Selasa, 22 Juli 2014
“Bertemu Santa Maria Magdalena”
Peringatan Wajib St. Maria
Magdalena
Mazmur 63:4 “Sebab kasih
setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegah Engkau.”
8 “Sungguh Engkau telah
menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.”
Yoh. 18, “Maria Magdalena
da berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia
yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.”
Maria Magdalena ; Markus
14:3-9. (9) aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan
di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat
dia.”
Lukas : 7:36-50 (50) “Tetapi
Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan
Hari ini Gereja
mengkhususkan untuk menghormati Santa Maria Magdalena. Santa Maria Magdalena
ini adalah yang dikisahkan dalam Kitab Suci.
Bertemu Santa Maria
Magdalena? Mungkin itulah salah satu pengalaman spiritualku, di awal-awal
pelayanan. Sewaktu itu, kami mulai membentuk ‘Team Pelayanan” di PD Muda-mudi
Aloysius Gonzaga Denpasar. Franssye,
ketua PD Algonz, dan teman-teman satu team, sepakat memilih saya, Yuli, Evi dan
Yuni, untuk menjadi anggota sie Doa. Lalu mereka meminta kami memilih Santa
Pelindung Sie Doa. Yuni, yang pertama
mengajukan nama Santa Maria Magdalena. Karena ia memiliki pengalaman pribadi
dengan bacaan, Wanita yang bertobat dan membasuh kaki Yesus dengan minyak
wangi, rambut dan air matanya. Kami bertiga mengiyakan, langsung sehati memilih
Santa Maria Magdalena. Teman-teman Team Inti yang lain tidak setuju, kalau kami
memilih nama pelindung Santa Maria Magdalena yang dari Kitab Suci, lebih baik
Santa Maria Magdalena de Pasi. Tentu saja Yuni gak setuju, dia bertahan untuk
Santa Maria Magdalena, yang duduk di kaki Yesus, ketika saudaranya Martha sibuk
bekerja, dan yang ikut berdiri bersama
bunda Maria di kaki salib Yesus, dan yang pertama bertemu Yesus setelah
kebangkitan-Nya Tuhan kita. Kami diberi kesempatan untuk berpikir lagi dan
menggantikan dengan nama lain. Kami yang
lain, ok-ok saja, mau siapa pun kami terima, tetapi Yuni, benar-benar berdebat untuk
mempertahankannya.
Herannya dalam seminggu
itu, kami berempat, anggota Sie Doa, mengalami kejadian-kejadian spiritual yang menunjukkan
tanda-tanda, Tuhan sedang berbicara kepada kami . EVI, calon dokter bercerita,
pada hari Senin, berlibur ke rumahnya di Atambua, dan mengadakan perjalanan ke
Timor Leste dengan bus. Sedang menikmati pemandangan, dengan kecepatan bus yang
demikian, tiba-tiba matanya terpaku pada sebuah gereja kecil dan cantik bergaya Eropa di tengah-tengah padang Savana.
Yang membuat hatinya bergetar adalah tulisan nama gereja yang begitu besar, Gereja
Katolik St. Maria Magdalena.” Seketika, ingatannya kembali ke perdebatan kami
dalam rapat tim hari Minggu kemarin. Lalu hatinya makin mantap untuk memilih
Santa Maria Magdalena yang dalam Kitab Suci. Teman kami yang satu, YULI,
berkisah bahwa suatu pagi, dia bangun dan menyenandungkan sebuah lagu yang
muncul saja dalam ingatan, lalu mulai menuliskan syairnya, tentang Maria
Magdalena yang membasuh kaki Yesus dengan air mata dan minyak wanginya. Dia pun
merasa mantap memilih Santa Maria Magdalena. YUNI, yang pertama mendapat nama itu, justru semakin banyak
mendapat renungan ketika dia berdoa, bahwa Santa Maria Magdalena adalah
pelindung kaum muda. Saya merasa jadi
anggota sie doa yang paling santai. Bagi saya siapa pun orang kudusnya, tetap
dikirim Tuhan dan tentu akan menjadi pendoa bagi yang memilihnya menjadi
pelindung. Maka seminggu itu saya tidak mengalami pengalaman apa-apa. Nah, pada
hari Minggu paginya, setelah Misa di gereja Kepundung-Gereja terbagus di tahun
90-an (hehehe). Kami punya kebiasaan Sie Doa mengadakan pertemuan 2 jam sebelum
Tim Inti yang lain datang. Maka hari itu saya datang terlebih dahulu setelah
