sendiri, kita membantu Yesus menemukan kembali domba yang terhilang dari-Nya. Dengan begitu kita menyenangkan hati Bapa di surga. (narita)



SELASA, 15 April 2014 : TINDAKAN KASIH YANG PALING SEDERHANA
Hari Selasa Dalam Pekan Suci
Yes. 49:1-6; Mzm  71:1-2,3-4a,5-6ab,15,17; Yoh. 13:21-33,36-38 -- warna liturgi Ungu

Mzm.
Yoh.  25-26a: ‘…. Murid yang duduk paling dekat dengan Yesus, bertanya, “Tuhan, siapakah dia?”. Jawab Yesus, ‘Dia, yang kepadanya kuberikan … untuk dicelupkan rotinya…..

Bacaan-bacaan hari ini mengajarkan kepada kita akan cinta Allah yang besar kepada manusia. Bacaan I  (Yes 49:1-3) Yesaya menggambarkan cinta Allah yang begitu besar kepadanya mulai dari kandungan ibu sampai ketika ia dipanggil menjadi hamba Allah. Dan Yesus menegaskan cinta Allah kepada manusia dalam Injil (Yoh.13:21-38) bahwa malam itu Ia harus memulai rencana Allah untuk penyelamatan manusia  dengan dikhianati oleh rasulNya sendiri, dihina, disangkal oleh rasulNya lagi, menderita dan wafat di Kayu Salib. Dan semua hanya demi menebus dosa manusia. 

Dari bacaan Injil, ada sebuah tindakan cinta kasih Yesus yang paling sederhana, yang mungkin luput dari perhatian kita, yakni ketika Yesus menjawab pertanyaan salah satu muridNya yang penasaran tentang siapakah yang dimaksud Yesus, yang akan menyerahkan Dia untuk disengsarakan.

Kalau mau dibilang, ‘sebetulnya malam itu Yesus sedang galau’. Kita tahu bahwa setelah perjamuan itu, Yesus berdoa di Taman Getsemani sampai berpeluhkan darah saking takutnya. Tapi malam itu, ia masih menyempatkan diri berpesan supaya para Rasul saling mengasihi dan yang paling menarik, Ia tetap menjawab pertanyaan sepele itu meski ia merasa jawabannya tetap tak dimengerti para Rasul.

Sebagai pengikut Kristus, saya percaya, bahwa perhatian Yesus dalam menjawab pertanyaan, bukan hanya terjadi di jaman dulu saat Yesus masih bersama para Rasul-Nya, tetapi sampai sekarang, di jaman kita ini, Yesus masih terus memperhatikan setiap pertanyaan kita, bahkan yang paling pribadi yang kita sembunyikan jauh di dalam lubuk hati (Filipi 4:6-7). Saya percaya, pembaca Fresh juice juga sering mengalami bagaimana senang dan tenangnya hati ketika sebuah pertanyaan kita dijawab oleh Tuhan. Maka sering-seringlah bertanya pada Tuhan Yesus untuk permasalahanmu, IA pasti akan menjawabnya.

Menjawab pertanyaan seseorang, adalah salah satu bentuk tindakan cinta kasih yang paling sederhana, yang keluar dari hati yang penuh perhatian pada kebutuhan orang. Orang akan merasa dihargai dan timbul rasa gembira, kalau sapaan atau pertanyaannya dijawab dengan tulus.
Sudahkah kita melakukannya untuk orang-orang terdekat atau orang-orang kita temui setiap hari?

Mungkin selama ini kita terlalu sibuk dengan gadget kita, sehingga kalau ada orang yang bertanya, kita hanya menjawab dengan anggukan kecil, sedangkan perhatian dan senyum kita tetap tertuju pada gadget itu. Atau terlalu sibuk memikirkan rencana-rencana besar, sehingga lupa memberikan sebuah anggukan rasa simpati, sebuah senyuman dan sapaan, menjawab pertanyaan sesorang dengan sopan.

Memasuki Pekan Suci ini, marilah kita melaksanakan tindakan cinta kasih yang paling sederhana seperti di atas, untuk orang-orang di sekitar kita. Seorang pengikut Kristus, dikenal dari tindakan cinta kasihnya. (narita)

SELASA, 17 JUNI 2014 :  MENGGAPAI SURGA
1Raj.21:17-29; Mzm.51:3-4,5-6a,11,16; Mat. 5:43-48.
Mat 5:44, “Tetapi Aku berkata kepadamu, kasihilah musuhmu, berkatilah mereka yang mengutuk kamu, berbuat baiklah kepada mereka yang membenci kamu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
Sedang merenungkan Bacaan Injil hari ini, saya teringat mimpi sekitar 13 tahun lalu. Waktu itu setelah Misa peringatan satu tahun ayah saya 5 Desember 2000, malamnya saya bermimpi, melihat ayah saya berdiri di dalam gereja St. Theresia-Kefamenanu, gereja di Paroki asal kami dibaptis, memegang dua  daun Palma utuh. Lalu saya melihat ibu saya sudah bersih dan cantik, berjalan memasuki halaman gereja tersebut. Sesampainya ibu di tangga gereja, ayah keluar sebentar dan memberikan daun Palma yang satunya kepada ibu.  Beliau masuk lagi ke dalam gereja tetap memegang daun Palmanya, dan dari dalam ia memandang ibu saya penuh kerinduan. Saya memandang  kedua orang tua saya itu dan mengerti, betapa mereka tetap saling mencintai sekali pun berada di dunia yang berbeda.  Dua tahun setelah mimpi itu, ibu saya meninggal dengan tenang pada hari Senin (1 April 2002), hari  ke-2 Paskah.
Ada dua hal yang saya maknai dari mimpi itu. Pertama, tentang hari Raya Minggu daun Palma yang ditetapkan Gereja; bahwa Hari Raya itu bukan hanya dirayakan umat di Bumi, tetapi juga umat yang telah berada di Surga. Bahkan kalau kita hanya merayakan setahun sekali, di sana sepanjang masa mereka bersorak-sorak bagi Raja Kekal; kalau kita di bumi menggunakan potongan ujung daun Palma, mereka menggunakan daun Palma utuh. Makna kedua, ayah saya yang telah terlebih dahulu mengecap kebahagiaan di Sana, meminta kepada Tuhan agar memurnikan ibu saya supaya bila ia dipanggil, boleh juga menikmati kebahagiaan seperti bahagianya ayah. Saya pun jadi teringat sebuah tulisan dalam Injil, ‘Iman seorang istri menguduskan suaminya dan sebaliknya iman seorang suami menguduskan istrinya.’ (1 Korintus 7:14).
Ada satu hal yang saya ingat dari ayah saya, ia selalu menolong orang terutama yang kesusahan. Sekali pun suatu hari orang itu menjadi sukses dan berlaku sombong terhadap ayah saya, bila orang itu susah dan datang lagi, ayah tidak pernah mengingat masa lalu, ia kembali membantu orang itu. Berbeda dengan ibu saya yang agak pendendam. Jadi bila ibu saya mulai ngomel, mulut ayah terkatup rapat. Tetapi kalau dirasanya omelan ibu mulai berlebihan, dia akan membentak dan seketika ibu saya pun terdiam.
“Walau pun hanya belaskasih Allah sajalah yang membuat kita bisa memperoleh segala sesuatu; Mintalah juga rahmat ketulusan dan kebaikan hati, agar sempurna seperti Bapa kita di surga dan kita bisa menggapai surga.”  (narita)



Selasa, 22 Juli 2014 “Bertemu Santa Maria Magdalena”
Peringatan Wajib St. Maria Magdalena
Kid. 3:1-4a atau 2Kor. 5:14-17; Mzm. 63:2,3-4,5-6,8-9; Yoh. 20:1,11-18
warna liturgi Putih
Yoh. 20:18, “Maria Magdalena berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.”
Hari ini Gereja mengkhususkan untuk menghormati Santa Maria Magdalena. Santa Maria Magdalena ini adalah yang dikisahkan dalam Kitab Suci. Ketika saya dan teman-teman baru saja memulai pelayanan di PD Algonz, dianjurkan kepada kami sie Doa untuk mencari pelindung orang Kudus. Salah satu teman kami langsung menemukan dalam bacaan Injil hari ini, bagaimana sebagai sahabat para rasul, Maria Magdalena justru yang pertama kali bertemu Yesus setelah Yesus bangkit, walau pun awalnya, seperti yang dikisahkan dalam Kitab Suci, Maria Magdalena adalah pendosa berat yang baru bertobat. Sebagai pendosa yang bertobat karena merasa dicintai Tuhan, Maria Magdalena, kemudian sangat mengasihi Yesus. Bahkan di bagian Injil lain, dikisahkan Maria Magdalena, yang terus duduk di kaki Yesus untuk mendengarkan Yesus, sampai lupa membantu saudarinya Martha untuk melayani tamu. Berdasarkan kecintaan Maria Magdalena kepada Yesus yang terus setia duduk di kaki Yesus untuk mendengarkan setiap perkataan Yesus, kami sebagai sie Doa yang harus dengan setia berdoa bagi kegiatan PD, memilih Santa Maria Magdalena sebagai pelindung.  Ketika ada yang tidak setuju dan menjadi perdebatan, kami diberi kesempatan seminggu untuk memikirkan lagi.
Tanpa kami sadari, setiap dari kami, anggota sie doa, mengalami pengalaman, seolah Tuhan berbicara kepada kami untuk tetap memilih St. Maria Magdalena. Ada yang bisa membuat lagu dengan syair yang bagus tentang Maria Magdalena, yang satunya yang sedang bepergian, melewati sebuah gereja cantik di tengah padang Sabana, yang bertuliskan Gereja Katolik Sta. Maria Magdalena. Sayalah orang terakhir yang akhirnya mengalaminya juga. Minggu siang sedang menunggu teman-teman untuk Pertemuan Tim, tiba-tiba, seorang gadis bertubuh kecil, berambut halus dan kuning keemasan, memarkir sepedanya di dekat saya, kami lalu berkenalan, dia menyebut namanya Maria Magdalena. Dan dia mengatakan beberapa hal yang kemudian menjadi kenyataan bagi PD Algonz hingga hari ini. Sebelum kami berpisah, waktu itu, dia berjanji akan datang setiap hari Sabtu waktu PD Algonz, tetapi saya tidak pernah melihatnya. Lalu dengan iman saya percaya, dia hadir dalam roh sebagai pelindung bersama Santo Aloysius Gonzaga.
Orang-orang Kudus, dipilih Tuhan untuk membantu kita melakukan karya Tuhan yang melebihi kemampuan manusiawi kita. Alangkah bagusnya bila kita memilih pelindung dari Orang Kudus, ketika harus melaksanakan proyek besar dari Tuhan yang kita ingini itu berjalan terus turun temurun. (narita)



