Monday, January 30, 2017

Pengalaman Khusus dengan Malaikat & Para Kudus

Selasa, 22 Juli 2014 “Bertemu Santa Maria Magdalena”
Peringatan Wajib St. Maria Magdalena

Mazmur 63:4 “Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegah Engkau.”
8 “Sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.”
Yoh. 18, “Maria Magdalena da berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.”
Maria Magdalena ; Markus 14:3-9. (9) aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.”
Lukas : 7:36-50 (50) “Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan
Hari ini Gereja mengkhususkan untuk menghormati Santa Maria Magdalena. Santa Maria Magdalena ini adalah yang dikisahkan dalam Kitab Suci.
Bertemu Santa Maria Magdalena? Mungkin itulah salah satu pengalaman spiritualku, di awal-awal pelayanan. Sewaktu itu, kami mulai membentuk ‘Team Pelayanan” di PD Muda-mudi Aloysius Gonzaga Denpasar.  Franssye, ketua PD Algonz, dan teman-teman satu team, sepakat memilih saya, Yuli, Evi dan Yuni, untuk menjadi anggota sie Doa. Lalu mereka meminta kami memilih Santa Pelindung Sie Doa.  Yuni, yang pertama mengajukan nama Santa Maria Magdalena. Karena ia memiliki pengalaman pribadi dengan bacaan, Wanita yang bertobat dan membasuh kaki Yesus dengan minyak wangi, rambut dan air matanya. Kami bertiga mengiyakan, langsung sehati memilih Santa Maria Magdalena. Teman-teman Team Inti yang lain tidak setuju, kalau kami memilih nama pelindung Santa Maria Magdalena yang dari Kitab Suci, lebih baik Santa Maria Magdalena de Pasi. Tentu saja Yuni gak setuju, dia bertahan untuk Santa Maria Magdalena, yang duduk di kaki Yesus, ketika saudaranya Martha sibuk bekerja,  dan yang ikut berdiri bersama bunda Maria di kaki salib Yesus, dan yang pertama bertemu Yesus setelah kebangkitan-Nya Tuhan kita. Kami diberi kesempatan untuk berpikir lagi dan menggantikan dengan nama lain.  Kami yang lain, ok-ok saja, mau siapa pun kami terima, tetapi Yuni, benar-benar berdebat untuk mempertahankannya.
Herannya dalam seminggu itu, kami berempat, anggota Sie Doa,  mengalami kejadian-kejadian spiritual yang menunjukkan tanda-tanda, Tuhan sedang berbicara kepada kami . EVI, calon dokter bercerita, pada hari Senin, berlibur ke rumahnya di Atambua, dan mengadakan perjalanan ke Timor Leste dengan bus. Sedang menikmati pemandangan, dengan kecepatan bus yang demikian, tiba-tiba matanya terpaku pada sebuah gereja kecil dan cantik  bergaya Eropa di tengah-tengah padang Savana. Yang membuat hatinya bergetar adalah tulisan nama gereja yang begitu besar, Gereja Katolik St. Maria Magdalena.” Seketika, ingatannya kembali ke perdebatan kami dalam rapat tim hari Minggu kemarin. Lalu hatinya makin mantap untuk memilih Santa Maria Magdalena yang dalam Kitab Suci. Teman kami yang satu, YULI, berkisah bahwa suatu pagi, dia bangun dan menyenandungkan sebuah lagu yang muncul saja dalam ingatan, lalu mulai menuliskan syairnya, tentang Maria Magdalena yang membasuh kaki Yesus dengan air mata dan minyak wanginya. Dia pun merasa mantap memilih Santa Maria Magdalena. YUNI, yang pertama  mendapat nama itu, justru semakin banyak mendapat renungan ketika dia berdoa, bahwa Santa Maria Magdalena adalah pelindung kaum muda.  