Misa ke-2 di Kepundung sekitar jam 11
pagi. Belum ada yang datang. Saya baru saja masuk ke aula Komsos Denpasar,
tempat kami biasa pertemuan, ketika seorang gadis dengan tubuh kurus dan
sepintas berpakaian lusuh tiba dengan sepeda gayung. Sepedanya ditidurkan dan
dia langsung menuju ke belakang. Saya berpikir, mungkin dia lagi pingin ke
toilet umum di belakang. Saya mengangkat bahu dan duduk menunggu. Karena belum
juga ada yang datang, saya berpikir, mungkin anggota sie doa pada sibuk, jadi
lebih baik saya ke depan makan siang. Tiga kali saya berniat pergi, tiba-tiba
saya melihat gadis itu balok balik. Pertama saya heran lalu berdiri dan gak
jadi jalan. Lalu duduk lagi. Kali ke-2 ketika saya berdiri lagi, gadis itu muncul
lagi. Lalu saya berniat mengajaknya supaya punya teman lunch. Kebetulan ada
sedikit uang di dompet, kalau cuman untuk ngebakso berdua, saya pikir cukup
untuk mentraktir dia. Tapi karena merasa belum kenal, saya ragu lagi. Lalu
kembali duduk. Akhirnya saya berpikir harus pergi. Begitu ada di halaman luar
di bawah pohon mangga, saya menengok ke
dalam dan melihat gadis itu berjalan mondar-mandiri di lorong belakang ruang
Komsos itu. Sambil memberanikan diri saya melambai dan gadis itu mendekat. Aku
memandang wajahnya yang basah, rambut dan kaki dan tangannya juga tampaknya
basah. Dia mengerti pandangan saya dan menjawab, ‘Saya suka di sini. Airnya banyaaak!” Lalu ia mengiyakan, ketika saya mengajaknya
ngebakso di depan. Dia menyandarkan
sepedanya di bawah pohon dan kami berjalan menuju kantin, yang berada dekat
kampus UNUD.
Saya tanya, di mana ia tinggal; sambil mengangkat tangannya menunjuk
ke arah yang membingungkan, ia menjawab, “di sana, jauuuh..” “Dengan siapa?” sambungku, ‘dengan Bapaku. Kami banyak di sana.” Kami
diam dan menyeberang, tapi dalam hati saya bertanya, ‘koq cuman sebut bersama
Bapa, apa ibunya sudah meninggal?’
Pesanan datang dan kami
duduk berhadapan di sebuah meja kecil. Karena sudah menahan lapar sejak pagi,
aku langsung membuat Tanda Salib secepat kilat dan hendak menyuapkan makanan
sambil memandangnya dan enggak jadi makan. Gadis di depanku sedang membuat
tanda salib dengan sangat perlahan dan
penuh rasa hormat. Demi nama Bapa dan
Putra dan Roh Kudus, Amin. Lalu kedua tangannya dilipat di dada dan berdoa agak
lama baru kembali membuka matanya. Aku tersipu dan merasa Tuhan menegorku
supaya sekali pun hanya doa makan, aku harus bersikap lebih hormat lagi. Kami
makan dengan diam. Lalu saya bertanya, “Eh, dari tadi kita belum saling
mengenal nama ya. Nama saya Tina, namanya siapa?” jawabnya, “Nama saya Maria
Magdalena.” Saya mengangguk-angguk dan berkata dalam hati, ‘Sama dong dengan
nama pelindung sie Doa.” Gadis itu melanjutkan lagi, “Nama panggilan saya,
Yuli.” Saya mengangguk lagi dan berkata dalam hati, “Iya, saya lagi menunggu
Yuli (Yuli salah satu anggota sie Doa Algonz saat itu-adik rohani-sudah seperti
adik sendiri).”
Sesudah itu kami berjalan
pulang. Di jalan masuk ke Komsos Denpasar, kami berjalan di teriknya matahari
siang. Saya memandang gadis di sampingku ini sambil berkata dalam hati, “Gadis
ini kurus, tapi keliahatan sehat. Rambutnya halus banget. Berwarna kekuningan
dan sedikit berombak di atas bahu. Bajunya lusuh, tapi keliahatannya bersih
sehabis diseterika begitu juga kulit tubuhnya bersih. Serasa gadis ini
bercahaya di teriknya matahari.’ Mungkin karena merasa diperhatikan, sambil
tertawa-tawa, dia bertanya, “Ayo! Tebak, umur saya berapa.” Sambil tertawa,
saya menebak, ’18 atau 19.” Hahahaha dia tertawa lepas, ‘Orang sering menyangka
saya 18 atau 19 tetapi sebetulnya saya berumur 24 tahun. “
Kami sampai kembali di
ruangan Komsos dan masih belum ada yang datang. Saya berkata dalam hati mungkin
sie Doa pada sibuk, sudah jam 12 siang dan saya pikir saya akan berdoa sendiri.