Selasa, 19 Agustus  2014 “Pada pukul berapakah engkau dipanggil Tuhan melayani Dia? Lakukanlah!”
Pekan Biasa- warna liturgi hijau
Yeh. 28:1-10; Mzm. 23:1-6; Mat. 20:1-16; Baca juga Pengkotbah 3:1-22

Mat. 20:7d, “Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.”
Setiap hari Tuhan berkeliling terus dan setiap waktu memanggil orang masuk dalam rencana-Nya yang besar untuk penyelamatan dunia ini.
Naah, namanya juga ‘rencana besar’ tentunya itu ‘the big project!’ pekerjaan banyak dan Pekerja juga banyak! Masing-masing sesuai dengan keahliannya dan dipanggil pada waktu yang berbeda. Kalau sudah banyak orang yang terlibat di dalam pekerjaan itu, tentunya ada intrik-intrik. ‘Rasa iri’ bisa timbul dalam hati dan dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, karena dipilih jadi koordinator, suka bekerja sendiri dan tidak mau berbagi dengan yang dianggap masih baru atau memilih orang-orang tertentu hanya dari tampang atau kehebatan semata. Yang tidak menarik hatinya, dibiarkan atau diberikan tugas-tugas kecil di belakang supaya jangan dilihat orang; Ada yang suka menolong sedikit, tetapi kemudian bergosip ke mana-mana supaya orang melihatnya sebagai orang hebat;  Ada yang bergosip karena iri hati, lalu ditegor, tetapi menyebarkan tegoran itu ke mana-mana supaya orang bersimpati kepadanya dan membenci orang yang menegur dia; Orang-orang yang berlaku seperti ini, sebaiknya membaca baik-baik Bacaan I dan Injil hari ini, supaya jangan sampai setelah bekerja keras dalam pelayanan, tetapi kemudian menjadi yang terakhir. Sayang kan? Rasul Paulus menasehati, ‘Memang karena kasih karunia Allah menyelamatkan kita, tetapi Ia mendidik kita untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan duniawi, tidak curang, tetapi selalu tulus dan setia.’ (Titus 2:9-12).   Ada yang bekerja rajin dan berusaha menanggung semuanya, walau sering merasa disepelekan.  Tetapi lama kelamaan merasa sia-sia lalu mundur tanpa berita. Orang-orang yang merasa terbeban, sebaiknya hari ini membaca Mazmur 23 supaya tetap maju karena Tuhan. Rasul Paulus menasehati, ‘Jangan sampai apapun di dunia ini memisahkan kita dari kasih Kristus’ (Roma 8:37-39).
Sekarang tentang upah. Entah itu melayani sejak kecil atau baru saja bertobat dan dipanggil pada usia tua, upah yang Tuhan kasih, tentu sama yakni ‘sedinar sehari’ atau dalam bacaan lain, Tuhan menjanjikan orang yang melayani Dia yakni 100x lipat, memelihara hidupnya dan semua yang dia cintai dan jaminan untuk kehidupan kekal. Untuk janji Tuhan ini saya sungguh percaya, karena sudah saya lihat alami dan saksikan sendiri, dari orang-orang di sekitar saya, baik berkat untuk hidup mereka sekarang, mau pun kehidupan kekal bagi orang-orang tercinta yang telah mendahului mereka. ‘Tuhan tak pernah ingkar janji.” (narita)

Selasa, 23 September 2014 : MENJADI ORANG TERDEKAT-NYA.
Peringatan Wajib St. Padre Pio dari Pietrelcina
Ams. 21:1-6,10-13; Mzm. 119:1,27,30,34,35,44; Luk. 8:19-21. Warna Liturgi Putih.

Lukas 8:21b, ‘Ibu-Ku dan saudara-saudaraKu adalah mereka yang mendengarkan Sabda Tuhan dan melakukannya.’

Hari ini kita memperingati hidup Santo Padre Pio dari Pietrelcina, Italia. Sebelum ia akhirnya memilih menjadi imam, ia hidup seperti kita. Semakin lama, Santo Padre Pio ditarik pada kehidupan yang dekat dengan Yesus dan bahkan sampai menyatu dengan Yesus, sehingga mengalami stigmata yakni kelima luka Yesus. Dan justru ketika mengalami Stigmata itulah ia mulai banyak membuat mujizat. Saya pernah membaca kisah-kisah mujizat yang dibuat oleh Padre Pio semasa hidupnya, mulai dari mujizat-mujizat yang sederhana, kecil dan tak terlihat sampai membangkitakn orang mati.  Dan itu terjadi di abad 19, karena Padre Pio lahir tahun  1887 dan meninggal 1968.
Untuk menjadi orang terdekatNya Yesus, mungkin kita tidak dipanggil seperti Padre Pio, tetapi sedekat apapun seseorang dengan Yesus, orang itu pastilah diijinkan mengalami stigmata, walau kecil dan hanya dia sendiri dan Tuhan yang mengerti. Semua itu demi kekudusan diri kita sendiri.
Ayat di atas bisa menjawab pertanyaan orang, mengapa Gereja Katolik mengijinkan umatnya untuk berdoa kepada orang Kudus? Karena orang Kudus sudah pasti adalah orang terdekat dengan Yesus. Kalau kita meminta doa kepada sesama yang masih hidup, kan bisa saja saat ini dia sedang dekat dengan Yesus, esok mungkin menjauh karena dosa? Karena itu, janganlah ragu untuk meminta bantuan doa dari orang-orang Kudus.
Semasa hidupnya, Padre Pio selalu menganjurkan orang untuk mencintai Ekaristi Kudus dengan mengikuti Misa dan Pengakuan dosa. Ia juga mengajarkan umatnya untuk membentuk komunitas Doa. Ia menulis, ‘Gereja terlibat dalam perang antara yang baik dan yang jahat, dan Gereja membutuhkan bantuan yang terus menerus, lebih dari sekedar bantuan mereka yang hanya menerima komuni setahun sekali. Yang paling dibutuhkan Gereja adalah orang beriman yang membentuk kelompok-kelompok Doa dan berkumpul di sekeliling Altar Ekaristi sesering mungkin, kemudian membawanya kepada teman dan kenalan.’
Padre Pio juga mengajarkan orang untuk menyadari keberadaan malaikat pelindungnya. Bahwa malaikat pelindung selalu ada bersama kita. Doanya, ‘Salam ya malaikat pelindungku yang kudus, aku menghormatimu. Doakanlah aku, dan berdoalah bagiku di saat aku mengalami kesulitan untuk berdoa bagi diriku sendiri. Kiranya dalam terang ilahi, engkau sudi menemui para malaikat pelindung orang-orang yang amat kukasihi dan mereka yang bersatu denganku secara rohani untuk menerangi mereka, melindungi mereka dan membimbing mereka.”
Padre Pio sangat menghormati dan mencintai bunda Maria. Ia selalu berdoa Rosario dan meminta Bunda Maria membantunya agar lebih dekat dengan Yesus dan memahami kehendak Allah.
Kepada umat beriman, Padre Pio mengajarkan orang agar taat kepada pimpinan, taat kepada Gereja dan setia. Ia menganjurkan orang berpuasa dan berpantang, tetapi jangan berlebihan. Santo Padre Pio, doakanlah kami.  (narita)

Selasa, 21 Oktober 2014 : BERJAGA-JAGA DI ADORASI ABADI, YUUK!
Hari Biasa; Ef. 2:12-22; Mzm. 85:9ab-10,11-12, 13-14; Luk. 12:35-38. BcO Sir. 29:1-13; 31:1-4
Warna liturgy Hijau.

Lukas 12:38 “Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka.’
Hari ini Tuhan mengajak kita berjaga-jaga senantiasa dalam menjalani hidup. Dengan kata lain, Waspadalah! Jangan lengah! Jangan terlena! Jangan sampai mabuk kepayang! Tuhan ingin, ketika Ia datang, Ia menemukan kita sedang melakukan apa yang Ia kehendaki. Supaya kita bahagia  seperti yang tertulis dalam Bacaan Pertama Efesus 2:19-21 ‘Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang Kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.’
Ada banyak cara orang menyiapkan hati untuk selalu menyadari kehadiran Tuhan. Mulai dari berpikir dan bertindak baik, menghindari dosa, menjaga kehidupan doa, melakukan tindakan kasih, bertanggung jawab, melayani Tuhan, dan masih banyak lagi.
Dan salah satu cara adalah berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus dalam ruang Adorasi Abadi. Setidaknya, masing-masing kita yang sudah mengetahui kehadiran Tuhan dalam Sakramen ini, melakukan adorasi pribadi 1 jam seminggu. Pasti banyak berkat kita peroleh bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Seorang ibu, janda muda, yang telah melalang buana dalam iman dan pekerjaannya, suatu hari datang dengan rasa lelah yang amat sangat dan meminta ikut mengambil jam Adorasi dini hari seminggu sekali. Walau pun siangnya dia telah bekerja keras, sehingga terkadang tertidur saat Adorasi. Sekitar enam bulan kemudian, dia mendapat panggilan kerja dan enam bulan kemudian ia datang lagi dan berkisah, “Sewaktu saya bekerja keras siang malam dengan kekuatan sendiri, membayar sewa rumah saja sulit. Tetapi begitu saya mengandalkan Tuhan dan berjaga-jaga dalam doa, sekarang Tuhan memampukan saya dan partner saya membeli tanah sebukit untuk membangun hotel. Betapa luar biasa cara Tuhan membahagiakan kita, kalau kita mau berserah dan menyenangkan hati Tuhan!” (Narita)

Selasa, 25 November 2014 : JELI MENGETAHUI TIPUAN PENYESAT
Katarina dr Aleksandria, Elisabet dr Reute
Why. 14:14-20; Mzm. 96:10,11-12,13; Luk. 21:5-11 BcO dan. 6:5-28; Warna Liturgi hijau.