Saya merasa jadi anggota sie doa yang paling santai. Bagi saya siapa pun orang kudusnya, tetap dikirim Tuhan dan tentu akan menjadi pendoa bagi yang memilihnya menjadi pelindung. Maka seminggu itu saya tidak mengalami pengalaman apa-apa. Nah, pada hari Minggu paginya, setelah Misa di gereja Kepundung-Gereja terbagus di tahun 90-an (hehehe). Kami punya kebiasaan Sie Doa mengadakan pertemuan 2 jam sebelum Tim Inti yang lain datang. Maka hari itu saya datang terlebih dahulu setelah Misa ke-2 di Kepundung sekitar jam  11 pagi. Belum ada yang datang. Saya baru saja masuk ke aula Komsos Denpasar, tempat kami biasa pertemuan, ketika seorang gadis dengan tubuh kurus dan sepintas berpakaian lusuh tiba dengan sepeda gayung. Sepedanya ditidurkan dan dia langsung menuju ke belakang. Saya berpikir, mungkin dia lagi pingin ke toilet umum di belakang. Saya mengangkat bahu dan duduk menunggu. Karena belum juga ada yang datang, saya berpikir, mungkin anggota sie doa pada sibuk, jadi lebih baik saya ke depan makan siang. Tiga kali saya berniat pergi, tiba-tiba saya melihat gadis itu balok balik. Pertama saya heran lalu berdiri dan gak jadi jalan. Lalu duduk lagi. Kali ke-2 ketika saya berdiri lagi, gadis itu muncul lagi. Lalu saya berniat mengajaknya supaya punya teman lunch. Kebetulan ada sedikit uang di dompet, kalau cuman untuk ngebakso berdua, saya pikir cukup untuk mentraktir dia. Tapi karena merasa belum kenal, saya ragu lagi. Lalu kembali duduk. Akhirnya saya berpikir harus pergi. Begitu ada di halaman luar di bawah pohon  mangga, saya menengok ke dalam dan melihat gadis itu berjalan mondar-mandiri di lorong belakang ruang Komsos itu. Sambil memberanikan diri saya melambai dan gadis itu mendekat. Aku memandang wajahnya yang basah, rambut dan kaki dan tangannya juga tampaknya basah. Dia mengerti pandangan saya dan menjawab, ‘Saya suka di sini. Airnya banyaaak!”  Lalu ia mengiyakan, ketika saya mengajaknya ngebakso di depan.  Dia menyandarkan sepedanya di bawah pohon dan kami berjalan menuju kantin, yang berada dekat kampus UNUD.
Saya tanya, di mana ia  tinggal; sambil mengangkat tangannya menunjuk ke arah yang membingungkan, ia menjawab, “di sana, jauuuh..”  “Dengan siapa?” sambungku,  ‘dengan Bapaku. Kami banyak di sana.” Kami diam dan menyeberang, tapi dalam hati saya bertanya, ‘koq cuman sebut bersama Bapa, apa ibunya sudah meninggal?’
Pesanan datang dan kami duduk berhadapan di sebuah meja kecil. Karena sudah menahan lapar sejak pagi, aku langsung membuat Tanda Salib secepat kilat dan hendak menyuapkan makanan sambil memandangnya dan enggak jadi makan. Gadis di depanku sedang membuat tanda salib  dengan sangat perlahan dan penuh  rasa hormat. Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Amin. Lalu kedua tangannya dilipat di dada dan berdoa agak lama baru kembali membuka matanya. Aku tersipu dan merasa Tuhan menegorku supaya sekali pun hanya doa makan, aku harus bersikap lebih hormat lagi. Kami makan dengan diam. Lalu saya bertanya, “Eh, dari tadi kita belum saling mengenal nama ya. Nama saya Tina, namanya siapa?” jawabnya, “Nama saya Maria Magdalena.” Saya mengangguk-angguk dan berkata dalam hati, ‘Sama dong dengan nama pelindung sie Doa.” Gadis itu melanjutkan lagi, “Nama panggilan saya, Yuli.” Saya mengangguk lagi dan berkata dalam hati, “Iya, saya lagi menunggu Yuli (Yuli salah satu anggota sie Doa Algonz saat itu-adik rohani-sudah seperti adik sendiri).”
Sesudah itu kami berjalan pulang. Di jalan masuk ke Komsos Denpasar, kami berjalan di teriknya matahari siang. Saya memandang gadis di sampingku ini sambil berkata dalam hati, “Gadis ini kurus, tapi keliahatan sehat. Rambutnya halus banget. Berwarna kekuningan dan sedikit berombak di atas bahu. Bajunya lusuh, tapi keliahatannya bersih sehabis diseterika begitu juga kulit tubuhnya bersih. Serasa gadis ini bercahaya di teriknya matahari.’ Mungkin karena merasa diperhatikan, sambil tertawa-tawa, dia bertanya, “Ayo! Tebak, umur saya berapa.” Sambil tertawa, saya menebak, ’18 atau 19.” Hahahaha dia tertawa lepas, ‘Orang sering menyangka saya 18 atau 19 tetapi sebetulnya saya berumur 24 tahun. “