Gadis itu, Maria Magdalena yang minta dipanggil Yuli, tetap ada di samping
saya. Ketika pintunya saya buka, dia memajukan kepalanya kedalam ruangan itu
dan berkata, ‘OOooooo… mestinya ruang ini gak sekecil ini. ruangan ini
seharusnya panjang ke belakang. Kami dulu sering di sini.” Saya hanya diam saja
sambil menyalakan lampu. Memang ruang Komsos ini terbagi atas 3 ruangan. Yang
kami pakai pertemuan, agak lebih besar. Dua ruangannya dipakai rekaman dan
gudang. Ketiga ruangan ini berjejer dari depan ke belakang.
Ketika saya akan mulai
berdoa, dia berkata, ‘Saya mau temani berdoa, boleh kan? Saya bilang boleh.”
Kami berdoa bersama, untu Persekutuan Doa PD Algonz, Gereja dan setiap orang
yang menitipkan doanya pada kami.” Ketika dia akan pulang, saya mengantarnya ke
depan pintu. Dia berjanji bahwa setiap Hari Sabtu sore, dia akan datang dan
ikut persekutuan Doa kami.
Ketika dia sudah pulang, saya
memutuskan berdoa lagi sambil menunggu teman-teman datang. Selesai membaca
Mazmur, saya menutup mata saya dan tiba-tiba, semua yang sudah terjadi dalam
pertemuan dengan gadis itu, terulang lagi, dengan membuka paradigma baru atas
pertemuan kami.
Pertama, terbayang
ucapannya, “Saya suka di sini. Airnya banyaaak.” Seketika itu timbul
pengertian, maksud dari kata ‘airnya banyak’, yakni, ‘Berkat melimpah di tempat
ini.” semua pengalaman akan kehadiran
Tuhan sejak kami membangun PD Muda-mudi Algons ini, membuatku tak henti
bersyukur.
Kedua, terbayang ucapannya,
‘Kami tinggal dengan Bapa. Kami banyak sekali.’ Dalam hati kenapa dengan tidak
menyebut bahwa ia tinggal dengan ayah dan ibunya dan saudara-saudaranya?’
Apakah kata bapa, menggambarkan dia
berasal dari rumah Bapa yang Kekal?
Ketiga, terbayang kejadian
begitu hormatnya gadis itu membuat tanda Salib dan berdoa dengan sopan ketika
akan makan. Betapa dia mencintai Tuhan.
Lalu uangkapannya saat memperkenalkan diri, “nama saya Maria Magdalena.
Nama panggil saya Yuli.’ Muncul pengertian, ‘Bukankah sedang diperdebatkan Maria Magdalena yang mana yang akan jadi
pelindung sie Doa? Maria Magdalena yang di Kitab Suci atau Maria Magdalena De pasi?
Maria Magdalena telah menyatu dengan anggota sie Doa.’
Keempat, kata-katanya
ketika saya membuka pintu ruang pertemuan kami, ‘eh, ruang ini sebetulnya
enggak sekecil ini, seharusnya panjang ke belakang.
Ketika saya dan teman-teman
sie doa menceritakan pengalaman spiritual kami masing-masing dalam rapat tim,
ketua PD dan teman2 setuju kami memakai pelindung st Maria Magdalena
untuk Sie Doa.
Keajaiban pertama yang kami
dapatkan adalah Sabtu Depan setelah pertemuan dengan Maria Magdalena itu, PD
kami mendapat kunjungan BPK. Sabtu itu, seperti Sabtu-Sabtu setelah retret awal
kami, ruang penuh sesak . Di akhir
Persekutua Doa, Ketua BPK bangun dan berkata, ‘Ruangan kalian ini sudah terlalu
sempit. Saya liat sampai beberapa anak harus duduk di luar pintu seperti itu.
Dana kalian ada berapa, BPK akan tambahkan dan kita bongkar tembok pemisah
ruangan satu dengan ruangan dua, sehingga ruangan ini bertambah panjang dan
waktu PD semua bisa duduk di dalam. Dan itu terjadi, selama dua minggu,
renovasi dilakukan. Sabtu ke-3 kami sudah bisa menggunakan ruangan yang lebih
luas seperti yang dikatakan sang Gadis Maria Magdalena. Setelah kejadian itu,
setiap hari Sabtu, saya menunggu kedatangan seorang gadis kurus, berambut
kuning keemasan, tetapi dia tak pernah datang. Tetapi dalam Roh saya percaya
dia hadir bersama kami setiap Sabtu saat kami PD seperti yang dijanjikannya.
Terima kasih Tuhan, untuk Santa Maria Magdalena pelindung kami, kaum muda.
Santa Maria Magdalena, doakanlah
kami. Amin.
No comments:
Post a Comment