Lukas 21:28 “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah dia, dan : Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.’
Di negara kita sedang demam orang muncul di berita TV karena mengubah kepercayaannya. Tentunya orang itu sadar bahwa ia akan disanjung banyak orang, secara ekonomi, tentunya akan makin terjamin, ketika dia mulai menjelekkan kekristenan, khususnya nama Yesus.
Jauh sebelum hal ini terjadi, Tuhan telah menasihati kita lewat Injil hari ini. Bahwa penyesat-penyesat sering muncul dan menarik perhatian duniawi.  Tetapi kita harus waspada dan tidak mengikuti mereka.
Karena itu, kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu agar tidak tertarik dengan ketenaran dan mungkin kekayaan yang diperoleh sesorang yang berani menghina Yesus.  Sebaliknya, jagalah  hati dengan terus mendalami bacaan-bacaan Injil. Maka hati kita akan makin dikuatkan untuk meneguhkan sesama kita yang mulai goyah, karena kita  akhirnya tahu bahwa  jauuuuuh sebelum apa yang sedang kita saksikan, Tuhan sudah menyampaikan dalam Firmannya.
Saya pernah bertemu dengan beberapa anak SD dan SMP tetapi bukan di Bali. Mereka bercerita kalau sering diintimidasi bahwa mereka akan masuk neraka karena imannya. Saya bertanya, 'Apakah kamu yakin seperti itu?' "Enggaklah" Jawab mereka. "Kan kita beriman pada Allah yang Esa, Bapa Putra dan Roh Kudus. Kita pasti nanti masuk surga." "Amiiin" jawabku. (Narita)

SELASA, 23 DESEMBER 2014
Hari Biasa Khusus Adven : “TANGAN TUHAN MENYERTAIMU”
Mal. 3:1-4; 4:5-6; Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14; Luk. 1:57-66. warna liturgi Ungu
Lukas 1: 66, “Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata:  ’Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.
Kelahiran seorang anak selalu dinanti-nantikan oleh keluarga yang mencintainya. Disertai dengan doa-doa dan harapan. Sekali pun mungkin tidak ada orang yang mencintainya saat lahir, setiap bayi yang lahir ada dalam rencana Tuhan. Percayakah Anda?  
Mari kita melihat beberapa ayat Kitab Suci yang menuliskan tentang penciptaan manusia dalam kandungan dan apa yang Tuhan lakukan dalam kandungan seorang ibu, serta rencana Tuhan bagi hidupnya.
Yeremia 1:4-5, ‘Firman Tuhan datang kepadaku, bunyinya: Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”
Mazmur  139:14-16, “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindungi bagiMu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mataMu melihat selagi aku bakal anak dan dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun daripadanya.”
Sewaktu lulus SMA, saya punya keinginan untuk kuliah, tapi masih belum pasti mau ke mana. Suatu hari kakek kami, paman dari mama datang ke rumah. Kakek Salem berkata,  ‘Saya datang khusus mau ceritakan mimpi saya semalam. Saya bermimpi melihat Tina berjalan bersama teman-temannya menyeberangi sebuah jembatan panjang, yang di bawahnya terdapat jurang dalam. Tina berjalan di depan, memegang lilin dengan tujuh sumbu yang bernyala. Ketika tina dan ada cukup banyak teman-teman di belakangnya sampai di seberang, jembatan itu tiba-tiba terputus. Jadi sebagian lagi yang belum menyeberang, hanya berdiri terpaku di sana, sedangkan tina dan yang lainnya yang sudah menyeberang, tetap berjalan dengan penuh sukacita. Anak ini akan dipakai Tuhan! Karena lilin dengan tujuh sumbu adalah lambang kurnia Roh Kudus.”
Saat mendengar cerita kakek itu, kami tidak ada yang berkomentar. Tetapi saat ini, ketika saya sudah melayani Tuhan, cerita mimpi kakek itu menguatkan langkah saya untuk tetap maju melayani Tuhan, di saat pelayanan terasa berat karena iri dan dengki. Puji Tuhan, hingga saat ini saya masih mau berdoa, “Kemanapun Engkau perintahkan aku pergi, ini aku, utuslah ya, Tuhan!” 
Sama seperti Yohanes Pembaptis, saya percaya bahwa hidup kita masing-masing juga ada dalam rancangan Tuhan. Sekali pun terkadang ada hal buruk menimpa kita, tetaplah yakin dan jangan ragu. Saat ini, bila ada rencana dan keinginan, nyatakanlah itu dalam doa dan harapan, siapa tahu rencana dan impianmu adalah kehendakNya yang Tuhan letakkan dalam pikiranmu? Yesaya ketika mendapat panggilan Allah berkata, ‘Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang mau pergi untuk Aku?” maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8). Tanggapilah ajakan Tuhan, walau merasa tidak pantas atau dalam situasi hidup yang tidak menentu; maka Ia akan menyertai langkahmu dan menjadikan berhasil apa yang kaulakukan. (narita)


Selasa Pekan Biasa II, 20 Januari 2015: SABAR dan SETIA SAMPAI TERBUKTI JANJI TUHAN.
PF S. Fabianus, Paus dan Martir, S. Sebastianus Martir
Ibr 6:10-20; Mrk 2:23-28
Ibrani 6: 14-15, “Kata-Nya, ‘Sesungguhnya Aku akan  memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak.’ Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.
Dalam Misa Tahun Baru saya merenungkan betapa besarnya kasih dan perlindungan Tuhan selama hidup saya, terutama saat-saat saya mulai memutuskan untuk melayani Tuhan. Banyak perlindungan  yang  Tuhan berikan tanpa saya sadari. Setelah 10 tahun kami hanya berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus pada setiap retret tahunan, Tuhan menyiapkan satu ruang Adorasi Abadi. Bukan hanya setahun sekali, tetapi 24 jam setiap hari. Bukan hanya kami saja yang berdoa di sana, tetapi  setiap orang dari mana saja berdoa  dan mendapat ketenangan di sana.
Kalau kita setia dan sabar mengikuti Tuhan, kita akan tahu bahwa Ia, Tuhan, ada di setiap  kejadian hidup kita dan Ia menjadikan apa yang kita lakukan berguna bagi banyak jiwa untuk dekat dengan-Nya.
Dan seperti Injil hari ini di mana Yesus membela murid-muridNya yang memetik gandum pada hari Sabat. Kita pun akan selalu dibela Tuhan, jika pelayanan kita diganggu. Misalnya jika ada seseorang yang mencela dan mencibir kita dalam kelompok kecil di belakang kita; Tuhan akan mengirim orang pilihan-Nya untuk memuji kita di hadapan ratusan orang; Jika ada yang menghasut-hasut orang disekitar kita  untuk tidak menyukai kita, Tuhan akan mengirim orang-orang dari level yang lebih tinggi untuk menjadi teman kita, dan tentu itu akan membuat apa yang sedang kita lakukan untuk Tuhan berkembang.
Percayalah! Supaya sabar dan setia, dan lihatlah apa yang Tuhan lakukan untuk hidupmu.
(narita)

Selasa,   17 Februari 2015: “ JADILAH PELANGI DI ATAS AWAN”
Kej 6:5-8;7:1-5.10; Mrk 8:14-21; PF Ketujuh Saudara Suci, Pendiri Ordo Hamba-Hamba Maria
Kejadian 6:8, “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Allah.”

Pada Bacaan pertama, dosa-dosa manusia telah menyakiti Allah. hanya Nuh yang berkenan di hati-Nya. Sedangkan Injil memuat pesan Yesus kepada para Rasul agar berhati-hati terhadap ragi dunia ini.
Kalau melihat kehidupan kita zaman sekarang, pastilah dosa dan kejahatannya lebih besar dan lebih banyak dari jaman-Nya nabi Nuh atau jamannya para Rasul.  Tetapi karena Allah telah berjanji kepada nabi Nuh lewat pelangi yang muncul di atas awan, maka dunia ini masih ada sampai sekarang.
Siapakah Pelangi di atas awan di mata Allah Bapa?
Dalam sebuah catatan pesan Kerahiman Ilahi, Santa Faustina menulis, bahwa ketika lambung Yesus ditikam, Allah Bapa memandang dunia dari luka di lambung Yesus dan belas kasihan-Nya pun tercurah ke bumi lewat darah dan air.  Ketika Allah Bapa memandang Yesus yang tersalib, Ia seperti melihat pelangi di atas awan dan teringatlah janji-Nya kepada Nuh untuk tidak lagi memusnahkan bumi. Salah satu janji Yesus kepada Santa Faustina adalah bahwa orang yang berdoa koronka atau mendoakan doa mohon belas kasih Allah lewat penderitaan Yesus tepat pada jam 3 petang atau jam 3 dini hari, mendatangkan belas kasih dan pengampunan Allah akan dosa-dosa berat manusia.
Santa Brigita juga menulis bahwa Bunda Maria adalah Pelangi di atas awan, karena ia dipilih dari antara manusia untuk ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan. Ketika dosa dunia menyakiti hati Allah, doa-doa Rosario yang dilambungkan dipersembahkan Bunda Maria kepada Allah sebagai mawar-mawar segar yang harum semerbak dan mendatangkan belas kasih Allah kepada dunia.
Siapa pun yang tetap  mencintai Allah dengan sepenuh hati di tengah-tengah tawaran kenikmatan dunia ini, ia menjadi ‘Nuh-Nuh’ dan menjadi ‘Pelangi di atas awan’ yang mendatangkan belas kasih Allah bagi orang di sekitarnya.
Jadilah pelangi di atas awan yang menyenangkan hati Allah dan mendatangkan kasih karunia-Nya.
 (narita).