Kami sampai kembali di ruangan Komsos dan masih belum ada yang datang. Saya berkata dalam hati mungkin sie Doa pada sibuk, sudah jam 12 siang dan saya pikir saya akan berdoa sendiri. Gadis itu, Maria Magdalena yang minta dipanggil Yuli, tetap ada di samping saya. Ketika pintunya saya buka, dia memajukan kepalanya kedalam ruangan itu dan berkata, ‘OOooooo… mestinya ruang ini gak sekecil ini. ruangan ini seharusnya panjang ke belakang. Kami dulu sering di sini.” Saya hanya diam saja sambil menyalakan lampu. Memang ruang Komsos ini terbagi atas 3 ruangan. Yang kami pakai pertemuan, agak lebih besar. Dua ruangannya dipakai rekaman dan gudang. Ketiga ruangan ini berjejer dari depan ke belakang. 
Ketika saya akan mulai berdoa, dia berkata, ‘Saya mau temani berdoa, boleh kan? Saya bilang boleh.” Kami berdoa bersama, untu Persekutuan Doa PD Algonz, Gereja dan setiap orang yang menitipkan doanya pada kami.” Ketika dia akan pulang, saya mengantarnya ke depan pintu. Dia berjanji bahwa setiap Hari Sabtu sore, dia akan datang dan ikut persekutuan Doa kami.
Ketika dia sudah pulang, saya memutuskan berdoa lagi sambil menunggu teman-teman datang. Selesai membaca Mazmur, saya menutup mata saya dan tiba-tiba, semua yang sudah terjadi dalam pertemuan dengan gadis itu, terulang lagi, dengan membuka paradigma baru atas pertemuan kami.
Pertama, terbayang ucapannya, “Saya suka di sini. Airnya banyaaak.” Seketika itu timbul pengertian, maksud dari kata ‘airnya banyak’, yakni, ‘Berkat melimpah di tempat ini.”  semua pengalaman akan kehadiran Tuhan sejak kami membangun PD Muda-mudi Algons ini, membuatku tak henti bersyukur.
Kedua, terbayang ucapannya, ‘Kami tinggal dengan Bapa. Kami banyak sekali.’ Dalam hati kenapa dengan tidak menyebut bahwa ia tinggal dengan ayah dan ibunya dan saudara-saudaranya?’ Apakah kata bapa,  menggambarkan dia berasal dari rumah Bapa yang Kekal?
Ketiga, terbayang kejadian begitu hormatnya gadis itu membuat tanda Salib dan berdoa dengan sopan ketika akan makan. Betapa dia mencintai Tuhan.  Lalu uangkapannya saat memperkenalkan diri, “nama saya Maria Magdalena. Nama panggil saya Yuli.’ Muncul pengertian, ‘Bukankah sedang diperdebatkan  Maria Magdalena yang mana yang akan jadi pelindung sie Doa? Maria Magdalena yang di Kitab Suci atau Maria Magdalena De pasi? Maria Magdalena telah menyatu dengan  anggota sie Doa.’
Keempat, kata-katanya ketika saya membuka pintu ruang pertemuan kami, ‘eh, ruang ini sebetulnya enggak sekecil ini, seharusnya panjang ke belakang.
Ketika saya dan teman-teman sie doa menceritakan pengalaman spiritual kami masing-masing dalam rapat tim, ketua  PD dan teman2  setuju kami memakai pelindung st Maria Magdalena untuk Sie Doa.
Keajaiban pertama yang kami dapatkan adalah Sabtu Depan setelah pertemuan dengan Maria Magdalena itu, PD kami mendapat kunjungan BPK. Sabtu itu, seperti Sabtu-Sabtu setelah retret awal kami, ruang penuh sesak .  Di akhir Persekutua Doa, Ketua BPK bangun dan berkata, ‘Ruangan kalian ini sudah terlalu sempit. Saya liat sampai beberapa anak harus duduk di luar pintu seperti itu. Dana kalian ada berapa, BPK akan tambahkan dan kita bongkar tembok pemisah ruangan satu dengan ruangan dua, sehingga ruangan ini bertambah panjang dan waktu PD semua bisa duduk di dalam. Dan itu terjadi, selama dua minggu, renovasi dilakukan. Sabtu ke-3 kami sudah bisa menggunakan ruangan yang lebih luas seperti yang dikatakan sang Gadis Maria Magdalena. Setelah kejadian itu, setiap hari Sabtu, saya menunggu kedatangan seorang gadis kurus, berambut kuning keemasan, tetapi dia tak pernah datang. Tetapi dalam Roh saya percaya dia hadir bersama kami setiap Sabtu saat kami PD seperti yang dijanjikannya. Terima kasih Tuhan, untuk Santa Maria Magdalena pelindung kami, kaum muda.

Santa Maria Magdalena, doakanlah kami. Amin.

No comments:

Post a Comment