Selasa,   17 Maret 2015: “JADILAH SAKSI KRISTUS”
Yeh. 47:1-9.12; Yoh. 5:1-16; PF S. Patrick, Uskup
Yohanes 5:15, “Orang itu keluar, lalu menceritakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia.”

Seorang penulis Kristiani terkenal pernah membuat pernyataan, ‘Kalau orang Katolik tidak membuat Misa, maka Tuhan akan menyuruh Gereja lain atau agama lain melakukan Misa. Dan kalau orang Kristiani tidak berani memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus, maka Tuhan akan menyuruh orang dari agama lain memberikan kesaksian tentang Kristus.”
Sewaktu masih di bangku kuliah, saya bersahabat akrab dengan teman-teman dari latar belakang agama yang berbeda. Marisi Panjaitan-Kristen HKBP, Maya-Budha, Chandra Risma-Muslim dan Sastrawati-Hindu. Kami saling membantu terutama selama penelitian-Skripsi sampai ujian akhir Skripsi, sehingga kami bisa menyelesaikan kuliah bersamaan. Ketika mulai bekerja, masing-masing harus berjuang sendiri, walau kadang kami masih saling berbagi informasi.
Suatu malam Sastrawati datang ke kamar kost saya untuk curhat soal pekerjaan sambil menemani adiknya mengetik. Malam itu entah mengapa saya ngantuk sekali dan tertidur saat kami sedang ngobrol. Saya hanya terbangun saat hampir pagi dan mengantar Sastra dan adiknya pulang.
Seminggu kemudian, Sastra datang lagi dan kali ini dengan hati bahagia menceritakan kejadian yang dia alami dengan Yesus di kamar saat saya tertidur itu. Dengan bersemangat Sastra bercerita, “Aku yakin, Yesusnya kamu itu emang benar-benar penuh kasih. Dia memberikan aku pekerjaan pas tanggal 14 Februari. Enggak sia-sia selama ini aku menyukai lagu-lagu Natal. Memang benar Yesus itu ada!”   Lalu tanpa ditanya, Sastra bercerita, “Seminggu lalu, waktu kamu tertidur, aku iseng membaca buku kamu yang bercerita tentang Padre Pio, yang mengalami luka-luka seperti Yesus Kristus. Aku heran, tetapi dalam hati kupikir di dalam agama Hindu juga sering ada hal-hal di luar nalar. Sementara itu aku mulai mengeluh, kenapa sudah dua tahun aku belum bekerja. Mataku tertuju pada gambar Yesus yang tergantung di dinding kamar kamu. Dan dengan hati yang penuh amarah karena sedih, aku bertanya pada gambar Yesus itu, ‘Yesus, kenapa hidupku seperti ini? kenapa Tina dan Chandra sudah bekerja dan aku belum? Emangnya yang disebut orang beragama hanya Kristen dan Islam? Lalu untuk apa setiap hari aku ngebanten, bikin canang? Kalau begini terus, lebih baik aku mati saja!’ Lalu aku pun tertidur dan dalam tidur aku bermimpi diangkat dari sebuah kegelapan ke tempat yang terang. Sekembalinya ke rumah, esoknya ada yang datang menawarkan pekerjaan. Kukirimkan surat lamaran dan CVku, dan luar biasa tepat tanggal 14 Februari mendapat jawaban diterima bekerja. Jadi aku sungguh-sungguh percaya, walau aku bukan Kristen, tetapi Yesus telah menolongku!”
Kesaksian teman saya ini meneguhkan iman saya akan Yesus, yang datang untuk menyelamatkan dan mencintai seluruh umat manusia. Terima kasih Tuhan Yesus, kami boleh beriman kepada-Mu.
(narita).


Selasa, 21 APRIL 2015 : “MERINDUKAN ROTI HIDUP”
St. Anselmus
Kis. 7:51 - 8:1a; Mzm. 31:3cd-4,6ab,7b,8a,17,21ab; Yoh. 6:30-35. BcO Why. 8:1-13; warna liturgi Putih

Yoh. 6:35, ‘Kata Yesus kepada mereka: Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.’

Sewaktu SMP saya suka ke Perpustakaan Umum dan suatu hari menemukan buku  tua berseri berjudul  Winnetou, sebuah buku petualangan di benua Amrik yang saat itu baru ditemukan oleh orang Eropa dan masih penuh hutan belantara. Buku itu dikarang oleh DR. Karl May-seorang penulis Jerman (1842-1912).
Walau bukunya gak ada gambar dan tulisannya panjang, tapi petualangan seorang tokoh bernama Old Shatterhand dari Jerman  dengan suku-suku asli Amerika-orang Indian, sangat menantang dan menyentuh hati. Perjalanannya mengelilingi Amerika, digambarkan dengan jelas sehingga yang membaca seolah sedang menonton film. Dari semua yang menarik itu, ada satu percakapan Old Shatterhand yang membuat saya kagum tentang bagaimana caranya ia menyatakan imannya. Old Shatterhand berkata kepada Winnetou, sahabat mudanya yang orang Indian itu, ‘Old Shatterhand ingin kembali ke Eropa.’ Winnetou menjadi sedih dan terus bertanya sampai Old Shattherhan kewalahan menjawabnya, tetapi jawaban terakhir Old Shatterhand membuat Winnetou ingin menjadi Kristen dan tidak bisa menahan kepergiannya. Old Shatterhand berkata sambil matanya menerawang ke angkasa, “Aku merindukan roti hidup. Yakni makanan untuk jiwaku. Selama tiga tahun berkeliaran di hutan-hutan Amerika ini, tangan Tuhan telah menyertaiku, sehingga selalu lolos dari maut bahkan bisa mendamaikan banyak suku-suku Indian yang saling perang. Tetapi sekarang aku telah menjadi lemah. Aku harus makan roti hidup itu supaya bisa kuat lagi.” Winnetou bertanya, ‘Bolehkah Winnetou juga memakan roti itu supaya kuat seperti Old Shatterhand?” Old Shatterhand menjawab, “Winnetou bisa memakannya kalau Winnetou adalah seorang Kristen.” Winnetou bertanya lagi, “Bagaimana caranya agar Winnetou menjadi Kristen?” Old Shatterhand menjawab, Winnetou perlu mempelajari dulu beberapa hal sebelum menjadi Kristen.”  Dalam buku itu akhirnya Winnetou pun diajak Old Shatterhand ke Jerman, belajar budaya Eropa, bahasa dan tentu saja pelajaran Iman.
Winnetou, ketua suku Apache akhirnya menjadi Kristen Katolik, karena ingin makan Roti Hidup.
Saya jadi teringat ketika tahun  1994, saya sebagai mahasiswi Warmadewa jurusan Teknologi Pangan, harus mengambil Praktik kerja Lapangan (PKL). Saat itu karena di Bali belum ada pabrik besar, maka kami harus keluar Bali untuk PKL. Jawa, Sumatera. Kebanyakan kami mengambil di Jawa.  Setelah bersurat sana-sini ke Perusahaan dan pabrik, akhirnya saya dan dua teman, Wahyu dan Marisi memilih ke Jakarta. Di Jakarta, saya dan Wahyu, menginap di rumah pamannya, seorang Hindu yang menikah dengan istrinya seorang Musli dari Padang. Seminggu di sana, setiap hari kami berkeliling mencari pabrik yang mau menerima mahasiswa PKL. Dan selama seminggu itu, setiap hari saya hanya bisa berdoa harian, terutama Doa Koronka yang baru kupelajari. Hati saya sudah rindu sekali untuk Misa, tapi rumah itu sangat jauh dari gereja. Kadang saya berdoa sambil berurai air mata. Saya rindu ke gereja dan Misa. Akhirnya kami berpisah tanpa menemukan pabrik. Saya pindah ke rumah Marisi di daerah Condet, Jakarta Timur. Dan saya mendapat panggilan untuk PKL di daerah Cibinong, di pabrik Mie ATOM. Marisi sekeluarga mengajak saya ikut persekutuan Doa. Hati saya agak terobati. Lalu pada hari Minggu kami ikut kebaktian di Universitas Kristen (UKI) dipimpin Yusuf Rony, seorang Muslim yang baru dibaptis Kristen dan memilih menjadi pendeta. Kebaktian itu sangat menyentuh hati saya, sehingga saya menangis mendengarkan lagu-lagu worship itu. Namun demikian, kerinduan hati saya untuk Misa dan menerima Komuni, belum terobati. Ketika kami dalam perjalanan pulang, saya memberanikan diri bertanya ke maminya Marisi, ‘Tante, di sini ada gereja Katolik?” tantenya heran dan menjawab, “Ada. Tapi kan kita baru saja kebaktian? Kenapa kamu mesti ke gereja lagi?” Spontan saya jawab, “Gak sama, Tante. Saya rindu Misa dan terima Komuni.” Tante mengernyitkan dahi dan berkata, “Kalau gitu, Minggu depan kamu bisa ke gereja Katolik di Cijantung. Tapi sendiri ya. Berani?!’ Dengan girang saya jawab, “Berani, Tante!” Akhirnya hari Minggu depannya saya ke gereja Katolik Cijantung dan Marisi sekeluarga ke UKI. Walau harus naik bemo berganti dua kali sendirian, tapi hati saya sangat gembira karena akan Misa dan Komuni. Ketika saya menerima Komuni, saya baru menyadari makna dari Mazmur ….. yang menulis, “Seperti rusa merindukan air, demikian jiwaku merindukan Engkau, yaTuhan.”
Pernahkah Anda merindukan Roti Hidup setelah lama berkelana? Sudahkah Anda menyarankan kepada sesamamu untuk makan Roti Hidup?  Semoga!
(narita) 

Kamis, 19 Februari 2015-Kamis sesudah Rabu Abu: PILIHLAH KEHIDUPAN DENGAN MENGASIHI TUHAN, ALLAHMU.
Ulangan 30: 15-20; Mzm 1:1-6; Luk 9:22-25

Lukas 9:23b.25,  ‘Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?”

Hari ini, hari Kamis setelah Rabu Abu. Hari ke-2 umat Kristen memasuki masa retret Agung, masa Prapaskah yang diisi dengan puasa pantang.
Dalam Tradisi Puasa Pantang Kristen, khususnya Gereja Katolik, umat tidak diharuskan puasa sepanjang hari dengan tidak makan apa-apa atau berhenti minum, tetapi lebih diutamakan pada sikap tobat.
Karena itu sepanjang masa puasa ini, semua bacaan Injil baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, mengingatkan umat agar meninggalkan dosa-dosa dan kembali kepada Tuhan. Mengasihi Tuhan dengan mengikutiperintah Tuhan dan kehendak-Nya.
Memikul Salib seperti yang diminta Yesus, tujuannya adalah agar manusia tidak takabur. Tidak lupa diri,  dalam memiliki dan menikmati kebutuhan hidup di dunia ini. Karena kehidupan yang sesungguhnya adalah bersama Tuhan. Segala sesuatu di dunia ini, seharusnya hanya sebagai sarana orang semakin mencintai Tuhan, bukan malah melupakan-Nya.
Ayat di bawah ini, termasuk ayat favorit saya, yang kebetulan ada dalam bacaan hari ini. Betapa Tuhan peduli dan mengajar kita untuk memilih hal-hal yang baik. Ulangan 30:15-20
30:19, “Pada hari ini, Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk.   Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu”,  30:20  “dengan mengasihi   TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu i dan lanjut umurmuj  untuk tinggal di tanah  yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka."

(Kupersembahkan untuk adik-adik rohaniku, Arman dan Maia yang menikah tgl. 12 Februari 2015/narita)

SELASA, 26 Mei 2015 : St. FILIPUS NERI- Ha...ha...ha... Santo yang Penuh Humor!
Peringatan Wajib,  St. Filipus Neri, Im
Sir. 35:1-12; Mzm. 50:5-6,7-8,14,23; Mrk. 10:28-31; BcO 1Kor. 15:20-34; warna liturgi Putih

St. Filipus Neri tidak tahan melihat seseorang berwajah murung. Jika sampai ia melihat seseorang dengan muka masam, maka ia akan dengan senang hati menamparnya - dan jika orang itu protes, ia akan menjelaskan bahwa bukan dia yang melakukannya, tetapi setan!
Filipus Neri dilahirkan pada tanggal 22 Juli 1515 di Florence, Italia. Ayahnya, Fransiskus Neri, bekerja sebagai seorang notaris.  Karena merasakan panggilan yang kuat untuk menjadi imam, Filipus masuk biara dan pada tahun 1551 ditahbiskan menjadi seorang imam. Pada tanggal 26 Mei 1595, Rm Neri meninggal dunia dalam usia delapan puluh tahun. Sebagai ungkapan syukur, Paus menyatakan Rm Filipus Neri sebagai Rasul kota Roma yang kedua sesudah Santo Petrus. Rm Filipus Neri dibeatifikasi pada tahun 1615 oleh Paus Paulus V dan dikanonisasi pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV. Pesta St Filipus Neri dirayakan setiap tanggal 26 Mei.
Filipus kecil suka sekali berkelakar! Bagi teman-temannya, sentuhan tangan Filipus atau bahkan kehadirannya saja sudah cukup untuk menyembuhkan hati siapa saja yang sedang berduka. Filipus kecil juga suka bertindak seturut kata hatinya. .
Bagi umatnya, Rm Neri adalah seorang imam yang spontan, tak dapat ditebak, menyenangkan serta penuh humor. Semua orang kudus selalu penuh pengharapan dan sukacita, tetapi pada Neri pengharapan dan sukacita itu tampak lebih nyata. Ia selalu melihat sisi baik dari semua peristiwa, baik peristiwa gembira maupun sedih yang dialaminya. Lelucon-leluconnya, biasanya idenya sendiri, selalu dikenang.
Demi pertumbuhan rohani umatnya, Rm Neri senantiasa menyediakan waktu bagi siapa saja dan kapan saja.  Ia memperhatikan mereka dan memberikan dukungan serta nasehat menurut kepentingan mereka masing-masing. Ia membantu umatnya mengatasi kelemahan-kelemahan mereka dengan membuat mereka tertawa!
Sukacita Rm. Neri segera memikat hati umatnya, terutama kaum muda.
Rm Neri memahami betapa pentingnya berbicara dengan bijaksana. Ia berkata “Kata-kata yang jahat sama seperti bulu-bulu angsa yang diterbangkan angin. Begitu dibuang ke angkasa mereka menyebar ke segala penjuru kota dan tidak pernah bisa ditarik kembali!”
Kepada  para pengikutnya Rm Neri sering berkata, “Bersukacitalah senantiasa, karena sukacita adalah jalan untuk berkembang dalam kebajikan.” Meskipun Rm Neri seorang yang penuh humor, tetapi ia sangat serius dalam kehidupan doanya. Pada tahun 1544, menjelang Hari Raya Pentakosta, Filipus sedang berlutut dan berdoa memohon Karunia-karunia Roh Kudus di Katakomba St Sebastianus. Tiba-tiba sebuah bola api muncul dan secepat kilat masuk ke dalam mulutnya, lalu meluncur ke dalam hatinya. Filipus merasakan hatinya membesar, tetapi ia sendiri tidak merasa sakit. Sejak itu, setiap kali Filipus mengalami suatu peristiwa mistik (persatuan dengan Tuhan secara mendalam), maka hatinya akan berdebar kencang menyebabkan seluruh tubuhnya bergetar. Berjam-jam dalam sehari dihabiskannya untuk berdoa. Jika seseorang bertanya bagaimana caranya berdoa, Rm Neri akan menjawab, “Rendah hati serta taat, maka Roh Kudus akan membimbingmu.”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.n


Selasa,   23 Juni 2015: “PETUNJUK UNTUK MEMILIH”

Kej. 13:2.5-18; Mzm. 15:2-3ab.3cd-4ab.5; Mat. 7:6.12-14. BcO1Sam 1:1-19.
Matius 7:13-14, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”

Manusia diciptakan dengan kebebasan untuk memilih. Walau pun begitu, Tuhan tetap mengawasi setiap ciptaan-Nya agar tidak salah memilih. Dan Ia selalu memberikan penjelasan tentang hal yang baik dan hal yang buruk dari setiap pilihan, lalu menganjurkan umat-Nya untuk memilih yang baik. Semua itu ada dalam Kitab Suci.
Yang hampir mirip dengan ayat yang saya pilih di atas ada dalam Kitab Ulangan 30, khususnya ayat 19-20. Di sana Tuhan, melalui hamba-Nya Musa, memberikan pilihan kepada bangsa Israel, sebelum Ia memilih Jhosua menggantikan Musa mengantar bangsa Israel memasuki Tanah Terjanji. Ia memberikan pilihan antara kehidupan karena mengikuti Firman-Nya dan kematian akibat hidup dalam dosa dan kejahatan. Setelah perintah yang bikin hati ciut pada ayat 19abc, kita sampai pada kata-kata yang menyejukkan dan saya amat menyukainya; ayat 19de-20,’Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi Tuhan, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya….”
Marilah kita minta bimbingan Tuhan lewat Roh Kudus-Nya setiap hari, karena setiap hari tentunya kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. (narita).


SELASA, 28 JULI 2015 : “JADILAH BENIH YANG BAIK”

Kel. 33:7-11; 34:5b-9,28; Mzm. 103:6-7,8-9,10-11,12-13; Mat. 13:36-43. BcO 1Raj: 11:1-4, 26-43.
Matius 13:43, “Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

Bacaan hari ini seluruhnya, mulai dari bacaan Pertama, Mazmur dan bacaan Injil, menyadarkan saya, tentang beberapa hal:
Pertama, mengapa perlu ada rumah ibadat, perlu hidup dalam sebuah komunitas rohani?  Untuk bertemu Tuhan secara khusus. Dalam perjalanan umat Israel ke Tanah Terjanji, ketika berkemah di Padang Gurun, Musa membangun satu Kemah khusus, yang agak jauh letaknya dari perkemahan umum dan di sanalah Musa bertemu dan berbicara dengan Tuhan. Dan mereka yang lain akan mengikuti jejak Musa. (Kel. 33:7d.11, ‘Setiap orang yang mencari Tuhan, keluarlah ia pergi ke Kemah Pertemuan yang di luar perkemahan. “Dan Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan”)
Kedua, lebih dalam lagi, berbicara dengan Tuhan, selama yang kita mau. Kita punya ruang Adorasi Abadi, di dalam gereja ada Tabernakel, di dua tempat itu, Tuhan Yesus berdiam, menunggu, siapa saja yang mau berbicara dengan-Nya dari hati ke hati. Kita juga punya Gua Maria, tempat yang hening untuk berbicara dengan Tuhan dan Bunda dari hati ke hati. Yosua mengikuti jejak Musa. Kita tahu bahwa Yosualah yang akhirnya dipilih Tuhan meneruskan tugas Musa memimpin bangsa Israel memasuki Tanah Terjanji. (Kel. 33:11c, “Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu.”)
Ketiga, mengapa kita perlu berpuasa dan berpantang. Setiap orang yang mau melayani Tuhan, tidak bisa hidup bebas menikmati segala sesuatu yang berbau duniawi. Ada saatnya, bila ia akan melaksanakan tugas pelayanan, ia perlu mempersiapkan diri dengan menahan diri untuk tidak ke tempat hiburan, atau makan-minum dengan sepuas-puasnya; sebaliknya, ia perlu mempersiapkan diri dengan berpuasa dan berpantang, bukan hanya pantang puasa makan dan minum, tetapi juga menyangkut semua keinginan dan hasrat. Dengan demikian, ia bisa mendengarkan suara Tuhan atau memahami kehendak-Nya. Seperti yang Musa alami dalam bacaan hari ini. (Kel. 34:28,”Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh batu itu segala perkataan perjanjian, yakni kesepuluh Firman.”)
Dengan hidup yang seimbang seperti inilah, Yesus menjanjikan bahwa orang itu akan bersinar di dalam kerajaan Bapa.
Bandingkan saja dengan seorang pemain piano yang ingin membuat konser, tentu tak ada hal lain, kecuali berlatih dan berlatih, barulah saat pentas, ia bersinar sebagai bintang. Begitu pun dalam hal rohani. (narita)

1Tes.5:1-6,9-11; Mzm.27:1,4,13-14; Luk.4:31-37; hari biasa; PW St. Maria Margareta Redi, Prw (p)
Lukas 4:32, 36, “Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar."
Mazmur hari ini mengingatkan saya pada sebuah peristiwa, 5 Desember 1999. Hari itu, hari Minggu, sekitar pkl. 12.00 siang, tiba-tiba saya menyanyikan lagu pujian, yang isinya diambil dari Mazmur 27, ayat 4, ‘Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.”
Syair lagunya seperti ini, ‘Satu hal yang kurindu, berdiam di dalam rumah-Mu; satu hal yang kupinta, menikmati bait-Mu, Tuhan; lebih baik, satu hari di pelataran-Mu, daripada s’ribu hari di tempat lain; memuji-Mu, menyembah-Mu, kau Allah yang hidup, dan menikmati s’mua kemurahan-Mu.’
Pada saat yang bersamaan, ayah saya di rumah sedang menghadapi sakratul mautnya. Di kemudian hari, saya menyadari kuasa dari Doa lewat lagu itu, di mana Roh Kudus mendorong saya nyanyikan berkali-kali, seolah menyatakan kerinduan jiwa ayah saya untuk kembali ke rumah Bapa.
Karena itu, ketika saudara-saudara saya bertanya, ayat Kitab Suci apa yang mau dituliskan di makam ayah kami, saya berikan ayat dari Mazmur ini.
Perkataan Yesus yang ditulis dalam Kitab Suci, memang penuh kuasa! Sesuai dengan kebutuhan umat-Nya masing-masing yang membacanya; ayat-ayat itu bisa menyembuhkan, memberi jawaban, memberi ketenangan, menegur, meneguhkan, menubuatkan, mengusir roh-roh jahat, dan lain-lain.
Selamat memasuki bulan Kitab Suci Nasional. Semoga semua orang mencintai Kitab Suci.
(narita)   

SABTU, 1 AGUSTUS 2015 : St. ALFONSUS MARIE DE LIGOURI, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA

Im.25:1,8-17; Mzm. 67:2-3,5,7-8; Mat. 14:1-12; BcO 1Raj.18:16b-40.
Mazmur 67:2,8 “Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung Bumi takut akan Dia!”

Santo Alfonsus lahir di sebuah kota dekat Napoli, Italia, pada tanggal 27 September 1696. Keluarga Alfonsus adalah keluarga bangsawan Katolik yang bijaksana, saleh dan terhormat. Ayahnya, Don Joseph de Ligouri, seorang laksamana militer kerajaan Napoli dan ibunya, Donna Anna Cavalieri, mendidik Alfonsus dengan disiplin yang tinggi terutama dalam hal iman dan cara hidup Katolik. Orang tuanya juga mendidiknya ala militer. 
Dengan disiplin yang tinggi, seminggu sekali ia diwajibkan tidur di lantai tanpa alas. Hal ini membuatnya tidak manja dan terbiasa dengan pola hidup yang keras. ia dibaptis dengan nama Alfonsus Mary Antony John Francis Cosmas Damian Michael Caspar, tetapi ia lebih suka dipanggil Alfonsus Maria. Don Joseph menyekolahkan anaknya pada usia yang sangat dini dan muda. Alfonsus mulai belajar hukum pada usia tiga belas tahun dan pada usia enam belas tahun ia memperoleh gelar Doktor Hukum dengan predikat “Magna cum Laude”.
Berkarir selama dua puluh tahun sebagai pengacara hebat yang selalu menjaga hidupnya agar tidak melakukan dosa berat, akhirnya Santo Alfonsus pun menyerah kalah dalam suatu kasus. Ia memutuskan lebih dekat dengan Tuhan, lalu menjadi seorang Biarawan OP (Pengkotbah) setelah mendengar suara ajaib yang berkata, “Tinggalkanlah dunia dan serahkanlah dirimu kepadaKu.” Sebagai Seorang Imam Pengkotbah, ia muncul dengan ciri khas baru saat itu, yakni berkotbah dengan kata-kata sederhana dan otomatis memanggil umat kembali ke Gereja, karena ia juga berkeliling ke seluruh Napoli untuk berkotbah dan mendengarkan pengakuan dosa umat, memberikan absolusi yang penuh kasih.
Lalu ia bersahabat dekat dengan Mgr. Falcoia, yang memotivasi beliau untuk mendirikan Ordo Baru yakni Redemtoris (CSsR), yang mempunyai ciri khas mewartakan Injil dan melayani di desa-desa.
Ketika menjadi Uskup, sebagai seorang yang memahami hukum dan mantan pengacara hebat, ia banyak memperbaharui kelakuan Imam-Imam dan umat yang malas dan jahat, lewat Tulisannya tentang  Teologi Moral; buku Teologi Moral ditulis sampai tujuh Edisi dan dicetak ulang hingga saat ini.
Itulah sebabnya, Gereja menghormatinya sebagai Uskup dan Pujangga Gereja.
Akhirnya Alfonsus meninggal dunia dengan tenang di Pagani, dekat Napoli, Italia pada tahun 1787 dalam usia sembilan puluh satu tahun. Alfonsus dibeatifikasi pada tahun 1816, dan dikanonisasi pada tahun 1839, serta dinyatakan sebagai Pujangga Gereja pada tahun 1871.
Semoga teladan hidupnya dapat membawa kita kepada pengenalan akan Kristus yang merupakan puncak dari teologi dan menjadikan kita hambanya yang rendah hati.
(Sumber: Buttler, The Lives of The Saints, Volume III dan sumber-sumber lainnya)

SENIN, 30 NOVEMBER 2015: PESTA SANTO ANDREAS RASUL-MENJADI DIRI SENDIRI.
Rm. 10:9-18; Mzm. 19:2-3, 4-5; Mat. 4:18-22; BcO: 1 Kor  1:17-2:5: Warna Liturgi: Merah.
(Yoh. 1:41a), "Kami telah menemukan Mesias!"

Rasul Andreas adalah seorang dari kedua belas murid Yesus. Nama “Andreas” berasal dari bahasa Yunani yang berarti: berani, perkasa, kuat. Dia dijuluki “protocletus”, karena merupakan murid pertama yang dipilih dan dipanggil Yesus. Dia adalah nelayan di Galilea, asal Betsaida, dan merupakan saudara Simon Petrus, putra Yohanes (bdk. Yoh. 1:40.42.44). Mereka juga mempunyai rumah di Kapernaum (bdk. Mrk. 1:21.29), di mana Yesus sempat singgah dan menyembuhkan ibu mertua Petrus. Dalam berbagai teks Perjanjian Baru nama Andreas termasuk dalam urutan empat nama pertama dalam daftar para murid Yesus.
Pada awalnya, Andreas adalah murid Yohanes Pembaptis (bdk. Yoh. 1:35-40). Hingga suatu saat Yohanes menunjuk Yesus yang sedang lewat, “Dialah sang Anak Domba Allah!”. Walau mungkin belum mengerti benar apa makna seruan Yohanes itu dan belum mengenal siapa Yesus, namun Andreas bersama seorang murid lainnya segera mengikuti Yesus. “Apakah yang kamu cari?”, tanya Yesus kepada mereka. “Guru, di manakah Engkau tinggal?”, tanya mereka. Jawab Yesus, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. Perjumpaan dengan Yesus dan pengalaman bersama-Nya membuat Andreas segera menyadari dan mengenal bahwa Yesuslah Sang Mesias. "Kami telah menemukan Mesias!", serunya dengan gembira kepada Petrus, saudaranya (Yoh. 1:41).
Dia tidak menyimpan kegembiraan ini untuk dirinya sendiri, namun segera membagikannya kepada Petrus. Petrus diantarnya menemui Kristus. Kedua bersaudara ini diterima Yesus menjadi murid-Nya. Pada awalnya mereka masih melanjutkan pekerjaan mereka sebagai nelayan. Hingga suatu hari saat mereka sedang menebarkan jala, Yesus memanggil mereka, “Mari ikutlah Aku dan kamu kujadikan penjala manusia.”. Saat itu mereka meninggalkan jala dan segalanya untuk mengikuti Yesus. Di kemudian hari, Petruslah yang kemudian lebih menonjol dan dipilih menjadi pemimpin. Paling banyak tampil dan dikenal, sedangkan Andreas menjadi murid biasa. Tetapi ia tetap mencintai dan setia.
Marilah belajar dari Santo Andreas Rasul, yang rendah hati, periang, lembut dan menjadi dirinya sendiri dalam melayani Tuhan. Dengan apa adanya dirinya, ia ternyata hadir dalam peristiwa-peristiwa penting yang dialami Yesus.
Bahwa dalam pelayanan, tidak harus menjadi pemimpin, tidak harus menjadi yang terkenal, tetapi yang terpenting adalah menjadi diri sendiri, mencintai tugas pelayananmu dan jaga kesatuan hati dengan teman-teman sepelayanan, membangun bersama, sampai kapan pun, sampai  Tuhan mengijinkan kita berpindah.
(Sumber: www.karmelit/narita) 

SELASA, 1 DESEMBER 2015 : WOW! Yesus saja bersyukur…
Hari Biasa Pekan I Adven.


Yes. 11:1-10; Mzm. 72:2,7-8,12-13,17; Luk. 10:21 24, BcO Yes. 2:6-22; 4:2-6
warna liturgi Ungu.






Lukas 10:21,  “Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,…”
Menjelang akhir tahun seperti ini, terkadang orang mulai merenungi berkat dan ‘kegagalan’ yang dialami. Kita diajarkan untuk mensyukuri segalanya. ‘Syukuri apa adanya…’ syair sebuah lagu. Bukan hanya dalam bacaan hari ini Yesus memberi teladan kepada kita agar selalu mengucap syukur kepada Bapa di Surga. Ada lagi banyak ayat, di mana Yesus selalu mengangkat tangan, berdoa dan bersyukur kepada Bapa-Nya. Saya berpikir, kalau Yesus saja, yang adalah Kristus, yang satu dengan Allah, mengucap syukur, apalagi saya? Mestinya, setiap waktu saya harus selalu bersyukur, walau hidup ini tidaklah mudah; banyak tantangan, tetapi betul, bahwa Tuhan selalu ada dan menolong, melindungi dan memberkati.
Akhir-akhir ini saya dibuat untuk bersyukur terutama untuk pelayanan dalam Komunitas; khususnya apa yang saya lihat dalam perkembangan tiga tahun belakangan ini. Suatu hari ketika melihat ulang foto-foto yang diupload di group DOJCC, termasuk foto ketika pemimpin Missionaries of God Love  Fr. Ken, MGL, bertemu dan dirangkul Paus Fransiskus I dan satu foto dari email Ketua DOJCC Pusat, Tim Kirk, berjabatan erat dengan Paus Fransiskus I, lalu melihat foto-foto cerianya MGL Maumere; Rm. Vincent, Rm. Wenz, Romo Izak dan Bruder Martin MGL; Daily Fresh Juice yang makin mendunia,  muncul satu pengalaman ketika saya berada di Canberra, tahun 2013, ketika mengikuti retret APSE (Asia Pacific School of Evangelization), yang diselenggarakan oleh DOJCC Australia setiap tahun.
Teringat dalam sebuah penyembahan, saya merasakan sebuah perasaan kecil dan tak berarti, di tengah-tengah benua Australia dan dunia; lalu Tuhan perlihatkan kepada saya, seperti itulah Komunitas DOJCC; kecil di tengah dunia. Timbul sebuah pengertian dari penglihatan ini, yang mengatakan bahwa “Tuhan mau menyatakan kemuliaan-Nya lewat komunitas yang masih belum dianggap ini; ke sekitar Australia, dan sampai ke seluruh dunia. Asalkan anggotanya tetap setia di dalam Tuhan”. Saya menuliskan kata-kata itu dalam bahasa Inggris dan menyampaikan kepada suster Judie Bowe MGL; barulah saya membacakan Sabda pengetahuan itu di hadapan peserta dan pembimbing APSE saat itu.
Sekarang ini, seolah Tuhan mengatakan kepada saya bahwa apa yang Tuhan katakan lewat Sabda Pengetahuan yang saya tuliskan dan bacakan dengan bahasa Inggris apa adanya, sudah terlaksana. Terima kasih Tuhan. Salam Adventus!
(narita)

SELASA, 2 Januari 2016 : SIAPAKAH YESUS BAGIKU?
Peringatan Wajib St. Basilius Agung & Gregorius dari Nazianze .
1Yoh. 2:22-28; Mzm. 98:1,2-3ab, 3cd-4; Yoh. 1:19-28;
BcO Kid 4:1-5:1-Warna liturgy: Putih
Yoh 1:27c, “… Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”

Salah satu tradisi Gereja Katolik adalah membaca kisah orang Kudus, para Santo dan Santa, dimana dari kisah hidup mereka bisa menjadi semangat bagi kita untuk tetap beriman. Pada Bacaan I, Rasul Yohanes mengingatkan kita agar tidak terpengaruh oleh ajaran sesat, dan berpegang teguh pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bukan hanya untuk kita yang percaya kepada-Nya, tetapi Juruselamat untuk seluruh dunia. Dan dalam Injil, Yohanes Pembaptis memberi kesaksian dengan berkata, ‘… Dia yang datang kemudian daripadaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”
Setelah Yohanes Pembaptis, banyak orang-orang Kudus yang mempertahan Gereja dan ajaran Kristus, dan patut diteladani.  Seperti kisah orang Kudus hari ini, Santo Blasius dan temannya,  Gregorius dari Nazianze. Ini kisah hidupnya:
Basilius lahir tahun 329 di Kaisarea, ibukota Propinsi Kapadokia di Asia kecil. Ia berasal dari keluarga Kristen yang saleh. Pendidikan yang diterimanya dalam keluarga oleh Ayah,Ibu dan neneknya membuat iman Basilius tumbuh kokoh dan semakin murni. Ia menjalin persahabatan dengan Gregorius dari Nazianze, teman sekelasnya saat pendidikan di Athena. Ia kemudian menjadi pengajar Retorika di Kaesarea, kemudian karena pengaruh kakak dan adiknya, ia berhenti mengajar karena tertarik pada hidup membiara. Ia pergi ke Mesir, Palestina,Syria dan Mesopotamia untuk belajar hidup membiara. Kehidupan membiara yang dibangunnya merupakan bentuk kehidupan membiara pertama di Asia kecil. Karena itu ia digelari Bapa perintis hidup membiara di Gereja Timur.
Pada tahun 370, Basilius diangkat menjadi Uskup di Kaesarea, ia dikenal sebagai Uskup yang tegas dan bersemangat. Ia menjadi panutan bagi umatnya dan Uskup yang lain karena kepandaian,kesucian dan kerendahan hatinya.
Basilius juga sangat memperhatikan kepentingan umatnya, terutama yang miskin dan melarat. Ia membangun rumah sakit untuk orang-orang miskin.
Basilius banyak menerbitkan tulisan teologis, juga buku-buku liturgi. Walaupun sakit,ia tidak berhenti untuk tetap melayani umatnya, hingga ia meninggal tahun 379. Ia digelari ‘Kudus’ dan dihormati sebagai Pujangga Gereja.
(sumber: Iman Katolik/narita)

SABTU, 20 Februari 2016 : IMANMU MEMBUAT ENGKAU BERBEDA.
Hari Biasa; Pekan I Prapaskah.
Ul. 26:16-19; Mzm. 119:1-2, 4-5, 7-8; Mat. 5:43-48;
BcO Kel. 12:37-49; 13:11-16; Warna Liturgi: Ungu
Mat. 5:47, “Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
Suatu hari saya menonton kisah orang-orang yang semula begitu menghina iman Kristiani, menolak Yesus dan ajaran-Nya, akhirnya berubah dan mencintai Yesus dan ajaran-Nya, bahkan kemudian berani mengajak teman dan keluarga lainnya untuk mengenal dan mencintai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Dalam sebuah kisah, seorang wanita bercerita bahwa ketika suaminya sedang berdebat untuk mempertahankan agama mereka, seseorang meminta ia menuliskan pertanyaannya. Lalu ia masuk ke WC mengambil tissue toilet, ditarik sepanjang mungkin lalu menuliskan pertanyaannya. Dan dia terpukul, ketika orang itu menerimanya dengan tersenyum dan berkata, ‘Yang penting saya tahu pertanyaan ibu.” Dia sadar bahwa dengan menuliskan pertanyaan di atas tissue toilet, ia ingin menyamakan mereka dan ajaran agamanya seperti tissue toilet itu. Tetapi sikap orang itu yang tetap ramah dan menyapanya sebelum mereka berpisah, terkesan di hatinya. Di kemudian hari, ia memilih Kristus. Dan salah satu yang kuat mempengaruhinya adalah sikap orang kristiani yang dia hina itu.
Mari belajar untuk tetap saling memberi salam dan senyum manis, sekali pun kita telah dihina. Bukan hanya kepada orang luar yang berbeda, tetapi terlebih lagi dengan orang-orang yang dekat. Entah itu keluarga, atau anggota komunitas atau sahabat dan teman. Karena kesulitan terbesar untuk melepaskan ego dan meminta maaf atau memaafkan, justru terjadi saat ada konlik atau perbedaan dengan orang-orang yang dekat.
Namun, Tuhan selalu sabar terhadap kita. Ia tetap menunggu waktu, kapan kita memaafkan dan bisa lagi secara tulus tersenyum serta menyapa ramah mereka yang dekat yang pernah mengecewakan kita.
(Narita)

SABTU, 5 MARET 2016 : I want to know You more.
Hari Biasa; Pekan III Prapaskah.
Hos. 6:1-6; Mzm. 51:3-4, 18-19, 20-21ab; Luk. 18:9-14;
BcO Kel. 40:16-38; Warna Liturgi: Ungu
Hosea 6:3, “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.”
Selain sifat Allah yang mahabesar, Maha Pelindung, Mahakudus, Maha kasih, Mahasempurna dan segala pujian manusia kepada ke-Allah-an-Nya, tentu ada sebutan khusus yang diakui seseorang setelah akrab dan mengalami Kasih Tuhan secara spesifik. Misalnya Rasul Yohanes menulis, “Allah adalah kasih.” Rasul Petrus, “Engkau adalah Mesias.” Santo Agustinus: “Jiwa kami belumlah tenang, ya Tuhan, sebelum beristirahat pada-Mu.” Bagaimana dengan Anda dan saya? Paus Fransiskus menulis, “If we are to know the Lord, we must go to Him. Listen to Him in silence before the Tabernacle and Approach him in the Sacraments.” Mungkin terjemahan bebasnya seperti ini: “Jika kita ingin lebih mengenal Tuhan, kita harus datang kepada-Nya, mendengarkan Ia dalam keheningan di depan Tabernakel (dalam ruang Adorasi-red) dan menyambut-Nya dalam Sakramen-sakramen.”
Mengenal Tuhan, terutama mengenal kehendak Tuhan, membutuhkan waktu seumur hidup kita, namun ketika seseorang mendekati Tuhan dan menjalin persahabatan dengan-Nya, Tuhan akan menerima orang itu apa adanya dan mendengarkan keluhannya, mengabulkan  apa yang dimintanya, memberkati apa yang direncanakan dan dilakukannya, terutama apabila hal itu demi kebaikan banyak orang dan demi kemuliaan Tuhan.
Santo Padre Pio menulis, ‘Tinggallah bersama kami ya Tuhan, sebab kami membutuhkan Engkau. Engkau tahu, betapa mudahnya kami melupakan Engkau.”  (Narita) 

SABTU, 9 APRIL 2016 : JANGAN TAKUT!
Pekan ke-2 Paskah; Kis. 6:1-7; Mzm. 33:1-2, 4-5, 18-19; Yoh. 6:16-21;
BcO Kis. 7:44-8:3; Warna Liturgi: Putih
Yohanes 6:20, “Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut.”
Banyak orang bisa meraih prestasi, hanya karena support orang-orang di sekitarnya yang mengatakan kalimat di atas, ‘Jangan takut!”
Polandia membebaskan diri dari belenggu komunis Rusia, hanya karena kata ini dari St. Paus Yohanes Paulus II, yang ketika baru terpilih jadi Paus, berkunjung ke negaranya dan memberi semangat kepada rakyat Polandia yang saat itu ditindas Komunis Rusia, agar membebaskan diri . Setelah pidato Paus Yohanes Paulus yang beberapa kali mengulang kata, ‘Jangan takut!’ Bukan hanya membebaskan Polandia dari Komunis Rusia, tetapi juga membuat Gorbachef  pemimpin Rusia saat itu memberi  kebebasan bukan hanya kepada Polandia saja, tetapi juga  kepada negara-negara Eropa Timur lainnya yang selama ini mengikuti paham Komunis. Kemudian Tembok Berlin runtuh, Patung Stalin dirobohkan dan saat ini, semua orang  bisa bebas masuk ke negara-negara Eropa Timur baik untuk berwisata mau pun berziarah.
Kata ‘Jangan takut! Aku menyertai engkau’ Ada dalam banyak ayat Kitab Suci, mulai dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian baru.
Allah selalu menyertai  umat-Nya, khususnya utusan-Nya yang harus melaksanakan tugas pelayanan yang diberikan oleh Allah sendiri, dengan kata-kata ini. ‘Ini Aku, Jangan takut.’
(narita)


SABTU, 9 MEI 2016 : KUASA NAMA YESUS!
Pekan ke-6 Paskah; Kis. 18:23-28; Mzm. 47:2-3,8-9,10; Yoh. 16:23b-28;
BcO Kis. 23:12-35; Warna Liturgi: Putih
Yoh. 6:24, “Sampai sekarang  kamu belum meminta  sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”

Meminta dalam nama Yesus. Itulah yang sekarang dilakukan mereka yang beriman Kristiani. Tetapi bahkan dilakukan pula mereka yang non Kristen dan mendapatkan sukacita ketika permintaan mereka terkabul karena nama Yesus.
Mengapa meminta dalam nama Yesus? Karena nama itu penuh kuasa.
Saya teringat sebuah kejadian bertahun lalu (1999). Ketika saya ikut dalam sebuah mobil pick up, mobil proyek kantor. Dalam perjalanan dari Ubud ke Denpasar. Sopir, orang Bandung namanya Met. Di tengah teman saya Ketut dan saya dekat pintu. Di tengah perjalanan saya melihat seorang bapak tua memikul bamboo panjang yang baru dipotong, berjalan di sisi kiri. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba ujung bamboo itu bisa masuk ke mobil menembus celah kecil spion, sempat menggores lengan kiri saya. Dan karena mobilnya berjalan terus, ujung bamboo masuk makin dalam dan ujungnya menuju pelipis kiri Met. Seketika saya berteriak, ‘Yesuuuuus.,. tolong Med!!”  Mobil stop mendadak dan ujung bamboo yang tajam itupun berhenti seketika sebelum kena pelipis Med. Kejadian itu hanya dalam hitungan detik. Tiap kalau kalau mengingat persitiwa  itu, Saya sungguh kagum dan percaya akan besarnya  kuasa nama Yesus.”
Lagu Sekolah Minggu ini masih suka saya nyanyikan dan merasakan kuasa kasih Yesus, “Dalam nama Yesus, dalam nama Yesus iblis dikalahkan, dalam nama Yesus, dalam nama Yesus ada kemengan. Dalam nama Tuhan Yesus siapa dapat melawan, dalam nama Tuhan Yesus ada kemenangan.”
Mintalah apa pun hal yang baik bagi dirimu dan keluargamu serta lingkunganmu dengan kuasa nama Yesus.
(narita)

SABTU, 11 JUNI 2016 : ADA KUASA DALAM SAPAAN DAN SALAM.
Peringatan Wajib St. Barnabas, Rasul.
Kis.11:21b-26; 13:1-3; Mzm 98: 98:2-3ab,3c-4,5-6; Mat. 10:7-13.
BCO Yos. 5:13—6:21; Warna Liturgi; Merah.
Matius 10:7.12-13, “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka; Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.”

Ketika Yesus mengutus seseorang untuk mewartakan Injil, Ia selalu melengkapi orang tersebut dengan  kuasa dan karunia Roh Kudus yang akan masuk meresap ke dalam hati orang lain, kalau orang tersebut memulai dengan sapaan ramah dan salam damai. Apalagi jika bisa memberi salam dengan bahasa yang dikenal mereka. (Itu yang terjadi ketika Pentakosta, sebelum ribuan orang dengan gembira memberi dirinya dibaptis). Malaikat Gabriel pun ketika akan memberikan tugas dari Allah kepada Bunda Maria terlebih dahulu menyapanya secara pribadi dengan kata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria percaya dan menerima tugas itu. Para  Misionaris Gereja pun, terlebih dahulu mempelajari bahasa dan budaya negara atau tempat tujuan sebelum mewartakan Injil.
Bagaimana dengan kita? Apakah sebagai anggota komunitas atau Gereja, kita cuek dan pura-pura sibuk ketika ada orang baru datang atau orang yang tidak kita sukai mendekati kita? Apakah kita menyapa ramah tanpa pandangan selidik kepada orang baru  yang memasuki gereja atau komunitas kita? Sebagai orang yang biasa memimpin acara atau doa, sudahkah kita memberi salam secara pribadi kepada orang yang kita temui sebelum kita memimpin doa atau pujian? Ataukah kita bersikap sok artis dan hanya menyapa orang-orang yang kita sukai? Seseorang pernah berkata, “Aku melihat dia memimpin doa sambil mengangkat tangannya, doanya bagus, pujiannya bagus, tapi dari tempat dudukku aku berkata dalam hati, ‘Percuma kamu berdoa dan bernyanyi, tadi waktu bertemu engkau membuang muka dan menghindariku seolah tidak mengenaliku, aku percaya Tuhan lebih mendengarkan aku daripada kamu, sekali pun kamu yang berdiri di depan!”
Jangan memberikan kesempatan kepada orang untuk menolak kita dalam hatinya hanya karena kita tidak ramah. Berikanlah salam secara pribadi kepada sesama yang kita temui sebelum kita mewartakan kasih Tuhan lewat Doa, Pujian atau  Pewartaan. Supaya hatinya gembira mendengar pesan Tuhan yang keluar dari bibir kita.
(narita)

Sabtu, 9 Juli 2016:  INI AKU, UTUSLAH, TUHAN.
Yesaya 6:1-8, Mzm. 93:1ab,1c-2,5; Mat. 10:24-33
BcO Ams. 31:10-31 warna liturgi Hijau
Yesaya, 6:8, “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus  dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? " Maka sahutku: "Ini aku,   utuslah aku! Dan Suara Yesus berkata, (Mat 10:31), “Janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.”

Kalau mendengar kata ‘Ini aku, utuslah, aku!” Saya selalu teringat sebuah lagu dengan judul yang hamper mirip, ‘Ini aku, Utuslah, Tuhan!” Reffrainnya seperti ini: “Ini aku utuslah, Tuhan; Ini aku, utuslah, Tuhan.. Kemana pun Kau pimpin, ke neg’ri yang Kau pilih;  Ini aku, utuslah, Tuhan, dan kukan pergi.”

Sebelum mengalami jatuh bangun, perjuangan berurai air mata dalam melayani Tuhan, mungkin ketika saya masih SMA atau jaman kuliah, saya tidak ragu-ragu akan menjawab, ‘Ini aku, utuslah, Tuhan! Kemana pun Kau pimpin, ke negeri yang kau pilih, aku akan pergi.”

Tapi sekarang, tunggu dulu… bikin perjanjian dulu sama Tuhan. Kira-kira jawaban saya akan seperti ini, ‘Begini Tuhan, ternyata hidup di dunia itu, gak gampang. Perlu ini dan itu untuk ini dan itu… harus ada tanda bahwa Engkau ada bersama-Ku. Dan seterusnya dan seterusnya…”
Dan apakah Tuhan marah? Sepengalaman saya, sih, tidak. Asalkan saya tidak menuntut lebih. Kita memberi alasan-alasan yang kita rasa perlu, maka Tuhan akan ikut bekerja bersama kita (Yosua 1:9, Roma 8:28). Dia akan menyiapkan segala sesuatu yang tidak bisa kita siapkan. Dia akan melindungi kita, tetapi IA juga meminta kita untuk berjaga-jaga, punya feeling yang bagus, dengan cara, kadang membiarkan kita mengalami hal yang menakutkan. Tetapi setelah menolong kita, Ia akan mengajarkan kita untuk mengerti tanda-tanda, supaya kita tidak santai, tetapi berjaga-jaga juga dalam Doa dan sikap kita.  (narita)







Yuuk, jamannya teknologi... belajar, belanja murah di Niagahoster:

https://panel.niagahoster.co.id/ref/393438?r=hosting-murah





No comments:

Post a Comment